Haweya, Startup Unggulan Buatan Pemuda Gaza -->

Haweya, Startup Unggulan Buatan Pemuda Gaza

admin
Kamis, 10 Desember 2015

Islamedia - Haweya adalah salah satu dari belasan startup yang mampu bertahan walaupun ada konflik, blokade dan infrastruktur Gaza yang rusak. Paling bagus, mereka bisa menggunakan listrik delapan jam sehari. Blokade Israel-Mesir membatasi pergerakan orang-orang masuk dan keluar Gaza, dan kawasan tersebut masih belum pulih dari kerusakan perang tahun lalu.


Blokade tersebut adalah pemacu para pengusaha, yang terpaksa berinovasi untuk mengatasi tantangan unik yang mereka hadapi. Banyak startup di Gaza saat ini sedang mengembangkan alternatif lokal untuk barang-barang mahal seperti printer 3-D dan stabilizer untuk kamera video.


Pada bulan Mei, Bank Dunia menetapkan tingkat pengangguran di Gaza di angka 43 persen dan memperingatkan ekonomi kawasan tersebut "berada di ujung tanduk" akibat perang dan blokade Israel.


Program Mobaderoon telah menyediakan sekitar 100 pekerjaan sejauh ini, angka yang kecil untuk kawasan berpenduduk 1,8 juta orang. Tapi angka itu adalah prestasi penting, terutama bila mengingat gejolak di sektor publik.


Pada bulan November, para pengusaha muda berkumpul di sebuah balai yang dikelola oleh Inkubator Teknologi dan Bisnis Universitas Islam, untuk terpilih sebagai salah satu dari 20 startup yang diterima untuk mengikuti tahap ketiga program Mobaderoon.


"Setiap startup yang berhasil berhak menerima uang kontan sebesar $10,000, mesin-mesin peralatan, konsultasi dan bantuan," kata Elhallaq, supervisor mereka, seperti dilansir voaindonesia, Kamis (10/12/2015).


Selain itu Haweya juga menyediakan event management atau manajemen acara selain desain web, arsitektur, dan interior kepada klien lokal dan internasional, banyak di antaranya di negara-negara Teluk Arab. Mereka merancang dari jauh logo dan panggung untuk Forum Internasional Aksi Kemanusiaan ketiga, yang akan berlangsung di Qatar pada bulan Mei.

Blokade kawasan tersebut membuat mereka tidak bisa mendapatkan lebih banyak kerjasama, dan Qudih berdoa agar perbatasan dibuka agar bisnis bisa meningkat. Namun, ia puas dengan apa yang sudah ia lakukan sejauh ini.

“Perasaan yang indah kalau bisa mencapai suatu hasil, saat ide menjadi kenyataan dan mimpi jadi kenyataan di tengah-tengah keadaan Gaza yang dalam kesulitan," ujarnya.[islamedia/voa/YL]