Islamedia -
Palestina menjadi satu-satunya negara Timur Tengah yang terlibat
Konferensi Asia Afrika (KAA). Ironisnya, hingga kini Palestina belum
merdeka. Padahal KAA, yang terkenal karena mampu menjadi semangat
kemerdekaan negeri-negeri terjajah, sudah berusia 57 tahun.
Hal itulah yang menjadi pekerjaan rumah besar bagi negara-negara yang terlibat dalam KAA. "Palestina satu-satunya peserta KAA yang belum merdeka," kata Dirjen Informasi dan Diflomasi Publik Kemenlu RI, AM Fachir, usai membuka peringatan 57 tahun KAA di Gedung Museum KAA, Bandung, Rabu (18/4/2012).
Lanjut Fachir, Kementerian Luar Negeri memiliki program kemitraan strategis Asia Afrika, program khusus untuk kemerdekaan Palestina. Program ini memiliki dua misi, yakni yang bersifat politis misalnya membuka hubungan diplomatik dengan negara-negara di PBB. Tujuannya, untuk mendapatkan pengakuan bahwa Palestina sebagai negara dan berhak menjadi anggota PBB.
"Itu dalam proses yang cukup ramai di PBB. Kita harus cari dukungan dua per tiga dari anggota PBB," katanya.
Sambungnya, proses menggalang dukungan untuk keanggotaan Palestina di PBB terus berjalan. Proses sulitnya terutama saat memasuki Dewan Keamanan PBB, di mana negara-negara besar banyak yang menentang.
"Yang krusial ketika lewati DK PBB. Tapi DK PBB akan mempertimbangkan jika dukungan kita mencapai dua per tiga dari anggota PBB," terangnya.
Selain itu, Indonesia sebagai negara pelopor KAA juga turut mempersiapkan kemerdekaan bagi Palestina. Program kemitraan strategis ini sudah dimulai sejak 2005.
Bentuk persiapan Palestina merdeka, kata dia, di antarannya memberikan pelatihan untuk SDM Palestina di berbagai bidang, misalnya pertanian, pajak, finansial, diplomat dan lainnya.
Program ini dalam 5 tahun akan melatih 1.000 SDM Palestina. "Sekarang sudah 400 orang kita training. Diharapkan 2014 nanti ada 1.000 orang. Kita melatih bersama negara Asia Afrika lainnya," paparnya.(oke)