Islamedia - Tinggal menghitung beberapa
hari lagi kita akan mengikuti perhelatan akbar pemilu 2014, per 16 maret
kemarin sejak resminya di mulai kampanye terbuka hampir seluruh partai berbondong-bondong mengeluarkan seluruh
kemampuannya untuk unjuk gigi dan berusaha untuk meraih simpati seluruh
masyarakat Indonesia. Hampir setiap hari pemberitaan kita baik media mainsteram
maupun media sosial riuh dan hiruk pikuk pemberitaan parpol-parpol tersebut
dalam kampanye mereka. Tak terkecuali partai-partai islam yang menurut lembaga
survey elektabilitas mereka sangatlah rendah di banding partai-partai yang
bersifat nasionalis-pluralis sehingga butuh upaya keras dan menjadi
satu-satunya kesempatan terakhir untuk merebut hati rakyat Indonesia.
Hampir berbeda jauh dengan
beberapa partai lain justru partai islam hari ini hampir tidak memiliki figur
yang kuat untuk menarik pemilih yang bersifat nasional. Mereka hanya
mengandalkan tokoh-tokoh yang berbasis kepala daerah maupun caleg-caleg
incumbent yang di munculkan sebagai figur dalam sosialisasinya di masyarakat.
Namun kita tidak bisa
meremehkan mereka begitu saja justru pada kondisi inilah kita dapat berpikir
jernih bagaimana parpol-parpol islam dalam menghadapi kampanye terbuka ini. Di
saat partai nasionalis ini berorientasi untuk terus menambah suara dengan
mengadakan panggung-panggung dangdut yang tidak senonoh dan membagi-bagikan
uang Kita dapat melihat hampir seminggu berjalannya kampanye terbuka ini justru
parpol-parpol islam lah yang mengedepankan kampanye yang sangat sopan dan
menjunjung tinggi nilai-nilai moral.
Seakan tidak pernah putus
harapan melihat survey-survey tersebut justru partai-partai islam tetap solid
dengan militansi kader yang di bangun. Mobilisasi massa yang di lakukan pun
sangat simpatik dan kreatif bahkan bersifat membangun seperti mengadakan
pengajian-pengajian. Bukan maksud menutup mata dari budaya mayoritas masyarakat
Indonesia yang lebih menyenangi dangdutan dan bagi-bagi uang maka parpol islam
pun senantiasa melakukan obyektifikasi masyarakat yang di lakukan sebagai
perekat dan penyelamat dari ketempurukan masyarakat yang lebih jauh lagi. maka
tak heran beberapa parpol islam juga mengadakan panggung rakyat yang bersifat
mengedepankan nilai-nilai luhur budaya dan seni-seni islami seperti
qasidahan,nasyid dan sebagainya.
Ini menjadi pikiran yang
terus mengganggu saya hampir setiap hari saya melihat media social bagaimana
parpol nasionalis menunjukan kebobrokannya dengan kampanye yang sangat jauh
dari moralitas. Seakan mengkhianati apa yang mereka pegang pancasila sebagai
ideologi yang sangat moralis tapi mereka dengan semena-mena seakan seluruh
rakyat Indonesia mengamini apa yang mereka perbuat.
Maka melihat hal itu sebagai
pemuda seharusnya kita mampu bangkit dan mendorong terus partai islam yang
selama kampanye ini. saya lihat dengan keringat dan usaha mereka sendiri.
Bahkan tak sedikit partai islam hari ini kekurangan biaya bahkan harus berinfak
lebih besar dari sebelumnya. Berbeda dengan partai nasionalis yang memiliki
pemilik media mainstream sebagai sumber keuangan.
Muhammad Naufan
Mahasiswa Unpad