
Islamedia.co - Selalu
ada kisah yang tersisa dari sebuah perjumpaan, adalah salah ketika kita
membiarkannya pergi tanpa hikmah begitu saja, biarlah kami berbagi, bukan untuk
berbangga diri, sekedar mungkin sedikit menyemangati, bilalah tiba pula engkau
kesana(semoga), ada sedikit bekal cerita dari kami, ada persiapan yang perlu
dicari, salah satunya adalah kemampuan berkomunikasi, bahwa sangat lebih indah
ketika kita punya banyak hal untuk itu yang akan kita dapatkan insyaa Allah...
Waktu
menunjukkan pukul 4 dini hari kota Madinah saat pesawat Ettihad yang membawa
rombongan kami landing di bandara Prince Muhammad bin Abdul Aziz,.. Madinah Al
Munawwarah kota yang bercahaya, takterasa bulir bulir air mata ini mengalir
saat kutengok dr jendela pesawat, terkenang akan kisah nabi Muhammad saat
pertama kali hijrah dikota ini, aura kota tempat ibadah begitu menyengat,
terbukti ketika sepanjang jalan menuju masjid Nabawi telah banyak orang
berjalan menuju ke masjid agung tersebut. Padahal shubuh masih lama sekitar 45
menit lagi.
Hari
pertama di Madinah sangat menyenangkan bertemu banyak saudara muslim dengan
berbagai kebiasaan yg unik namun satu tempat tujuan ibadah sungguh hal yang
menakjubkan. Sangat terasa ukhuwah ini, meski takterikat oleh ikatan darah,
namun iman, lagi-lagi membuat mata ini basah. Bacaan imam sholat shubuh pagi
itu lagi-lagi menambah deras air mata, juga isak tangis dari kanan kiri
terdengar jelas, QS Al Mudatstsir begitu menggetarkan jiwa.
Ketika
pagi dhuha kucoba menyapa seorang saudara muslim entah dari mana, kuucapkan
salam, kutanyakan maksudku untuk mengambil zam-zam "assalamu'alaikum,
minfadhlik aina zam zam?", sambil kutunjukkan botol kosongku
"wa'alaikumussalam warahmatullahiwabarakatuh" jawabnya ramah sekali dibarengi
senyuman lebar, sambil menunjuk arah dalam masjid nabawi.
Dan
kumasuki masjid megah itu, aku sedikit masih bingung dan canggung karena belum
juga kulihat tanda-tanda tempat air zam zam, kemudian kutanya lagi pada askar
wanita “aina zam zam”, melihatku bingung dia langsung menunjuk teman penjaga
zam zam yang ternyata orang Indonesia (malu sebenarnya hihi, bahasa arab
seperlunya langsung tau kalo aku orang Indonesia) akhirnya kutemukan zam zam,
aku minum kemudian mengisi kantong air lalu mencari tempat untuk sholat dhuha.
Siang
itu sungguh beruntung bertemu 3 ummahat dari negeri sungai Nil ummi Amaniy,
Haleeya, satu lagi lupa, kami sempat berbincang yang agak kaku karena menurut
mereka bahasa arabku terlalu resmi(fusha) haha, justru mereka tidak mengerti.
Ketika kutanya salah satu dari mereka "min aina anti?" dia jawab
"Mashr". Aku bingung karena setahuku biasanya Mesir disebut
"Mishr" kemudian aku kembali bertanya "Mishr"? baru dia
menjawab "na'am". Lucu lagi ketemu nenek-nenek dari Turki namanya Delizie,
dia ga bisa bahasa arab juga inggris, hanya bilang Turki Turki, sempat
kutanyakan presiden Erdogan malah ga mudeng haha, dari isyartnya aku sedkit
mudeng bahwa dia mendekatiku karena ingin mendengar bacaan Qur anku.
Sore
ini lagi-lagi aku ditemukan dengan saudara muslimahku dari Pakistan namanya
Praviine. kita sama-sama tidak bisa bahasa dengan bagus, tapi lumayan nyambung
ceritanya, Praviine menjelaskan bahwa arti namanya "nobel" dalam
bahasa Inggris,Praviine adalah bahasa Hindi. Aku sempat ga yakin kemudian dia
dengan shabar mengejakan huruf-hurufnya, Pi-aR-ei-Vi- aI-aI-eN-Ei. Praviine
tinggal di Karachi, punya 5 anak, 3 perempuan, 2 laki-laki, 2 anaknya hafal qur
an. Kutanya "do you have address fb?" "No i'm house wife
totally, mengurus anak-anak, bersih-bersih, dan sebagainya" jawabnya dalam
bahasa Inggris, langsung kuacungkan jempol
dan berkaca-kaca.
"House
wife can't FB?"tanyaku kembali. "Yes" jawabnya...Padahal aku
hanya ingin barangkali dia pny alamat fb kmd aku tetap bisa bertegur sapa sepulang
ke tanah air nanti. Dan yang mengejutkan lagi 'do you know Indonesia?' dia
nampak bingung, lantas aku bilang Indonesia near singapore, malaysia, dia baru
sedikit menganggukkan kepala, Kutanya lagi what language in Pakistan?”
tanyaku.”Urdu, cindi?” Praviine menerangkan, (trus kueja “Hindi”)?sepertinya
iya, haha. Inilah sepenggal cerita sore disela tilawah qur an, dan dia bilang “you
read Qur an like God”, aku terbelalak kok aku disamakan Tuhan sih? kemudian dia
berusaha menjelaskan bahwa, “your voice is wise, anugrah from Allah...”. “Praviine,
i'm glad n nice to meet you”, sapaku seusai sholat maghrib.
Majeeda
akhwat cantik dari Yordania,.., seorang ukhty mengedarkan kurma dihadapanku,
kuambil satu, tetiba dari sampingku diangsurkan selembar tissue, kulihat wajah
cantik mediterania itu tersenyum lebar, kuucapkan "syukran". Rupanya
dia tau aku takmembawa tissue untuk sekedar menghapus belepot kurma dan menaruh
biji kurma. Kucoba bertanya dengan bhs inggris krn takyakin dia bs berbhs arab,
"where are you come from?" " "Urdun", aku terbelalak
karena ga ngeerti, kucoba liat dikartu pengenalnya terlihat bendera negara,
kucoba tebak Jordan? "yes , Jordania”. "What its the first time at
here?tanya Majeeda kepadaku, kujawab
“Yes”, dia kembali menjawab "me too" kulihat wajah takjub disana.
Kugelar sajadah melintang dihadapannya,sebagai tanda terimakasihku telah
berbagi padaku selembar tissu yang tanpa kuminta. Dia tersenyum dan berkata
"syukron"...
Anindya Sugiyarto