Islam edia .co - "Kami tidak akan menyerah.....Menang atau Mati....Jangan kira ini sudah berakhir.....Kalian Wahai bangsa penjajah pa...
Islamedia.co - "Kami tidak akan menyerah.....Menang atau Mati....Jangan kira ini sudah berakhir.....Kalian Wahai bangsa penjajah pasti akan berperang menghadapi generasi masa depan kami, dan generasi berikutnya dan berikutnya...Sementara Saya, umur saya akan jauh lebih panjang dari umur orang yang menghukum mati saya".
Demikianlah, kata-kata abadi Syaikh Para Mujahid dan "Singa Padang Pasir" Umar Mukhtar, Pahlawan Tertangguh dan Pejuang Teladan yang pernah dicatat oleh sejarah kemerdekaan dan pembebasan bangsa-bangsa dari penjajahan asing yang biadab.
Sebagaimana yang diketahui bahwa pada dekade pertama dan kedua abad 20, cuma segelintir leader berbakat yang sukses memimpin gerakan kemerdekaan melawan penjajah asing setelah perjanjian Sykes–Picot yang membagi-bagi wilayah kekuasaan Imperium Islam Otoman menjadi negara-negara kecil. Dan diatara segelintir leader tersebut adalah Pemimpin Besar Arab Libya dan "Syaikh Para Mujahid" Umar Mukhtar Al-Hilaly, pemimpin pergerakan perlawanan rakyat yang berpusat di wilayah Barqa (Barca, Cyrenaica, برقة) Libya, beliau adalah musuh bebuyutan para penguasa pemerintahan Benito Mussolini di Roma. Pahlawan Libya ini lahir pada 20 Agustus 1858 dan gugur syahid di tangan penjajah Italia pada 16 September 1931.
Umar Mukhtar memimpin pergerakan melawan penjajahan tergolong lebih cepat dari yang lainnya dan pada umur yang relatif lebih muda. Setelah beliau menamatkan hafalan Al-Qurannya beliau melanjutkan mendalami ilmu-ilmu syariah di Kuttab (sekolah agama tradisional Libya yang biasanya dilaksanakan di masjid-masjid) untuk menekuni jurusan Ilmu-Ilmu Aquran dan syariah dan kemudian mengajarkan kepada anak-anak didiknya pada kuttabnya beliau, dan selanjutnya anak-anak didiknya itu akan bertransformasi menjadi alim-ulama dan mujahid-mujahid muda yang berperan dengan gagahnya dalam membebaskan Libya dari penjajahn Italia, dibawah pimpinan "Singa Padang Sahara" Umar Mukhtar.
Dengan bekerjasama dengan pemimpin-pemimpin El-Sanusiah, Batalion-batalion yang dilatih Umar Mukhtar mengobarkan pergerakan kerakyatan melawan penjajahan Italia sejak awal mereka memasuki Libya pada tahun 1911. Lebih dari 20 tahun melakukan perlawanan, tepatnya bermula saat beliau berumur 53 tahun, dan melakukan banyak penggempuran dan pertempuran melawan Italia, sampai akhirnya ditangkap oleh tentara Italia dan dilakukan sandiwara pengadilan dengan keputusan hukum mati di tiang gantungan pada hal beliau sudah tua renta berumur 73 tahun.
Benar saja, kematian "Singa Padang Pasir" di tiang gantungan ternyata tidak mematikan perjuangan rakyat Libya melawan penjajahan Italia, malah sebaliknya dimana gugurnya Umar Mukhtar menyebabkan pergolakan melawan penjajah semakin berkobar dan berkobar, karena pendukung Umar Mukhtar dan para muridnya melanjutkan perjuangan sampai akhirnya Italia angkat kaki dari seluruh bumi pertiwi Libya.
Para petinggi penjajah Italia sangat menghormati Umar Mukhtar dan perlawanan yang dilakukannya meskipun mereka sangat memusuhinya. Tidak sedikit jenderal-jenderal perang Italia yang mengakui keahliannya dan kejantanannya dalam berjuang, dan banyak pula yang bersedih atas putusan hukum mati terhadapanya oleh pengadilan militer Italia pada tahun 1931.
Setelah Umar Mukhtar gugur, nama beliau menjadi ikon pada semua gerakan perlawanan kemerdekaan di dunia arab dan dunia Islam, dan menjadi teladan dan kurikulum yang dipelajari terkait seni kepemimpinan militer, tak hayal lagi beliau dicintai dunia, khususnya setelah nama Umar Mukhtar dipahatkan diatas lempengan sejarah pergolakan dalam bentuk Film Sejarah yang disutradarai oleh sutradara dunia Mustafa Aqqad pada tahun 1981 dengan judul "Lion of the Desert" yang dibintangi oleh aktor Meksiko-Amerika Anthony Quinn.
Tidak terasa, betapa waktu bergulir sangat cepat, seakan pergolakan Umar Mukhtar barau saja berlalu kemarin sore, setelah pejuang-pejuang Libya bebas dari penjajah Italia yang biadab itu, tidak disangka mereka harus menghadapi penjajah baru yang tidak kalah biadabnya dengan sebelumnya, dialah Muamar Kaddafi yang mencekik rakyat Libya selama 40 tahun, seperti sebelumnya, cucu cicitnya Umar Mukhtar mengakhiri kebiadapan Kaddafi ini, namun setelah Kaddafi jatuh, Rakyat Libya kembali harus menghadapi era baru pergolakan melawan berbagai konspirasi yang ingin mematikan revolusi mereka, konspirasi ini dipimpin oleh Emirate bekerjasa sama dengan petinggi kudeta militer Mesir. Seperti dilansir oleh elshaab.org, Rabu (18/09)-[Syaff].
Demikianlah, kata-kata abadi Syaikh Para Mujahid dan "Singa Padang Pasir" Umar Mukhtar, Pahlawan Tertangguh dan Pejuang Teladan yang pernah dicatat oleh sejarah kemerdekaan dan pembebasan bangsa-bangsa dari penjajahan asing yang biadab.
Sebagaimana yang diketahui bahwa pada dekade pertama dan kedua abad 20, cuma segelintir leader berbakat yang sukses memimpin gerakan kemerdekaan melawan penjajah asing setelah perjanjian Sykes–Picot yang membagi-bagi wilayah kekuasaan Imperium Islam Otoman menjadi negara-negara kecil. Dan diatara segelintir leader tersebut adalah Pemimpin Besar Arab Libya dan "Syaikh Para Mujahid" Umar Mukhtar Al-Hilaly, pemimpin pergerakan perlawanan rakyat yang berpusat di wilayah Barqa (Barca, Cyrenaica, برقة) Libya, beliau adalah musuh bebuyutan para penguasa pemerintahan Benito Mussolini di Roma. Pahlawan Libya ini lahir pada 20 Agustus 1858 dan gugur syahid di tangan penjajah Italia pada 16 September 1931.
Umar Mukhtar memimpin pergerakan melawan penjajahan tergolong lebih cepat dari yang lainnya dan pada umur yang relatif lebih muda. Setelah beliau menamatkan hafalan Al-Qurannya beliau melanjutkan mendalami ilmu-ilmu syariah di Kuttab (sekolah agama tradisional Libya yang biasanya dilaksanakan di masjid-masjid) untuk menekuni jurusan Ilmu-Ilmu Aquran dan syariah dan kemudian mengajarkan kepada anak-anak didiknya pada kuttabnya beliau, dan selanjutnya anak-anak didiknya itu akan bertransformasi menjadi alim-ulama dan mujahid-mujahid muda yang berperan dengan gagahnya dalam membebaskan Libya dari penjajahn Italia, dibawah pimpinan "Singa Padang Sahara" Umar Mukhtar.
Dengan bekerjasama dengan pemimpin-pemimpin El-Sanusiah, Batalion-batalion yang dilatih Umar Mukhtar mengobarkan pergerakan kerakyatan melawan penjajahan Italia sejak awal mereka memasuki Libya pada tahun 1911. Lebih dari 20 tahun melakukan perlawanan, tepatnya bermula saat beliau berumur 53 tahun, dan melakukan banyak penggempuran dan pertempuran melawan Italia, sampai akhirnya ditangkap oleh tentara Italia dan dilakukan sandiwara pengadilan dengan keputusan hukum mati di tiang gantungan pada hal beliau sudah tua renta berumur 73 tahun.
Benar saja, kematian "Singa Padang Pasir" di tiang gantungan ternyata tidak mematikan perjuangan rakyat Libya melawan penjajahan Italia, malah sebaliknya dimana gugurnya Umar Mukhtar menyebabkan pergolakan melawan penjajah semakin berkobar dan berkobar, karena pendukung Umar Mukhtar dan para muridnya melanjutkan perjuangan sampai akhirnya Italia angkat kaki dari seluruh bumi pertiwi Libya.
Para petinggi penjajah Italia sangat menghormati Umar Mukhtar dan perlawanan yang dilakukannya meskipun mereka sangat memusuhinya. Tidak sedikit jenderal-jenderal perang Italia yang mengakui keahliannya dan kejantanannya dalam berjuang, dan banyak pula yang bersedih atas putusan hukum mati terhadapanya oleh pengadilan militer Italia pada tahun 1931.
Setelah Umar Mukhtar gugur, nama beliau menjadi ikon pada semua gerakan perlawanan kemerdekaan di dunia arab dan dunia Islam, dan menjadi teladan dan kurikulum yang dipelajari terkait seni kepemimpinan militer, tak hayal lagi beliau dicintai dunia, khususnya setelah nama Umar Mukhtar dipahatkan diatas lempengan sejarah pergolakan dalam bentuk Film Sejarah yang disutradarai oleh sutradara dunia Mustafa Aqqad pada tahun 1981 dengan judul "Lion of the Desert" yang dibintangi oleh aktor Meksiko-Amerika Anthony Quinn.
Tidak terasa, betapa waktu bergulir sangat cepat, seakan pergolakan Umar Mukhtar barau saja berlalu kemarin sore, setelah pejuang-pejuang Libya bebas dari penjajah Italia yang biadab itu, tidak disangka mereka harus menghadapi penjajah baru yang tidak kalah biadabnya dengan sebelumnya, dialah Muamar Kaddafi yang mencekik rakyat Libya selama 40 tahun, seperti sebelumnya, cucu cicitnya Umar Mukhtar mengakhiri kebiadapan Kaddafi ini, namun setelah Kaddafi jatuh, Rakyat Libya kembali harus menghadapi era baru pergolakan melawan berbagai konspirasi yang ingin mematikan revolusi mereka, konspirasi ini dipimpin oleh Emirate bekerjasa sama dengan petinggi kudeta militer Mesir. Seperti dilansir oleh elshaab.org, Rabu (18/09)-[Syaff].