Gerangan Apa yang Menggerakkan Mereka?

Islam edia - Jam menunjukkan pukul 08.30 ketika rintik hujan turun menusuk bumi. Mendung tampak menggantung seakan menjadi”teman setia”...

Islamedia - Jam menunjukkan pukul 08.30 ketika rintik hujan turun menusuk bumi. Mendung tampak menggantung seakan menjadi”teman setia” gerimis hujan yang kian lama semakin deras. Saat itu, seorang wanita berjilbab rapi terlihat memasuki halaman parkir. Tak sendiri. Ia ditemani dua anaknya yang masih kecil. Satu digendong karena masih bayi dan satunya lagi dituntunnya. Wanita tersebut berusaha melindungi kedua anaknya agar tak terkena hujan. Sia-sia tentu saja karena tak ada payung atau kertas koran untuk menghalangi air menghampiri tubuh kedua anaknya. Dengan sedikit berlari kecil, ia menuju tempat berteduh.

Gerangan apa yang membuat ia tetap “nekat” keluar rumah meski hujan menghadang? Tak kasihankah dengan kedua anaknya? Tak takutkah jika kedua anaknya jatuh sakit?

Hari itu, Ahad, pertengahan Januari 2012. Wanita berjilbab tersebut adalah seorang kader PKS Kabupaten Bekasi yang mendapat tugas bersama rekan-rekannya untuk melakukan Direct Selling (DS) dalam rangka mensosialisasikan calon bupati dan wakil bupati ke masyarakat secara door to door.

Sejak dua bulan terakhir menemani teman-teman menunaikan agenda dakwah siyasi, pemandangan-pemandangan sejenis itu dengan mudah saya temukan. Tak hanya wanitanya. Kaum prianya pun tak kalah militan. Di malam hari mereka memasang banner dan baliho dari jam 22.00  hingga 03.00 Wib. Mereka melawan dinginnya hembusan angin malam yang menusuk tulang. Bahkan,”Ane semalam kehujanan masang baliho,” ungkap seorang kader kepada saya. 

Apakah amplop berisi uang yang memotivasi mereka? Apakah iming-iming hadiah yang menggerakkan mereka? Apakah janji-janji manis yang membuat semangat mereka? Bisa jadi daftar pertanyaan semacam itu dimiliki oleh masyarakat kebanyakan.

Ternyata tidak. Mereka, setahu saya, hanya diberi uang untuk membeli nasi goreng. Mereka hanya diberi bekal makanan ringan tiga macam plus air mineral. Dan sesekali segelas es kelapa disajikan untuk menghilangkan dahaga usai berkeliling satu RW, jika ada uang lebih. Itu pun tak selalu. Dan buka karena permintaan mereka tapi karena kesadaran beberapa orang yang ikhlas menggelontorkan uangnya untuk membeli makanan.

Bagi partai lain, reward seperti itu tentu saja sangat tak cukup untuk menjadi mesin penggerak para kadernya di akar rumput. Butuh “gizi” yang lebih dari sekadar nasi goreng dan makanan ringan. No Money No Action. There is no free lunch (Tak ada makan siang gratis). Karena itu, perlu dana luar biasa besar bagi mereka untuk memobilisasi kadernya.

Lalu, mengapa para kader PKS tak seperti itu?

Menurut saya, itulah bedanya partai dakwah dan partai biasa.  Bagi mereka, politik adalah bagian dari ibadah kepada Allah. Karena itu, tak ada ruang untuk pamrih dan mengharap balas jasa. Politik adalah bagian dari kerja dakwah. Karena itu, tiada ruang untuk meminta. Bukankah dakwah tak mengharap upah?

Hampir setiap hari kader PKS berdakwah; tak cuma 5 tahun sekali setiap menjelang pemilu. Jadi, politik tak lebih istimewa dibandingkan agenda dakwah lainnya. Itulah mengapa kemudian mereka dengan ringannya mengikuti direct selling, memasang baliho, dll, walau halangan menghadang. Itu karena panggilan dakwah; bukan syahwat kekuasaan.  Visi dan misi yang mereka miliki adalah jangka panjang: akhirat.

Mereka sesungguhnya adalah da’i yang berselimutkan keikhlasan. Yang jiwa dan raganya telah diserahkan di jalan dakwah. Yang akan menjalankan apapun agenda dakwah seberat apapun.

Direct Selling tak semudah yang dibayangkan. Seringkali mereka harus masuk ke wilayah musuh politik dan mendapat hujatan serta cacian. Tapi mereka tak gentar. Langkah mereka tak surut karena yakin apa yang mereka sampaikan adalah sesuatu yang benar. Karena mereka memiliki ideology yang menghunjam ke tanah dan visi misi yang menjulang ke langit.

Berbanding terbalik dengan partai lainnya. Ideologi mereka pragmatis; oportunis dan kekuasaan. Bisa kita bayangkan, berapa dana yang harus dikeluarkan partai lain untuk menggerakkan kadernya melakukan direct selling? Bahkan bisa jadi, meski sudah diberi uang, mereka akan berpikir panjang untuk memasuki wilayah yang bukan basisnya.

Hujan masih turun rintik-rintik ketika ibu dua anak yang berteduh tadi melangkah keluar. Ia bergerak menyusul rekan-rekannya yang telah beraksi menemui warga. Dan saya masih terpaku di masjid menyaksikan pemandangan tersebut. 

Erwyn Kurniawan, S.IP 

Pemerhati masalah Agama, Sosial, dan Politik