Islamedia.co - Kisah, kenangan dan teladan Syeikh
Jum'ah Amin, masih sempat saya ceritakan sore tadi (Sabtu, 24/1/2015)
kepada beberapa teman di Depok.
Sepulang dari Depok tadi magrib, baru masuk kamar, dengar dari istri ada
berita di Ikhwanonline, Ustadz Jum'ah Aamin meninggal dunia di London,
sontak saya kaget dan mengucap innnalillahi, barusan kami membicarakan
teladan beliau.
Adapun kenangan saya bersama beliau, saat itu, tepatnya tahun 2011, pasca Revolusi 25 Januari,
dimana buku-buku yang memperkenalkan jati diri Ikhwanul Muslimin banyak
memenuhi took-toko buku di Mesir, salah satunya adalah karya Amir Syammah,
Ikhwanul Muslimin Man Nahnu wa Madza Nuriid? Yang saya terjamahkan menjadi
Ikhwanul Muslimin Siapa Kami dan Apa yang Kami Inginkan?
Saat itu, ada ide untuk meminta endorsmen dari Ustadz Jum’ah
Amin, pertimbangannya, karena beliau banyak menulis tentang seri sejarah
Ikhwanul Muslimin. Saya pun datang ke kantor beliau dan bertemu dengan
beliau langsung, dan
meminta kesediaannya memberikan endorsmen, beliau pun dengan cepat
merespon dan
meminta saya untuk datang pekan berikutnya, karena dia perlu membaca
buku
tersebut.
Pekan berikutnya saya pun kembali menemui beliau, hari Rabu
waktu itu, setelah bertemu beliau bertanya kepadaku, “Apakah kamu sudah minta izin
pada Ustadz Amir Syammakh?, belum, jawabku, kalau begitu –beliau menasehati-
saya tidak pantas melangkahi beliau, silahkan minta izin ke beliau dan minta
beliau memberikan endorsmen.
Ini salah satu kenangan yang saya alami langsung
bersama dengan beliau, semoga Allah menerima segala amal ibadah beliau dan
mendapatkan derajat mulia di sisi Allah. Allahummagriflahu waafihi wa’fu anhu.
Muhammad Anas