Islamedia.co -
Oleh: Galuh Raga
Beribu butir peluru beterbangan, suara yang
memekik
Sumpah serapah seorang ibu bergamis putih
kecoklatan
Menjadi padu dalam hembusan angin kering
berdebu
Di sore butut lagi kelabu
Bau amis darah mengepung perkantoran yang reot
Tikus berlarian tanpa arah
Sangsi dengan tanah kerontang bertabur
mesiu
Menggigit bias kebejatan sejarah manusia
Seorang anak kecil berlari pincang
Sebelah kakinya baru saja gugur terkena
hujan roket
Dan diantara darah yang mengucur deras!
Putih samar terlihat tulang yang memilukan
Namun apa yang terucap oleh mulut getirnya?
Takbir. Takbir! Allohuakbar!
Bergemuruh semangat intifadhoh dalam
dadanya
Bergetar sanubarinya yang hanyut dalam alunan
ayat-ayat Al Anfal
Tak takut menantang laras panjang
Tak sabar menunggu umur menjemput syahid!
Anak malang,
Tak terlintas dalam pikirnya menikmati
embun pagi dengan segelas susu
Bersama kawan bersenda gurau berbincang
mesra
Bersekolah dengan tenang; belajar bahasa
Inggris
Atau sekedar bermain monopoli dan ular tangga
Baginya hidup adalah antara al - Quran dan
Jihad
Jangan tinggalkan sholat dan cium orang tua
Karena boleh jadi esok takkan bersua
Ini demi Palestina negeri tercinta
Dimana HAM hanya mitos dan semboyan belaka
Anak sekecil itu tak ragu mengambil batu
Dengan badan lelah dan kaki pincang
Senjatanya ketapel kayu, makan siangnya
pekikan takbir
Berdiri menghadang tank tank yahudi yang
angkuh!
Demi sore terlarut bersama auman senapan
Bulan membungkuk di sela dedaunan korma
Tak tega menyaksikan yang mereka sebut
ekspansi
Atau yang kita kenal: pemban-taian
Ibu bergamis kecoklatan masih berjuang
Dengan kelopak yang bengkak ditinggal air
mata
Terus ia mencari sambil memaki
Kemarin, suaminya baru saja pergi
Hari ini, anaknya kehilangan kaki