Islamedia - Pulang
kampung enaknya naik
kereta
Kereta
melaju sampai Stasiun
Juanda
Jangan
menyerah negeriku tercinta
Indonesia,
harapan itu masih ada
Kereta
melaju sampai Stasiun Juanda
Pesawat
terbang membelah angkasa
Indonesia,
harapan itu masih ada
Ayo,
saatnya bekerja untuk Indonesia
Pesawat
terbang membelah angkasa
Pramuka
pergi berkemah
di Kawah Ratu
Ayo,
saatnya bekerja untuk Indonesia
Indonesia
itu Alhamdulillah ya sesuatu
Pramuka
pergi berkemah
di Kawah Ratu
Menyusuri
lembah tak kenal lelah
Indonesia
itu
Alhamdulillah ya sesuatu
Dakwah,
jangan tinggalin aku lah
***
Setelah memasuki dunia kampus, aku baru mengetahui
kalau dakwah itu ternyata bukan hanya melalui Rohis saja. Rohis hanya merupakan
salah satu sayap dalam dakwah, yaitu sayap syiar. Masih banyak sayap lain yang
harus diemban menjadi suatu amanah dakwah.
Sang Maha Sutradara telah mengatur sebuah skenario
kehidupan terbaik dalam episode perjalanan dakwah kampusku. Setiap Aktivis
Dakwah Kampus (ADK) mendapatkan perannya masing-masing sesuai dengan
kapabilitas dan kompetensi yang dimiliki.
Aku sendiri didaulat untuk menjadi mas’ul sayap Networking dan Fundrising (NF)
yang bergerak di bidang jaringan dan pendanaan dakwah kampus. Sebuah sayap yang
memiliki peran cukup frontal dalam menunjang sayap-sayap dakwah lainnya.
Aku pernah merasakan bagaimana sulitnya mencari
sponsor dan bantuan dana ketika hendak mengadakan kegiatan keislaman di kampus.
Namun, hal ini tidak lantas menyurutkan semangat dalam berdakwah.
Allah Swt. berfirman dalam Q.S. Al-‘Ankabuut: 2-3,
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
“Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami
telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta." Perjuangan berat dalam mencari sponsor dan bantuan dana dibayar
lunas dengan antusiasme para peserta dalam mengikuti kegiatan keislaman
tersebut. Allah memang Maha Adil, kawan.
***
Semakin bertambah hari, amanah dakwah semakin
bertambah sedangkan pelaku dakwah semakin berkurang. Banyak kader yang
berguguran di jalan dakwah. Layaknya pertandingan dimana semakin mendekati
babak final maka semakin berkurang tim yang bermain di dalamnya. Seringkali
diri ini harus sendirian mengemban amanah dakwah. Bahasa gaulnya itu “one man show”. Aku teringat perkataan
Umar bin Khattab ra, “Jika ada 1000 orang yang berjuang di medan dakwah, maka
aku adalah salah satunya. Jika ada 100 orang yang berjuang di medan dakwah,
maka aku adalah salah satunya. Jika ada 10 orang yang berjuang di medan dakwah,
maka aku adalah salah satunya. Dan jika hanya ada satu orang yang berjuang di
medan dakwah, maka akulah orangnya.” Kata-kata ini begitu menggugah dan
membakar semangatku dalam berdakwah. Bahkan dalam suatu syuro, aku pernah
berkata, “Jika organisasi ini tidaklah bernafaskan dakwah, tentu ana sudah meninggalkannya sejak lama.”
Ketika Ujian Akhir
Semester (UAS), ada momen bagus yang dapat dimanfaatkan untuk berjualan
makanan ringan (snack). Kesempatan
ini tidak boleh disia-siakan. Teman-temanku tidak ada yang bisa mengantarkan snack ke kos dan kontrakan teman-teman.
Namun, tanggung jawabku sebagai mas’ul
membuat diriku mengambil keputusan untuk tetap menjalankan misi ini sendirian.
Dengan berbekal ucapan “Bismillahirrahmanirrahim”,
aku pun mulai menyebarkan snack.
Allah Swt. berfirman dalam Q.S. Muhammad: 7, “Hai
orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” Aku yakin Allah akan menolong hamba-Nya
dengan mempermudah diriku dalam belajar dan memahami materi UAS. Allah memang tidak
pernah mengingkari janji-Nya dan alhamdulillah
diriku berhasil mendapatkan nilai yang cukup memuaskan pada UAS tersebut.
***
Pernah suatu ketika ada seorang anggota sayap NF yang
menghilangkan satu plastik barang dagangan yang berisi beraneka macam pin. Pada
saat syuro, ia memberikan laporan kehilangan tersebut kepadaku. Dari nada
bicaranya, aku menangkap sebuah perasaan bersalah yang luar biasa. Ia merasa
perbuatannya sudah sangat keterlaluan dan tidak bisa dimaafkan.
Aku tidak mau kejadian ini menyebabkan dirinya mundur
teratur dari dakwah seperti yang telah terjadi sebelumnya pada teman-temanku
yang lain. Aku pun menyampaikan sebuah pernyataan bernada semangat, “Anggap
saja hilangnya barang dagangan tersebut sebagai investasi kegagalan. Kita dapat
mengambil hikmah bahwa belajar kegagalan itu mahal. Sehingga pembelajaran
berharga ini dapat menjadi penyemangat kita dalam menyusuri jalan dakwah yang
panjang dan berliku ini.”
Kita memiliki satu hak dan satu kewajiban yang sama
sekarang. Hak untuk merasakan kenikmatan dakwah dan kewajiban untuk menjaga
komitmen dalam dakwah.
Bukan dakwah yang membutuhkan kita, tetapi kita yang membutuhkan dakwah.
Dakwah, jangan tinggalin
aku lah!
***
Bayu Rhamadani Wicaksono
Perumahan Mangun Jaya Indah II.
Tambun
Selatan-Bekasi
[Lomba #AYTKTM]