[#AYTKTM] Bu Hasanah : Memandikan jenazah itu bukan profesi tapi kewajiban -->

[#AYTKTM] Bu Hasanah : Memandikan jenazah itu bukan profesi tapi kewajiban

Admin
Selasa, 03 Desember 2013
Islamedia - “Alhamdulillah…. rizki mah ngga kemana ya. Lagi diem di rumah, eh datang PKS bawa bingkisan. Terima kasih ya.”, katanya penuh ramah ketika menerima kami dirumahnya yang sederhana.

Orang yang kami kunjungi pada hari itu (27 november 2013) adalah Bu Hasanah. Beliau tinggal sebagai warga RT 008 RW 04, Kelurahan Cibubur, Jakarta Timur. Untuk sebagian orang, mungkin beliau bukanlah orang yang penting. Tapi tidak bagi kami, pengurus DPRa PKS Cibubur, Jakarta Timur. 


Bu Hasanah bagi kami adalah Pahlawan, ya #PahlawanKitaSemua, karena beliau telah memberikan banyak manfaat untuk ummat khususnya di wilayah kelurahan Cibubur. Beliau kami nobatkan sebagai Tokoh Inspiratif Yang Banyak Memberikan Manfaat untuk Ummat.

Lalu apa yang istimewa dari beliau? Beliau dikenal di tempat kami sebagai orang yang memandikan dan mengkafankan jenazah, khususnya bila jenazah itu perempuan.  Bagi Bu Hasanah, aktivitas beliau yang satu ini adalah sebuah kewajiban sebagai seorang muslim, bukan sebagai profesi. Beliau takut kalau menjadikan itu sebagai profesi. Apalagi pakai pasang tarif segala. Beliau mengatakan begitu karena dasarnya adalah saling tolong menolong.


“Kalo ada orang minta tolong sama saya untuk memandikan jenazah, lalu saya ada keluangan waktu dan ilmu, maka wajib bagi saya untuk menolongnya.”, kata beliau.  

“Pernah ada orang yang datang kerumah saya, aki-aki (sudah tua). Dia minta tolong sama saya untuk memandikan jenazah didekat rumahnya. Bapak tua itu tinggal di RW yang berjauhan dengan saya, dan setahu saya di dekat sana ada juga orang yang bisa memandikan jenazah, tetapi dia tetap maksa supaya saya aja yang bantu dia.” lanjut Bu Hasanah. 

“Mungkin yang disana tarifnya kemahalan kali ya bu?” Tanya kami spontan. 

“Ah, saya mah ngga kepikiran kesitu, mungkin dia lagi sibuk atau ada acara.” Jawabnya. “Terus?”, Tanya kami lebih lanjut. “Ya terus saya bilang sama bapak tua itu, insha Allah saya akan bantu pak, yang penting bapak antar saya ya, soalnya saya udah ga kuat jalan jauh.”

Kami tahu, beliau sudah berusia setengah abad lebih, dan katanya juga beliau ada pengapuran di kaki, jadi sudah tidak kuat lagi untuk perjalanan yang jauh.  Beliau mempersilakan kalau ada teman-teman akhwat PKS yang mau belajar kepadanya tentang bagaimana mengurus jenazah. “Ayo, silakan.. dengan senang hati, yang penting niat pertama harus ikhlas dulu.” Katanya antusias.


Obrolan berlanjut tentang seputar PKS. “Siapa jagoan dari PKS? Siapa calon presidennya?” tanyanya beruntun kepada kami. “Wah, ada banyak bu. Kalo kata suami saya sih salah satunya Ahmad Heryawan.” jawab kami. 


“Oh, Ahmad Heryawan yang Gubernur Jawa Barat itu? Bagus.. bagus.. Sudah berpengalaman di pemeritahan kan ya?! Bagus itu, yang penting gimana caranya supaya beliau bisa diterima oleh semuanya, bukan hanya oleh PKS saja. ” kata beliau.

Akhirnya sebelum kami pamit pulang, beliau yang juga aktif di beberapa majelis ta’lim di Cibubur itu berpesan dan berdoa kepada kami, “Saya mengucapkan terima kasih atas penghargaan dan bingkisannya. Semoga PKS semakin sukses, semua program-programnya yang baik-baik tetap dilaksanakan dan dikembangkan kepada masyarakat. Sampaikan salam saya untuk pengurus PKS yang lainnya ya.” 


Ya, kami telah belajar banyak dari beliau, Bu Hasanah. Bagi kami, pahlawan tidak harus mengerjakan perbuatan yang besar. Yang kecilpun asalkan dilakukan dengan istiqomah dan banyak memberikan manfaat kepada orang lain, maka itu bisa menjadikan pelakunya sebagai pahlawan. 


Selanjutnya, biarkan kami mencari sosok #PahlawanKitaSemua yang berikutnya….. 


Sambil kami belajar dan berbuat untuk menjadi pahlawan bagi ummat manusia….

Wallahu’alam


 
Dwi Cahyadi 

Cibubur, Jakarta Timur


[Lomba #AYTKTM]