Islamedia - Penyanyi Afrika-Amerika Lauryn Hill membatalkan konsernya di Israel setelah mendapat desakan dari para aktivis melalui media sosial. Demikian dilaporkan laman Middle East Monitor pada Selasa (5/5) kemarin.
Kampanye Palestina untuk Pemboikotan Akademik dan Budaya atas Israel (PACBI) menulis surat terbuka kepadanya, menjelaskan bahwa "manggung di Israel pada saat ini berarti sama dengan manggung di Afrika Selatan pada era apartheid." Surat tersebut juga mewanti-wanti bahwa rencana manggung pada tanggal 7 Mei "bertepatan dengan sepekan sebelum rakyat Palestina memperingati bencana 1948."
Sebuah petisi online juga dimulai oleh kelompok yang menamakan diri End the Occipation (Akhiri Penjajahan), serta sebuah kampanye online menyebar secara viral dengan tagar #KillingMeSoftly. Tagar tersebut dinamai sesuai salah satu judul lagu paling terkenal dari penyanyi itu. Bersama tagar itu, juga disertakan berbagai gambar yang menunjukkan penderitaan rakyat Palestina atas panjajahan Zionis Israel.
Menyikapi pembatalan konsernya itu, Lauryn Hill menulis surat di Facebook kepada fansnya di Israel: "Ketika memutuskan untuk nampil, niat saya ialah manggung di dua tempat yakni di tel Aviv dan Ramallah. Merencanakan penampilan di Teritori Palestina, dan pada waktu yang sama juga di israel, ternyata terbukti sebuah hal yang sulit." Ia berkelit bahwa rencana perjalanannya itu juga dalam rangka mendukung "keadilan dan perdamaian."
Sementara itu, Yahudi Afrika sedang menghadapi gejolaknya tersendiri di Israel, seperti bentrokan terakhir antara para demonstran Yahudi Etiopia dengan aparat Israel. Warga Yahudi Afrika tersebut menuntut hak-hak yang lebih besar serta menuntut pengakuan mereka sebagai Yahudi dan warga Israel tanpa diskriminasi asal-usul keturunan. (memo/ismed)
Kampanye Palestina untuk Pemboikotan Akademik dan Budaya atas Israel (PACBI) menulis surat terbuka kepadanya, menjelaskan bahwa "manggung di Israel pada saat ini berarti sama dengan manggung di Afrika Selatan pada era apartheid." Surat tersebut juga mewanti-wanti bahwa rencana manggung pada tanggal 7 Mei "bertepatan dengan sepekan sebelum rakyat Palestina memperingati bencana 1948."
Sebuah petisi online juga dimulai oleh kelompok yang menamakan diri End the Occipation (Akhiri Penjajahan), serta sebuah kampanye online menyebar secara viral dengan tagar #KillingMeSoftly. Tagar tersebut dinamai sesuai salah satu judul lagu paling terkenal dari penyanyi itu. Bersama tagar itu, juga disertakan berbagai gambar yang menunjukkan penderitaan rakyat Palestina atas panjajahan Zionis Israel.
Menyikapi pembatalan konsernya itu, Lauryn Hill menulis surat di Facebook kepada fansnya di Israel: "Ketika memutuskan untuk nampil, niat saya ialah manggung di dua tempat yakni di tel Aviv dan Ramallah. Merencanakan penampilan di Teritori Palestina, dan pada waktu yang sama juga di israel, ternyata terbukti sebuah hal yang sulit." Ia berkelit bahwa rencana perjalanannya itu juga dalam rangka mendukung "keadilan dan perdamaian."
Sementara itu, Yahudi Afrika sedang menghadapi gejolaknya tersendiri di Israel, seperti bentrokan terakhir antara para demonstran Yahudi Etiopia dengan aparat Israel. Warga Yahudi Afrika tersebut menuntut hak-hak yang lebih besar serta menuntut pengakuan mereka sebagai Yahudi dan warga Israel tanpa diskriminasi asal-usul keturunan. (memo/ismed)