Islamedia - Mata anak-anak korban banjir seakan tak lepas dari sosok artis Meyda Sefira. Bahkan sebagian dari mereka meminta untuk berfoto bersama. Meyda yang saat itu memberi motivasi kepada anak-anak korban banjir di posko pengungsian Aksi Cepat Tanggap (ACT), terlihat bersemangat. Sebelum Meyda bercerita, tim dari Gerakan Pendongeng untuk Kemanusiaan (GePuK) menghibur anak-anak dengan dongeng-dongeng yang berkualitas.
Meyda yang saat itu berpakaian hitam
membawa pelbagai paket makanan untuk anak-anak di pengungsian yang
terkonsentrasi di Kampus Binawan Kalibata, Jakarta Timur. Sambil memeluk salah
satu anak, Meyda yang didapuk sebagai Duta Kemanusiaan ACT ini bercerita
tentang anak yang kuat dalam menghadapi masalah. Sesekali terdengar nyanyian
yang disenandungkan Meyda untuk anak-anak. Tak perlu banyak komando, anak-anak
di pengungsian ikut bernyanyi.
"Syukuri apa yang ada, hidup adalah
anugerah. Terus jalani hidup ini, melakukan yang terbaik," lafal Meyda
diikuti suara nyaring anak saat menyanyikan lagu Jangan Menyerah dari DMassiv.
Saat menghibur, Meyda bertanya
kepada anak-anak, siapa yang sedih saat banjir? Semua pasti bersedih karena
kehilangan harta dan kesulitan untuk melanjutkan aktivitas seperti biasa.
Meskipun harta benda hanyut, kata Meyda. Anak-anak pengungsian harus tetap
punya impian. Karena impian hanya ada di otak dan hati. Impian, kata dia, tidak
boleh hilang. Jangan sampai impian juga ikut hanyut bersama banjir.
"Luar biasa anak-anak ini. Awalnya
saya pikir mereka sedih, ternyata dengan bantuan para relawan yang menghibur
anak-anak, mereka begitu bergembira, tertawa,
senyum dan ikut bermain" kata Meyda saat acara bertajuk Berbagi
Cahaya Peduli yang digelar Wardah dan ACT.
Meyda Sefira mengungkapkan, memang perlu
adanya posko pengungsian yang dapat menghibur anak-anak. Ia pun mengaku semakin
jatuh cinta pada dunia kemanusiaan, kedermawanan dan kerelawanan setelah
berkolaborasi dengan ACT. Menurut dia, nilai kemanusiaan tidak mengenal batas
profesi. Manusia harus saling membantu tanpa membeda suku, agama, ras. Baginya,
menghibur anak-anak di pengungsian adalah bagian dari panggilan jiwa untuk berkecimpung
di dunia sosial dan kemanusiaan.
"Dari kecil saya kebetulan
suka dengan anak-anak, bahkan saya juga
mengurus keponakan saya yang masih anak-anak juga. Kita harus menghujani mereka
dengan kepedulian. Karena bencana ini milik semua, peluang baik buat kita
semua. Jangan sampai dilewatkan. Berapapun yang diberikan, semoga bisa
bermanfaat untuk mereka,"ungkap Meyda.
Hal yang sama diungkap psikolog anak,
Seto Mulyadi. Pria yang akrab disapa Kak Seto ini berharap, terdapat tempat
pengungsian yang ramah anak. Pasalnya, kata
dia, kondisi anak di posko pengungsian sudah sangat terluka. Bukan hanya
tak bisa bersekolah karena buku dan seragam mereka hanyut, kata Kak Seto, tapi
juga menghadapi orang tua yang tertekan karena bencana banjir ini.
Kak Seto mengungkapkan, sangat rentan
mengalami trauma atau stress pasca bencana. Bila gejala psikologis ini tidak
segera ditangani, dikhawatirkan dapat mengganggu kejiwaan anak-anak.
"Namun, masalah ini masih dapat
disembuhkan karena anak-anak lebih mudah dipengaruhi,"kata dia.
Menurutnya, ada anak yang bisa sembuh
dengan pendekatan personal, ada juga dengan pendekatan kelompok. Untuk itu,
posko pengungsian haruslah ramah anak. Sehingga, anak-anak tidak merasa sendiri
dan mempunyai waktu bermain yang cukup. Posko pengungsian ramah anak atau
shelter ramah anak, jelas dia, diharapkan dapat mengembalikan keceriaan
anak-anak pengungsian.
Program seperti Trauma Healing di posko
pengungsian, kata dia, sedikit banyak dapat membantu anak-anak agar keluar dari
kejenuhan yang dialami selama bencana. Salah satu caranya adalah dengan
bercerita atau mendongeng.
"Saya harap anak-anak harus
mendapat makanan yang sehat dan mendengar hiburan dari para pendongeng
misalnya. Hal ini dilakukan agar kesedihan mereka cepat terobati"kata dia
yang juga datang ke posko pengungsian ACT di Kampus Binawan, Kalibata, Jakarta
Timur, Minggu sore (2/2).,"ungkap Seto.
Di tempat berbeda, Presiden ACT meminta
agar seluruh elemen menguatkan kesiapsiagaan masyarakat sipil dalam menghadapi
bencana. Masyarakat, pemerintah dan korporat, kata dia, perlu memperkuat
masyarakat sipil.
"ACT sendiri tidak punya banyak
personil, tetapi relawan ACT yang tergabung dalam Masyarakat Relawan Indonesia
(MRI), ada di banyak kota terutama yang rawan bencana. Kesiapsiagaan masyarakat
sipil di setiap daerah perlu ditingkatkan " ujar Ahyudin.[act/Islamedia/YL]