Islamedia - Bertahun-tahun silam, ribuan mungkin jutaan, bahkan sebelum manusia
itu diciptakan, kuasa Allah Tuhan semesta menurunkan hujan sebagai rahmat bagi
mahluk semuanya, tidak hanya manusia tapi semuanya yang menjadi penghuni bumi
dan alam raya. Intinya tetap sama agar manusia selalu menyembah-Nya, bertasbih
di setiap tetes airnya. Butir-butir bening itu adalah keajaiban yang tidak ada
harganya, tak ada yang bisa menggantikannya dengan harta dengan
segalanya.
“Apa yang engkau akan lakukan bila tidak ada lagi air di dunia
kecuali hanya segelas saja?” Kata pengawal setia sang raja. “Aku akan tukar
dengan separuh kerajaan yang aku punya”. Begitulah Jawab sang raja atas
pertanyaan pengawalnya. Begitulah berharganya dia, yang selalu turun dari
langit dengan volume dan kwantitas yang terukur sesuai kebutuhan mahluk dunia.
Dengan takaran yang sudah terukur besarnya sehingga tidak berbahaya saat
menembus rambut-rambut mereka, saat mengguyur tanaman-tanaman dan kebun-kebun
manusia. Ia menjadi penyejuk atas dahaga kerongkongan segala kehidupan, : “ Dan Kami jadikan segala yang hidup dari air”. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman?” (Q.S. 21:30) Sungguh Allah maha
perkasa maha bijaksana.
Tuhan kita selalu mengulang-ulang firman-Nya : “Dan Dialah yang
menurunkan air dari langit”. (Q.S. 2:22, 6:99, 13:17, 14:32, 15:22, 16:65) agar
manusia selalu ingat dengan kenikmatan yang tak ada hitungnya. Perhatikanlah
manusia, jangan kalian lupa dengan ayat-ayat yang selalu kau baca, kau lihat
dan kau dengar dengan telinga. : “Tidakkah
kalian memperhatikan air minum kalian?” (Q.S. 56:68) agar manusia tunduk
kepada kelemahannya, sebab ternyata yang dia minum bukan karya tangannya, bukan
juga hasil riset dan jerih payahnya, dia hanya mengambil belas kasihan dan rahmat
air langit yang berjatuhan di sekitar bumi tempat hidupnya.
Lihatlah manusia ! Betapa di antara kita banyak lupa atau pura-pura
lupa, banyak tak mengerti atau memang pura-pura tak mengerti, atau juga memang
tak mau
mengerti. Berapa generasi yang sudah menjadi bukti, dengan kesombongannya
mereka dihabisi tak tersisa sama sekali. Ayo manusia, kita mengingat mereka
yang sudah tiada. Seandainya kita mengambil ibroh dari mereka niscaya Allah
akan memberi seperti apa yang Allah janjikan untuk Kaumnya Nuh Alaihis salam
Nabi-Nya, : “niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan
lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu
kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai”. (Q.S.
71:11,12) Sayangnya mereka tidak mau mendengar Nabinya, hujan yang lebat yang
turun semakin hebat, sungai yang mengalir terus mengalir, arusnya tak terbendung,
membesar menguat bahkan menggunung. Allahu Akbar, mereka hilang terombang
ambing amukan air yang meluluh lantakkan kebun-kebun mereka, tanaman dan
pertanian mereka, rumah dan gedung-gedung mereka, harta bahkan anak-anak
mereka.
Lihatlah manusia, Fir’aun yang merasa bisa mengalirkan air dari
bawah kakinya, : “Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan
(bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak
melihatnya?”. Oh.. begitu perkasa ucapannya, begitu digdaya dan
kuasa lidah dan mulutnya, tapi sayang umbar janjinya tak sebanding dengan
kemampuannya. Saat dia ditantang Musa Alaihis salam mengubah ketentuan
langit dengan mendatangkan matahari dari barat dan menenggelamkannya di timur
dia gagap, otaknya tak lagi bisa berfikir jernih, mulutnya tak lagi bisa
berucap, kelu dan kaku tak bisa menjawab, tapi sekali lagi dia masih punya
kesombongan, rasa besar kepalanya yang mencuat, bukan akal, mulut atau hatinya.
Dan kesombongannya itu di tenggelamkan di dasar air bersama dengan kebebalan
tentara yang menjadi kaki tangan kekuasaan dan jabatannya. Allah maha perkasa
maha kuasa.
Manusia kini semakin congkak, sombong dan bebal sebebal mereka yang
sudah dibinasakan, dilantakkan, dicampakkan di dasar keninaan. Manusia!
Belajarlah dari alam. Bukankah kalian sudah benar-benar melihat dengan mata
kalian? Mendengar dengan telinga kalian? Seandainya Allah tunda saja hujan
beberapa saat hancurlah kehidupan, atau Dia ganti saja titik-titik bening itu menjadi titik-titik debu atau pasir
apa yang bisa kalian lakukan? Coba lihat saudara kita di kaki gunung Sinabung! Lihat mereka yang hidup di genangan dan aliran banjir beberapa
waktu lalu. Tidakkah kita lihat kekuasaan langit hari itu? sekali lagi Allah
maha kuasa mengganti titik bening dengan titik pasir atau batu sekalipun. Baru
sehari atau dua hari saja debu menjelma bak titik-titik bening di bumi Jawa
Timur, Jawa Tengah bahkan langit Djogjakarta. Kota-kota itu lumpuh tak berdaya
menahan laju keperkasaan tentara langit nan kecil sekecil semut itu. Kelud
adalah salah satu mahluk yang selalu taat atas titah Tuhannya.
Sesungguhnya manusia, kalian tidak sama sekali punya kuasa bahkah
terhadap makanan yang kalian santap sekalipun. Tidak juga terhadap minuman
untuk menghilangkan dahaga kerongkongan kalian sendiri. Berfikirlah manusia! Itu karena belas rahmat
dan rohimnya Allah Tuhan semesta. Siapa yang akan memberi kalian minum jika
hujan yang ratusan tahun bahkan jutaan tahun lalu berganti debu dan batu? :
“Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu
menjadi kering; maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?”. (Q.S. 67:30)
“Maka terangkanlah kepadaku tentang
air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, niscaya
Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?”. (Q.S. 56:68,69,70)
Kuasa langit di atas segalanya!
Oleh: Muhammad Khumaidi