Islamedia - “Halaqoh kami telatnya sering gak
tanggung-tanggung, 1 jam atau pun 2 jam. Maklum udah pada kerja dan berumah
tangga. Itu gak terjadi beberapa kali saja, tapi jari yang ada udah gak cukup
lagi ngitungnya”
“Halaqoh kami nerapin kalau ngapal atau
setor ayat itu sama suratnya, Alhamdulillah saya yang paling banyak dari yang
lain, tapi karena sistemnya gitu, jadi hapalan saya mandet. Karna kan ada juga
tipe orang yang perlu di semangatin sama yang lain”
“Halaqoh kami pernah Murobbi tidak bisa
hadir, dan diamanahkan untuk halaqoh mandiri. Tapi sedih, tidak ada yang
datang"
“Saya kerjanya di kontraktor, dimana saya
sendiri perempuan. Alhamdulillah itu tidak masalah . dan bahkan sudah deal sama
bos yang kebetulan bukan agama islam. Karena saat di wawancara saya ditanya.
Apa yakin saya mau kerja dengan menggunakan rok dan jilbab lebar? Saya jawab
yakin dan jika saya tidak diterima cuma karena masalah itu, saya terima.
Alhamdulillah saya diterima dan betah saja kok”
Itulah ada kisah sebut saja inisialnya WD
(walaupun bukan itu). Saya mendapat cerita ini langsung dari sumbernya. Oleh
sebab itu, saya suka sekali menjadi pendengar dan dipercaya menerima
kisah-kisah yang penuh hikmah. Dan tak jarang juga saya sering belajar dan
mengambil hikmah itu untuk kehidupan saya sendiri.
WD adalah seorang aktivis dakwah sekolah
dan di lanjutkan dakwah kampus. Mengapa saya mengangkat cerita WD ini? Karena
saya begitu salut dengan kesabarannya menghadapi halaqoh yang bias digolongkan
tidak sehat itu dan kondisi pekerjaannya yang kurang kondusif. Halaqoh bagi
saya, sangat menentukan untuk istiqomahnya seseorang. Nah, dengan halaqoh
seperti itu, WD tetap saja dengan jilbab syar’i nya, tetap saja berkontribusi
untuk sekolah dan kampusnya walaupun sudah tamat serta yang utama tetap di
jalan dakwah. Saya hanya bisa berucap subhanallah dengan setulus hati pada saat
mendengarnya secara langsung. Bahkan pengakuan WD, sudah tidak tau berapa kali
ia menangis pada saat menunggu halaqoh.
Singkat cerita, dengan kesabarannya itu,
sampailah ke batas ia seharusnya melanjutkan ke jenjang baru, menikah.
Sebenarnya saat itu, WD belum ada rencana menikah. Tetapi, karena ada beberapa
ajakan taaruf ataupun yang ingin melamarnya, WD pun merasa sudah seharusnya ia
menikah. WD termasuk wanita yang cerdas, cantik, sholehah, mandiri, istiqomah
menurut yang saya amati. Jadi wajar, banyak yang ingin menjadikannya istri.
Beberapa proses pun dilakukan. Sempat juga ada tawaran dari yang bukan aktivis
dakwah. Tetapi ia kembali berpikir ulang dan menganalisa. Karena bagaimana
mungkin ia akan membangun rumah tangga dengan “start” yang tidak sama? Hal ini
kembali ke pribadi masing-masing orang, itu prinsipnya dan saya juga sepakat
dengannya.
Proses sampai taaruf, khitbah dan walimah
pun tidak semulus berjalan di jalan yang lurus. Allah begitu sayang dengannya.
Tak cukup dengan ujian di halaqoh, bahkan setelah ia bersabar dengan segala
ujian tadi, jalan berkelok pun harus ia lalui untuk menuju hari H. Lantas, apa
yang ia rasakan setelah proses itu?
“Allah memang Maha Baik, Murobbi saya
begitu berusaha maksimal dalam mencarikan calon suami untuk saya. Walaupun ada
yang gagal, tetapi apa yang akhirnya apa yang saya peroleh? Suami yang hapalan
alqur’annya lebih dari pada saya, suami yang hapalan hadistnya lebih dari pada
saya, suami yang pergerakan dakwahnya sangat aktif, suami yang siap membantu
saya dalam urusan rumah tangga, suami yang tetap pada prinsipnya melakukan
pernikahan yang syar’i dan suami yang menjadi murobbi tetap saya, insyaAllah”
“Bagaimana jikalau saya menyerah dengan
segala ujian tadi? Saya pun tidak tau jawabannya. Maka bersabarlah dengan
segala ujian yang Allah berikan kepada kita. Pasti ada hikmah dan hal baik dari
ujian itu yang ingin Allah hadiahkan kepada kita. Jika punya masalah dengan
halaqoh yang seharusnya menambah keimanan kita, ingatlah, halaqoh itu terdiri
dari jamaah manusia.
Sudah tugas kita saling mengingatkan agar masalah itu terpecahkan dan menjadi akhir yang indah nantinya”
Sudah tugas kita saling mengingatkan agar masalah itu terpecahkan dan menjadi akhir yang indah nantinya”
Dan saya pun kembali teringat dengan
pesan-pesan murobbi dan saudari seperjuangan.
“cara jitu untuk selalu istiqomah itu,
senantiasa lah bergabung dengan orang sholeh-sholehah. Walaupun kita merasa tak
pantas, walaupun kita merasa malu karena ibadah kita tak sebanding dengan
mereka, tetaplah bersama mereka”
Jadi, apapun
yang terjadi kami tetap melingkar #AYTKTM
IrSur
kepulauan meranti, Riau
[Lomba #AYTKTM]
[Lomba #AYTKTM]