Duta Kemanusiaan ACT Meyda Sefira Hibur Anak-anak Korban Banjir -->

Duta Kemanusiaan ACT Meyda Sefira Hibur Anak-anak Korban Banjir

Admin
Selasa, 04 Februari 2014

Islamedia - Mata anak-anak korban banjir seakan tak lepas dari sosok artis Meyda Sefira. Bahkan sebagian dari mereka meminta untuk berfoto bersama. Meyda yang saat itu memberi motivasi kepada anak-anak korban banjir di posko pengungsian Aksi Cepat Tanggap (ACT), terlihat bersemangat. Sebelum Meyda bercerita, tim dari Gerakan Pendongeng untuk Kemanusiaan (GePuK) menghibur anak-anak dengan dongeng-dongeng yang berkualitas.

Meyda yang saat itu berpakaian hitam membawa pelbagai paket makanan untuk anak-anak di pengungsian yang terkonsentrasi di Kampus Binawan Kalibata, Jakarta Timur. Sambil memeluk salah satu anak, Meyda yang didapuk sebagai Duta Kemanusiaan ACT ini bercerita tentang anak yang kuat dalam menghadapi masalah. Sesekali terdengar nyanyian yang disenandungkan Meyda untuk anak-anak. Tak perlu banyak komando, anak-anak di pengungsian ikut bernyanyi.

"Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah. Terus jalani hidup ini, melakukan yang terbaik," lafal Meyda diikuti suara nyaring anak saat menyanyikan lagu Jangan Menyerah dari DMassiv.

Saat menghibur, Meyda bertanya kepada anak-anak, siapa yang sedih saat banjir? Semua pasti bersedih karena kehilangan harta dan kesulitan untuk melanjutkan aktivitas seperti biasa. Meskipun harta benda hanyut, kata Meyda. Anak-anak pengungsian harus tetap punya impian. Karena impian hanya ada di otak dan hati. Impian, kata dia, tidak boleh hilang. Jangan sampai impian juga ikut hanyut bersama banjir.

"Luar biasa anak-anak ini. Awalnya saya pikir mereka sedih, ternyata dengan bantuan para relawan yang menghibur anak-anak, mereka begitu bergembira, tertawa,  senyum dan ikut bermain" kata Meyda saat acara bertajuk Berbagi Cahaya Peduli yang digelar Wardah dan ACT.

Meyda Sefira mengungkapkan, memang perlu adanya posko pengungsian yang dapat menghibur anak-anak. Ia pun mengaku semakin jatuh cinta pada dunia kemanusiaan, kedermawanan dan kerelawanan setelah berkolaborasi dengan ACT. Menurut dia, nilai kemanusiaan tidak mengenal batas profesi. Manusia harus saling membantu tanpa membeda suku, agama, ras. Baginya, menghibur anak-anak di pengungsian adalah bagian dari panggilan jiwa untuk berkecimpung di dunia sosial dan kemanusiaan.

"Dari kecil saya kebetulan suka  dengan anak-anak, bahkan saya juga mengurus keponakan saya yang masih anak-anak juga. Kita harus menghujani mereka dengan kepedulian. Karena bencana ini milik semua, peluang baik buat kita semua. Jangan sampai dilewatkan. Berapapun yang diberikan, semoga bisa bermanfaat untuk mereka,"ungkap Meyda.

Hal yang sama diungkap psikolog anak, Seto Mulyadi. Pria yang akrab disapa Kak Seto ini berharap, terdapat tempat pengungsian yang ramah anak. Pasalnya, kata  dia, kondisi anak di posko pengungsian sudah sangat terluka. Bukan hanya tak bisa bersekolah karena buku dan seragam mereka hanyut, kata Kak Seto, tapi juga menghadapi orang tua yang tertekan karena bencana banjir ini.

Kak Seto mengungkapkan, sangat rentan mengalami trauma atau stress pasca bencana. Bila gejala psikologis ini tidak segera ditangani, dikhawatirkan dapat mengganggu kejiwaan anak-anak.

"Namun, masalah ini masih dapat disembuhkan karena anak-anak lebih mudah dipengaruhi,"kata dia.

Menurutnya, ada anak yang bisa sembuh dengan pendekatan personal, ada juga dengan pendekatan kelompok. Untuk itu, posko pengungsian haruslah ramah anak. Sehingga, anak-anak tidak merasa sendiri dan mempunyai waktu bermain yang cukup. Posko pengungsian ramah anak atau shelter ramah anak, jelas dia, diharapkan dapat mengembalikan keceriaan anak-anak pengungsian.

Program seperti Trauma Healing di posko pengungsian, kata dia, sedikit banyak dapat membantu anak-anak agar keluar dari kejenuhan yang dialami selama bencana. Salah satu caranya adalah dengan bercerita atau mendongeng.

"Saya harap anak-anak harus mendapat makanan yang sehat dan mendengar hiburan dari para pendongeng misalnya. Hal ini dilakukan agar kesedihan mereka cepat terobati"kata dia yang juga datang ke posko pengungsian ACT di Kampus Binawan, Kalibata, Jakarta Timur, Minggu sore (2/2).,"ungkap Seto.

Di tempat berbeda, Presiden ACT meminta agar seluruh elemen menguatkan kesiapsiagaan masyarakat sipil dalam menghadapi bencana. Masyarakat, pemerintah dan korporat, kata dia, perlu memperkuat masyarakat sipil.
"ACT sendiri tidak punya banyak personil, tetapi relawan ACT yang tergabung dalam Masyarakat Relawan Indonesia (MRI), ada di banyak kota terutama yang rawan bencana. Kesiapsiagaan masyarakat sipil di setiap daerah perlu ditingkatkan " ujar Ahyudin.[act/Islamedia/YL]