Islamedia - Aliansi Perempuan Mesir untuk Revolusi, yaitu kelompok oposisi hak perempuan telah mengungkapkan bahwa "sejak penggulingan Presiden Muhammad Mursi pada bulan Juli tahun 2013, lebih dari 2.000 muslimah mesir telah ditangkap dan 90 orang diantaranya tewas."
Angka-angka tersebut dimuat dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di halaman Facebook pada Rabu (25/11/2015) sebagai bagian dari meningkatkan kesadaran tentang Hari Internasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan, yang jatuh pada 25 November.
Seperti dilansir kantor berita Anadolu, aliansi ini juga mengklaim bahwa pemerintah Mesir menangkapi wanita dengan tuduhan politik dan menyamakan mereka dengan pelaku kriminal.
"Pihak rezim kudeta Mesir telah melakukan 20 kejahatan pemerkosaan didokumentasikan terhadap perempuan di penjara," ungkap Aliansi ini.
Menurut mereka rezim Mesir dibawah kendali Assisi ini melakukan ancaman dengan tindak pemerkosaan untuk memaksa perempuan dan keluarga mereka mengakui kejahatan yang tidak dibuat mereka.
Dalam data mereka masih ada empat perempuan dan remaja yang hilang setelah ditangkap secara paksa.
Lebih lanjut menurut meraka, orang-orang cacat pun tak luput dari tahanan, seperti dalam kasus Esraa El-Taweel, yang ditahan di jalan.
Pernyataan itu juga menyebutkan putusan yang tidak adil dibuat terhadap perempuan, termasuk penjara keamanan maksimum dan eksekusi. Aliansi mencatat bahwa "hukuman mati telah dikeluarkan terhadap seorang wanita bernama Samia Shanan dan dia menderita bentuk terburuk penyiksaan setiap hari."
Aliansi Perempuan untuk Revolusi Mesir ini mengajak warga untuk menggunakan hashtag # we_won't_abandon_our_rights untuk mengirim pesan ke seluruh dunia dengan mematikan lampu mereka selama 5 menit.[islamedia/memo/YL]