Islamedia.co - “Jika Allah mengkaruniai saya syahid di jalan-Nya, maka saya tidak mau ada budak As-Sisi yang mengiringi jenazahku atau menshalatinya, walaupun ia dari keluarga terdekat. Ya Allah rizkikanlah kami syahid di jalan-MU yang diterima dan tidak tolak.”
Inillah kalimat terakhir yang ditulis oleh As-Syahid –dengan izin Allah- Ali Khaled Hasan Abdul Adzim (23 tahun) yang gugur dalam peristiwa pembantaian demonstrasi damai di Rab’ah Al-Adawiyah, Rabu, 14 Agustus 2013 saat menjaga pintu masuk lapangan bertahan demonstrasi Rab’ah di Tiba Mall. As-Syahid Ali Hasan adalah lulusan Universitas Ain Syams, Fakultas Tehnik, tahun 2012.
Dalam kehidupan para mujahid dan syuhada yang memiliki karakter kesungguhan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Syahid Hasan Al-Banna bahwa umat yang mujahid itu tak kenal kecuali kesungguhan, namun ternyata kehidupan para syuhada juga tak lepas canda dan tawa, tapi canda dan tawanya itu, tak lepas dari cita-cita luhurnya "menikah, surga dan bidadari" seperti As-Syahid -bi idzni Allah- Ali Abdul Adzim yang dikisahkan oleh salah seorang sahabatnya:
“Sejak awal saya berada di Universitas, saya teringat setiap aksi
demonstran saya menemuimu, dan kamu selalu mengatakan kepadaku bahwa
anak tekniklah yang selalu mengatur Universitas, “apakah kamu tidak
melihat, berapa banyak jumlah ikhwan di jurusan teknik?”
Saya teringat saat kami shalat di depan aparat keamanan dan di sekitar kami para preman, saat itu semua ikhwah tegang dan kamu sendiri yang tertawa dan senyum tetap tenang.
Saya teringat setiap kali kamu melihatku, kamu selalu bercanda, tertawa dan berkata,“hai kawan, kamu dan saya dan orang-orang seperti kita tak penting menikah, insyaAllah kita akan menikah di surga.” Kenang Usamah Hani.
Saya teringat saat kami shalat di depan aparat keamanan dan di sekitar kami para preman, saat itu semua ikhwah tegang dan kamu sendiri yang tertawa dan senyum tetap tenang.
Saya teringat setiap kali kamu melihatku, kamu selalu bercanda, tertawa dan berkata,“hai kawan, kamu dan saya dan orang-orang seperti kita tak penting menikah, insyaAllah kita akan menikah di surga.” Kenang Usamah Hani.
Keberanian dan keyakinan memang menjadi karakter utama para mujahid dan
pemburu surga, dan itu yang nampak dalam kehidupan As-Syahid Ali Khaled
Abdul Adzim yang tak gentar menghadapi serangan peluru dari aparat
kudeta militer di Lapangan Rab'ah Al-Adaweah:
"Sang Pahlawan Ir. Ali Khalid, ketika berjaga di pintu masuk Tiba Mall
dan mendengar suara serangan, beliau dengan cepat tanpa dua tangan
bertahan dengan jasadnya dari serangan peluru, maju tak kenal mundur,
menyambut tembakan penghianat dengan dada telanjang. Beberapa hari
sebelum ia syahid, kami terlibat pembicaraan. Saya mengkritisi caranya
menjaga tanpa memakai pelindung diri kecuali tongkat, lalu menjawab,
“apa yang akan kita lakukan? menghilangkan senjata ini tidak mungkin.
Allah merahmati dan menerimamu bersama orang-orang shalih, dan
menempatkanmu di barisan dan kedudukan para syuhada, dan semoga kami
mendapat karunia syafaatmu yang diterima.” Tulis Basmah Umar.
As-Syahid Ali Hasan telah tiada namun perjungan dan cita-citanya tetap membara di hati rakyat Mesir[syuhadar4bia.com]