Islamedia - Ketua Umum Nahdlatul Ulama, Said Aqil Siroj, berpendapat bahwa tak perlu dibesar-besarkan terkait kebijakan Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta melarang mahasiswinya menggunakan cadar. Soalnya itu urusan internal kampus.
Satu hal yang pokok dalam Islam, kata Said, ialah iman, akhlak, moral, dan hatinya. Pakaian atau busana, termasuk bercadar atau tidak, sesungguhnya tak menentukan keislaman seseorang.
"Ukuran Islam itu bukan dari pakaian, Silakan bercadar, silakan bergamis, silakan berjenggot, tapi jangan merasa paling Islam; menganggap yang pakai baju batik kurang (Islam-nya), itu salah. Apalagi sampai menganggap yang lain musrik, tagut (penyembah berhala)" Ujar Kiyai Said saat ditemui wartawan usai menghadiri forum Lembaga Persaudaraan Ormas Islam di Jakarta seeperti dilansir viva, Jumat(9/3/2018).
Kiyai Said sendiri mengaku tidak mempermasalahkan seseorang menggunakan cadar dan sebagainya. Namun, dia mengingatkan agar pemakaian cadar tidak membuat seseorang merasa yang paling Islam.
Seperti diketahui pada 5 Maret 2018, UIN Sunan Kalijaga mengumumkan kebijakan barunya yang akan memecat mahasiswi yang tidak mau melepas cadar mereka saat beraktivitas di area kampus. (baca : UIN Yogyakarta : Mahasiswi Bercadar Diminta Mundur, Jika Dibina Tetap Tak Berubah).
Sang rektor, Yudian Wahyudi, mengaku telah mendata para mahasiswi yang mengenakan cadar di kampusnya, sedikitnya 41 orang, dan tersebar di berbagai fakultas.
Otoritas UIN, katanya, sudah membentuk tim konseling dan pendampingan kepada mahasiswi bercadar agar mereka mau melepas cadar saat berada di kampus.
Mahasiswi bercadar akan mendapatkan pembinaan dari kampus melalui tujuh tahapan berbeda. Bahkan apabila seluruh tahapan pembinaan telah dilampaui dan si mahasiswi tidak mau melepas cadar, kampus akan memecat mahasiswi itu.[islamedia].
Satu hal yang pokok dalam Islam, kata Said, ialah iman, akhlak, moral, dan hatinya. Pakaian atau busana, termasuk bercadar atau tidak, sesungguhnya tak menentukan keislaman seseorang.
"Ukuran Islam itu bukan dari pakaian, Silakan bercadar, silakan bergamis, silakan berjenggot, tapi jangan merasa paling Islam; menganggap yang pakai baju batik kurang (Islam-nya), itu salah. Apalagi sampai menganggap yang lain musrik, tagut (penyembah berhala)" Ujar Kiyai Said saat ditemui wartawan usai menghadiri forum Lembaga Persaudaraan Ormas Islam di Jakarta seeperti dilansir viva, Jumat(9/3/2018).
Kiyai Said sendiri mengaku tidak mempermasalahkan seseorang menggunakan cadar dan sebagainya. Namun, dia mengingatkan agar pemakaian cadar tidak membuat seseorang merasa yang paling Islam.
Seperti diketahui pada 5 Maret 2018, UIN Sunan Kalijaga mengumumkan kebijakan barunya yang akan memecat mahasiswi yang tidak mau melepas cadar mereka saat beraktivitas di area kampus. (baca : UIN Yogyakarta : Mahasiswi Bercadar Diminta Mundur, Jika Dibina Tetap Tak Berubah).
Sang rektor, Yudian Wahyudi, mengaku telah mendata para mahasiswi yang mengenakan cadar di kampusnya, sedikitnya 41 orang, dan tersebar di berbagai fakultas.
Otoritas UIN, katanya, sudah membentuk tim konseling dan pendampingan kepada mahasiswi bercadar agar mereka mau melepas cadar saat berada di kampus.
Mahasiswi bercadar akan mendapatkan pembinaan dari kampus melalui tujuh tahapan berbeda. Bahkan apabila seluruh tahapan pembinaan telah dilampaui dan si mahasiswi tidak mau melepas cadar, kampus akan memecat mahasiswi itu.[islamedia].