Islamedia - Koordinator Pusat #IndonesiaTanpaJIL (ITJ), Akmal Sjafril, menelanjangi sosok Abu Janda di sela-sela penyampaian materinya yang bertemakan “Ghazwul Fikri”. Abu Janda, yang belum lama ini menjadi perbincangan publik setelah kemunculannya dalam talkshow di salah satu stasiun televisi Indonesia pada tanggal 5 Desember 2017 yang lalu, menjadi salah satu contoh kasus yang dibahas dalam kuliah pada hari Rabu (13/12/17).
Malam itu, penulis yang akrab dipanggil Bang Akmal itu mengajak seluruh peserta yang hadir untuk sama-sama menyelami makna Surat Al-Baqarah ayat 120 yang artinya: “Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.”
“Jadi, yang memusuhi kita siapa? Yahudi dan Nashrani? Sudah? Yang terakhir jangan sampai lupa. Ayat ini secara implisit menunjukkan bahwa ada yang mengikuti langkah-langkah mereka, walaupun bukan berasal dari golongan mereka,” ungkap Akmal.
“Contohnya
ya yang baru saya tulis hari ini di fanpage saya. Abu Janda. Dia ini hanya
lelucon saja. Mengaku warga NU tapi meragukan otoritas hadits, padahal Kyai
Hasyim Asy’ari, pendiri NU, adalah ulama yang memiliki sanad atas Kitab Shahih
Bukhari,” ujar Akmal, saat kali kedua menjadi pemateri di kelas
Sekolah Pemikiran Islam (SPI) angkatan 7 ini.
Akmal mengibaratkan, sosok Abu Janda ini
sama seperti mereka yang disebut ‘Londo Ireng’ pada jaman perjuangan
kemerdekaan dulu. “Pribumi,
tapi selalu mengikuti Londo (Belanda, red). Yang bilang otoritas hadits
diragukan karena baru dibukukan dua ratus tahun setelah Nabi wafat itu adalah
orientalis, dan sudah habis dibantah sama ulama. Tapi Abu Janda memilih
pendapat orientalis ketimbang ulama,” tandasnya lagi.
“Kalau
sekarang melihat Islam terpuruk, saya yakin pasti bangkit. Kenapa? Ya karena di
sisi kita ada ilmu yang takkan kedaluwarsa, yaitu ajaran agama kita sendiri,”
ujar peneliti INSISTS ini mengakhiri kajiannya. [islamedia/abe/nafis]