Islamedia - Juru bicara militer angkatan bersenjata Arab Saudi, Brigadir Jenderal
Ahmed Asseri, mengatakan negaranya akan terus melakukan serangan udara terhadap pemberontak Syiah Al Hautsi , hingga Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi bisa kembali berkuasa
di sana. Selain itu, dia meminta agar pemberontak Syiah Al Hautsi segera menyerah.
Dia mengatakan, serangan yang telah dimulai pekan lalu, telah sukses menghentikan pergerakan kelompok pemberontak Syiah Al Hautsi di kota pelabuhan, Aden.
Kantor berita Reuters, Senin, 30 Maret 2015, melansir pernyataan Saudi yang menilai kelompok Syiah Al Hautsi kian hari kian melemah.
"Kami akan menetapkan syarat yang diperlukan untuk mengizinkan Presiden dan pemerintahnya mengelola negaranya," ujar Asseri.
Alasan Saudi melakukan serangan udara ke Yaman, karena pasukan militer Yaman telah bubar akibat perpecahan di internal mereka setelah terjadi aksi pemberontakan di tahun 2011 lalu.
"Salah satu syarat yang harus mereka lakukan yakni dengan mengambil alih (kekuasaan.red). Kami akan terus melanjutkan untuk menyerang kelompok militan itu," imbuh Asseri.
Arab Saudi akan membuat mereka terpojok, hingga kondisinya memungkinkan bagi angkatan bersenjata militer Yaman mampu untuk mengambil alih.
"Kami merasa mereka kalah hari demi hari. Kami terus menekan mereka untuk menghentikan kelompok itu. Kami percaya situasi di sekitar Aden akan lebih baik dan lebih baik hari demi hari," lanjut Asseri.
Dalam kesempatan itu, Asseri kembali menuding Iran ikut membantu kelompok Houthi dalam menggulingkan Hadi. Beberapa jet tempur yang semula dimiliki oleh militer Yaman, dirawat oleh Iran.
Jet tempur itu kemudian digunakan beberapa pekan lalu untuk menyerang markas Hadi di Aden. Dia menyebut pesawat jet itu kini tinggal tersisa beberapa dan mereka pun akan dihancurkan juga.
Asseri memperkirakan ada sekitar antara 25 ribu hingga 30 ribu anggota kelompok Houthi. Tetapi, angka itu tidak stabil.
Dia menyebut anggota pemberontak Syiah Al Hautsi diberi bayaran senilai US$100 atau Rp1,3 juta per harinya. Jika tidak diberi gaji, maka Al Hautsi akan kehilangan banyak personel.
Asseri menuding dana itu diberikan oleh Iran. Iran juga diduga memasok peralatan militer seperti meriam anti-pesawat, amunisi dan persenjataan lainnya ke dalam Yaman. Alutsista itu dibawa masuk dengan menggunakan penerbangan yang tersedia 14 kali dalam satu pekan dan mendarat di Sana'a dari Tehran. Pengiriman itu telah berlangsung beberapa bulan lalu.
Namun, pengiriman alutsista itu juga sudah dibombardir oleh kampanye militer Saudi. Baik Iran dan Hautsi, sama-sama membantah jika Tehran memasok senjata, dana atau pelatihan. [viva/islamedia]
Dia mengatakan, serangan yang telah dimulai pekan lalu, telah sukses menghentikan pergerakan kelompok pemberontak Syiah Al Hautsi di kota pelabuhan, Aden.
Kantor berita Reuters, Senin, 30 Maret 2015, melansir pernyataan Saudi yang menilai kelompok Syiah Al Hautsi kian hari kian melemah.
"Kami akan menetapkan syarat yang diperlukan untuk mengizinkan Presiden dan pemerintahnya mengelola negaranya," ujar Asseri.
Alasan Saudi melakukan serangan udara ke Yaman, karena pasukan militer Yaman telah bubar akibat perpecahan di internal mereka setelah terjadi aksi pemberontakan di tahun 2011 lalu.
"Salah satu syarat yang harus mereka lakukan yakni dengan mengambil alih (kekuasaan.red). Kami akan terus melanjutkan untuk menyerang kelompok militan itu," imbuh Asseri.
Arab Saudi akan membuat mereka terpojok, hingga kondisinya memungkinkan bagi angkatan bersenjata militer Yaman mampu untuk mengambil alih.
"Kami merasa mereka kalah hari demi hari. Kami terus menekan mereka untuk menghentikan kelompok itu. Kami percaya situasi di sekitar Aden akan lebih baik dan lebih baik hari demi hari," lanjut Asseri.
Dalam kesempatan itu, Asseri kembali menuding Iran ikut membantu kelompok Houthi dalam menggulingkan Hadi. Beberapa jet tempur yang semula dimiliki oleh militer Yaman, dirawat oleh Iran.
Jet tempur itu kemudian digunakan beberapa pekan lalu untuk menyerang markas Hadi di Aden. Dia menyebut pesawat jet itu kini tinggal tersisa beberapa dan mereka pun akan dihancurkan juga.
Asseri memperkirakan ada sekitar antara 25 ribu hingga 30 ribu anggota kelompok Houthi. Tetapi, angka itu tidak stabil.
Dia menyebut anggota pemberontak Syiah Al Hautsi diberi bayaran senilai US$100 atau Rp1,3 juta per harinya. Jika tidak diberi gaji, maka Al Hautsi akan kehilangan banyak personel.
Asseri menuding dana itu diberikan oleh Iran. Iran juga diduga memasok peralatan militer seperti meriam anti-pesawat, amunisi dan persenjataan lainnya ke dalam Yaman. Alutsista itu dibawa masuk dengan menggunakan penerbangan yang tersedia 14 kali dalam satu pekan dan mendarat di Sana'a dari Tehran. Pengiriman itu telah berlangsung beberapa bulan lalu.
Namun, pengiriman alutsista itu juga sudah dibombardir oleh kampanye militer Saudi. Baik Iran dan Hautsi, sama-sama membantah jika Tehran memasok senjata, dana atau pelatihan. [viva/islamedia]