Islamedia - Sepulang dari sholat Jum’at, sewaktu
memasuki lapangan parkir kantor, benda berwarna merah kinclong itu
langsung menarik perhatianku. Akupun turun dari mobil dan menghampiri
dua orang teman yang juga tertarik kebenda tsb. Mobil sport baru
berwarna merah dengan slip hitam itu memang sangat menarik perhatian.
Kami kemudian terlibat perbincangan, sambil mengamati mobil sport itu
dari berbagai sisi. Tidak lupa kami juga mencoba duduk didalamnya dan
juga membuka kap mesin untuk melihat jeroannya.
So,
what are you gonna do with your old truck? Did you trade it in with
this one? Demikian tanyaku kepada teman yang baru saja mengambil mobil
sport itu dari dealer. “Oh No, I’ll keep my truck, I’m not gonna use
this one for commute.” jawab temanku. Dengan keheranan aku bertanya
lagi, kalau begitu buat apa kamu beli mobil sport ini, kalau kamu tidak
akan memakainya? Ternyata kemudian teman yang lain yang menjawab, “Well
my friend, that’s the way around here,
American buy thing because they want to buy it. Not because they need
it."
Hm,
american capitalist style atau memang begitu gaya hidup jaman sekarang?
Apakah kita sebagai muslim akan bersikap seperti itu juga? Bagaimana
juga dengan muslim yang ditanah air? Bagaimanakah sikap muslim sebaiknya
dalam hal “want versus need” ini?
Firman Allah dalam Al-Qur’an,
“Dan
orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian ”. (QS. al Furqaan : 67)
“Dan
janganlah
kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu
terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal”.
(QS. Al Israa` : 29)
Dapat
kita simpulkan, bahwa muslim diperintahkan Allah SWT untuk bersikap
tidak berlebih-lebihan, tidak boros, tetapi juga tidak kikir, tidak
menahan. Muslim diperintahkan untuk bersikap sewajarnya dipertengahan.
Dan tentunya juga Muslim diperintahkan untuk mencari penghasilan dengan
cara yang halal. Jangan sampai kita termasuk orang yang seperti hadits
Rasulullah S.A.W,
Dari
Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Akan datang suatu
masa, ketika itu orang tidak lagi mempedulikan apa-apa yang dia
dapatkan, apakah termasuk yang halal atau yang haram”. (HR. Bukhari)
Karena
hendak mengejar sikap hidup yang berlebih-lebihan dan boros, kita lupa
dan mencari penghasilan dengan cara yang tidak baik, curang dan haram,
kita lupa bahwa Allah SWT maha melihat dan Malaikat tidak pernah alpa
dalam mencatat tingkah laku anak adam. Padahal kita diperintah Allah SWT
untuk memakai cara-cara yang baik dan halal,
Dan
sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan
neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. (QS. Al-Israa' : 35)
Lebih lanjut dalam Allah SWT juga berfirman dalam Surat At Taubah ayat 24,
Katakanlah,
“Jika
Bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga,
harta kekayaan, yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah
lebih kamu cintai daripada Alloh dan Rosul-Nya, dan jihad di jalan-Nya,
maka tunggulah sampai Alloh mendatangkan keputusan-Nya. Dan Alloh tidak
memberi petunjuk pada orang-orang yang fasik”.
Dalam
firman Allah SWT ini kita diingatkan untuk tidak mencintai harta
kekayaan ataupun dunia secara berlebihan. Bahwa hendaklah kita ingat
tujuan kita hidup didunia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.
Bukanlah semata mengejar keinginan atau hawa nafsu semata.
Dan
dalam rangka mengingat tentang Ramadhan yang salah satu hikmah puasa
adalah kita dilatih untuk
mengendalikan keinginan kita. Bahkan pada siang hari kita dilarang
untuk menikmati hal-hal yang halal. Kalau kemudian dalam training kita
berhasil mengendalikan diri, sehingga untuk hal yang halal tapi dilarang
kita dapat menghindari, apatah lagi kemudian sikap kita terhadap
barang-barang yang subhat, terlebih lagi yang haram. Apakah kita akan
memilih daging zabihah dibanding daging walmart misalnya? Apakah kita
akan mengambil sesuatu yang bukan hak kita, bbm subsidi atau obat
subsidi misalnya? Insya Allah, kalau untuk hal-hal kecil ini kita dapat
memaksakan diri untuk memilih yang lebih baik, yang kita lebih berhak
walaupun harus berkorban cost, untuk hal-hal yang lebih besar, kita juga
akan mampu. Dan itulah muttaqin yang terejawantah dalam kehidupan
nyata.
Dan
kalaulah seluruh muslim Indonesia yang 85% dari total penduduk
Indonesia berhasil dalam training
ini, Insya Allah Indonesia akan maju pesat. Tidak ada yang akan
korupsi, tidak ada lagi yang kolusi, menyuap atau minta komisi, tidak
ada lagi yang mencuri, merampok atau perbuatan lain yang merugikan
sesama. Akan tercapailah Indonesia yang adil dan makmur.
Semoga kita semua dapat menjadi orang-orang yang bertakwa, amin y.r.a.
Kurniawan Alfizah
Anggota IMSA, tinggal di Houston, Texas