Islamedia - Ketegangan Iran dengan negara-negara Arab, menyusul pengrusakan dan pembakaran Kedubes Arab Saudi di Teheran, turut menimbulkan pertanyaan terkait proses perdamaian di Suriah dan Yaman.
Pihak Arab Saudi sendiri menyampaikan pernyataan, bahwa sikapnya untuk memutus hubungan diplomatik dengan Iran, tidak akan memengaruhi upaya negosiasi damai Suriah dan Yaman. Demikian seperti dilansir The New Arab pada Selasa (5/1/2016) kemarin.
Abdullah Al-Mouallimi, duta besar Arab Saudi untuk PBB, mengatakan pada Senin lalu bahwa pertentangan dengan Teheran "hendaknya tidak berefek" kepada upaya untuk mengakhiri perang (di Suriah dan Yaman).
"Kami akan terus bekerja keras mendukung upaya-upaya damai di Suriah, di Yaman, dan di manapun sekiranya dibutuhkan," kata Abdullah.
"(Adapun) bagaimana itu akan memengaruhi Iran, kami tidak tahu, Anda perlu menanyakan pihak Iran untuk hal tersebut," ujar Mouallimi kepada reporter di New York, seraya mempertanyakan pihak Teheran yang tidak terbukti mendukung proses perdamaian selama ini, jauh sebelum memburuknya hubungan kedua negara baru-baru ini.
"Mereka (Iran) telah dan terus mengambil posisi dan garis kebijakan yang provokatif dan negatif, sehingga karenanya, saya pikir pemutusan hubungan diplomatis tidak akan mencegah mereka dari perilaku seperti itu," pungkas Mouallimi.
Pada tahun 2014 lalu, di dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, tak kurang Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu, melancarkan kritiknya secara terbuka, di hadapan Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif. Ahmet mempertanyakan siapa yang pertama kali turut campur dengan membekingi rezim Suriah, sehingga aksi rakyat pro-demokrasi yang berlangsung damai selama berbulan-bulan, kemudian dihadapi oleh rezim berkuasa dengan kekuatan senjata (ismed/tna)
Pihak Arab Saudi sendiri menyampaikan pernyataan, bahwa sikapnya untuk memutus hubungan diplomatik dengan Iran, tidak akan memengaruhi upaya negosiasi damai Suriah dan Yaman. Demikian seperti dilansir The New Arab pada Selasa (5/1/2016) kemarin.
Abdullah Al-Mouallimi, duta besar Arab Saudi untuk PBB, mengatakan pada Senin lalu bahwa pertentangan dengan Teheran "hendaknya tidak berefek" kepada upaya untuk mengakhiri perang (di Suriah dan Yaman).
"Kami akan terus bekerja keras mendukung upaya-upaya damai di Suriah, di Yaman, dan di manapun sekiranya dibutuhkan," kata Abdullah.
"(Adapun) bagaimana itu akan memengaruhi Iran, kami tidak tahu, Anda perlu menanyakan pihak Iran untuk hal tersebut," ujar Mouallimi kepada reporter di New York, seraya mempertanyakan pihak Teheran yang tidak terbukti mendukung proses perdamaian selama ini, jauh sebelum memburuknya hubungan kedua negara baru-baru ini.
"Mereka (Iran) telah dan terus mengambil posisi dan garis kebijakan yang provokatif dan negatif, sehingga karenanya, saya pikir pemutusan hubungan diplomatis tidak akan mencegah mereka dari perilaku seperti itu," pungkas Mouallimi.
Pada tahun 2014 lalu, di dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, tak kurang Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu, melancarkan kritiknya secara terbuka, di hadapan Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif. Ahmet mempertanyakan siapa yang pertama kali turut campur dengan membekingi rezim Suriah, sehingga aksi rakyat pro-demokrasi yang berlangsung damai selama berbulan-bulan, kemudian dihadapi oleh rezim berkuasa dengan kekuatan senjata (ismed/tna)