Islamedia - “Perkara yang dipermasalahkan umat Islam di Indonesia kebanyakan
sangatlah sepele, bahkan ‘receh’. Kita terlalu lama
dikotak-kotakan, diadu domba dan dibodoh-bodohi hingga terlena dengan masalah
yang seharusnya kita perhatikan,” ujar Akmal Sjafril
saat membuka kuliah perdana Sekolah
Pemikiran Islam (SPI)
Bandung Angkatan ke-4
pada Kamis malam (01/03) di D’Best Sofia Dago Hotel,
Jl. Tengku Angkasa, Bandung.
Menurut
Akmal, umat Muslim Indonesia masa kini masih
bergulat dengan perdebatan yang sebenarnya sudah ditemukan titik terangnya pada
masa lalu seperti masalah Qunut, bumi datar, hilal, sampai masalah hukum muntah
dengan sengaja di bulan puasa pun masih
dipertanyakan
juga. Pun dengan abu janda yang mempersoalkan otoritas hadits dengan alasan bahwa hadits baru dibukukan 200 tahun setelah Rasulullah wafat.
“Semua itu seolah-olah merupakan isu baru, padahal sudah kelar dibahas oleh
para ulama,” tuturnya.
Kelas perdana yang dimulai pukul 18.30 selain untuk memperkenalkan peserta dengan SPI, juga dimanfaatkan untuk mendiskusikan Peraturan dan Tata
Tertib SPI Bandung dan juga perkenalan Pengurus SPI Bandung yang dipimpin langsung oleh Akmal sebagai Kepala SPI Pusat.
“SPI merupakan respon intelektual, bukan respon emosional, untuk menghadapi tantangan
pemikiran yang menjangkiti umat muslim Indonesia di zaman ini,” ucap Akmal seraya
menyampaikan harapan agar para peserta SPI dapat berkontribusi menyikapi serangan pemikiran yang
terus ditujukan kepada umat Islam.
Salah seorang siswa SPI angkatan ke-4 yang akrab dipanggil
Fathiya mengungkapkan bahwa ia berharap agar pikirannya lebih terbuka dan peka akan permasalahan Islam setelah bergabung di SPI. “Kece!
Di kuliah pendahuluan sudah dikasih suguhan yang luar biasa. Pembawaan dari pemateri ringan tapi sangat
dalam dan bermutu,” ujarnya. [islamedia/nafilah/abe]