Islamedia - Mantan sekretaris pers luar negeri Presiden Mesir terpilih Muhammad Mursi, menyampaikan pernyataannya bahwa dirinya tidak gentar dengan vonis mati yang dikenakan kepadanya pekan lalu. Dalam tulisannya seperti diterbitkan Washington Post, Sondos Asem, mengatakan dirinya menerima dengan penolakan total terhadap berita tentang vonis untuknya.
Perempuan berkerudung yang kini menempuh pendidikan pascasarjana di Blavatnik School of Government Universitas Oxford itu, menggambarkan kasus yang digunakan untuknya ialah keliru dan politis. Bersama dengan 100 orang lainnya, termasuk Mursi, Asem juga didakwa dengan spionase dan dihukum mati secara in absentia.
"Meskipun saya divonis dalam kasus yang kononnya Spionase Besar, rezim Mesir berusaha untuk mengakhiri hidup saya tanpa alasan apapun selain bahwa saya adalah: perempuan terdidik, aktif secara politik, dan independen, dengan pandangan Islam mainstream," tulisnya.
Kendati dirundung sedih karena terpisah dari kedua orangtua, kerabat, dan sahabat-sahabatnya, Asem menegaskan bahwa hukuman yang zalim takkan mematahkan cita-cita dan tekadnya untuk membela prinsip-prinsip revolusi Mesir. [memo/islamedia/zamrud-kh]
Perempuan berkerudung yang kini menempuh pendidikan pascasarjana di Blavatnik School of Government Universitas Oxford itu, menggambarkan kasus yang digunakan untuknya ialah keliru dan politis. Bersama dengan 100 orang lainnya, termasuk Mursi, Asem juga didakwa dengan spionase dan dihukum mati secara in absentia.
"Meskipun saya divonis dalam kasus yang kononnya Spionase Besar, rezim Mesir berusaha untuk mengakhiri hidup saya tanpa alasan apapun selain bahwa saya adalah: perempuan terdidik, aktif secara politik, dan independen, dengan pandangan Islam mainstream," tulisnya.
Kendati dirundung sedih karena terpisah dari kedua orangtua, kerabat, dan sahabat-sahabatnya, Asem menegaskan bahwa hukuman yang zalim takkan mematahkan cita-cita dan tekadnya untuk membela prinsip-prinsip revolusi Mesir. [memo/islamedia/zamrud-kh]