Islamedia - Presiden Burma, Thein Sein, memutuskan untuk menghentikan rencana
pembukaan kantor Organisasi Kerja Sama Islam, OKI, di negara itu.
OKI rencananya akan membuka kantor di dua kota Burma untuk membantu
Muslim Rohingya yang terkena dampak kekerasan antara umat beragama
beberapa waktu lalu.
Pernyataan dari kantor kepresidenan Burma mengatakan bahwa kantor tersebut tidak sejalan dengan keingingan warga.
Sebelumnya ribuan biksu Budha melakukan serangkaian unjuk rasa untuk menentang rencana pembukaan kantor OKI.
Bulan Juni tahun ini, marak kekerasan antara umat Budha dan Islam di
negara bagian Rakhine, yang menyebabkan sekitar 80 orang tewas sementara
4.000 rumah hancur dibakar.
Sejumlah negara Islam, yang bergabung di OKI, menyatakan pemeluk
Islam mendapat perlakuan yang tidak adil, baik saat berupaya mengatasi
bentrokan maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Dianggap pendatang gelap
Hari Senin 15 Oktober, beberapa jam sebelum pengumuman, sejumlah
biksu dan warga kembali menggelar unjuk rasa di Rangoon dan Mandalay.
Mereka antara lain membawa spanduk bertuliskan “Ke luar OKI’ dan ‘Tidak
ada OKI’.
Sebagian mengatakan tidak akan menghentikan unjuk rasa sampai
pemerintah memutuskan untuk menghentikan rencana pembukaan kantor OKI.
“OKI hanya untuk orang Bengali dan bukan untuk kami,” tutur Pyin Nyar
Nanda, salah seorang biksu yang ikut unjuk rasa kepada kantor berita
Reuters.
Pekan lalu OKI menyatakan kepada sejumlah kantor berita bahwa mereka sudah mendapat izin untuk membuka kantor di Burma.
Namun OKI menyatakan kepada BBC belum menerima surat pemberitahuan
dari pemerintah Burma mengenai pembatalan kantor tersebut hingga Senin
(15/10) tengah hari waktu London.
Pemerintah Burma menganggap warga Rohingya -yang diperkirakan
berjumlah sekitar 800.000- lebih merupakan orang Bengali yang merupakan
pendatang gelap di Burma. (bbc, 15/10/2012)