Islamedia - Dua dekade lamanya perang Serbia-Bosnia berlalu. Kenangan kelam pembantaian tentara Serbia kepada etnis muslim Bosnia meninggalkan luka yang belum kering di hati umat muslim dunia.
Baru-baru ini bekas peperangan itu terkuak berupa penemuan kuburan masal yang berisi ratusan jenazah korban pembantaian saat terjadi perang Bosnia dua dekade lalu.
Setidaknya 360 jenazah sejauh ini ditemukan di satu kuburan massal Tomasica, yang ditemukan bulan lalu di dekat Kota Prijedor, yang berjarak 260 km timur laut dari ibukota Bosnia, Sarajevo.
Temuan di Tomasica jauh lebih banyak dari perkiraan sebelumnya. Bahkan diperkirakan bakal lebih banyak dari 629 mayat yang ditemukan di Crni Vrh di Srebrenica.
Institut Orang Hilang yang berbasis di Sarajevo mengatakan, kuburan di Tomasica terkait makam yang ditemukan pada 2003 lalu, yang jaraknya sekitar 6 mil, tempat jasad 373 korban ditimbun.
Yang mengerikan, ada jasad orang yang sama yang ditemukan di 2 kuburan.
Mujo Begic dari pihak institut mengatakan, pihaknya memperkirakan akan ada banyak jasad lain yang ditemukan di situs Tomasica -- jasad-jasad orang Bosnia dan Kroasia, perempuan dan anak-anak yang tewas selama perang.
"Digabungkan dengan makam yang telah direlokasi sebelumnya, dalam hal jumlah jasad, ini adalah kuburan massal terbesar yang sejauh ini ditemukan di Bosnia," kata Mujo Begic, seperti dimuat Daily Mail, 1 November 2013. "Kami memiliki sejumlah dokumen identifikasi dalam makam. Jadi, kami tahu siapa saja orang-orang ini."
Luas makam terbaru yang ditemukan meliputi 5.000 meter persegi dengan kedalaman 10 meter. Peluru yang ditemukan di makam membuktikan, itu bukan cuma tempat eksekusi.
Temuan kuburan terbaru membuat aparat berharap, 1.200 orang yang dinyatakan hilang dalam perang akan ditemukan di dalamnya. Para korban akan menjalani pencocokan DNA dari sampel yang diambil dari para korban.
Vahida Behlic (51) menangis tersedu saat melihat para ahli forensik berpakaian seragam putih dan bersepatu hijau dengan hati-hati mengangkat kerangka-kerangka. Bisa jadi salah satu belulang di sana adalah ibunya, Fatima yang berusia 60 tahun saat kejadian.
Seorang bocah yang kala itu selamat menceritakan apa yang terjadi terhadap beberapa warga desa, termasuk ibunya. "Saksi mata berkata, 32 orang meninggal hari itu. Berdiri di sini, aku merasa mereka mengawasi kami dari atas sana," kata Vahida. (ismed/lip6)
Baru-baru ini bekas peperangan itu terkuak berupa penemuan kuburan masal yang berisi ratusan jenazah korban pembantaian saat terjadi perang Bosnia dua dekade lalu.
Setidaknya 360 jenazah sejauh ini ditemukan di satu kuburan massal Tomasica, yang ditemukan bulan lalu di dekat Kota Prijedor, yang berjarak 260 km timur laut dari ibukota Bosnia, Sarajevo.
Temuan di Tomasica jauh lebih banyak dari perkiraan sebelumnya. Bahkan diperkirakan bakal lebih banyak dari 629 mayat yang ditemukan di Crni Vrh di Srebrenica.
Institut Orang Hilang yang berbasis di Sarajevo mengatakan, kuburan di Tomasica terkait makam yang ditemukan pada 2003 lalu, yang jaraknya sekitar 6 mil, tempat jasad 373 korban ditimbun.
Yang mengerikan, ada jasad orang yang sama yang ditemukan di 2 kuburan.
Mujo Begic dari pihak institut mengatakan, pihaknya memperkirakan akan ada banyak jasad lain yang ditemukan di situs Tomasica -- jasad-jasad orang Bosnia dan Kroasia, perempuan dan anak-anak yang tewas selama perang.
"Digabungkan dengan makam yang telah direlokasi sebelumnya, dalam hal jumlah jasad, ini adalah kuburan massal terbesar yang sejauh ini ditemukan di Bosnia," kata Mujo Begic, seperti dimuat Daily Mail, 1 November 2013. "Kami memiliki sejumlah dokumen identifikasi dalam makam. Jadi, kami tahu siapa saja orang-orang ini."
Luas makam terbaru yang ditemukan meliputi 5.000 meter persegi dengan kedalaman 10 meter. Peluru yang ditemukan di makam membuktikan, itu bukan cuma tempat eksekusi.
Temuan kuburan terbaru membuat aparat berharap, 1.200 orang yang dinyatakan hilang dalam perang akan ditemukan di dalamnya. Para korban akan menjalani pencocokan DNA dari sampel yang diambil dari para korban.
Vahida Behlic (51) menangis tersedu saat melihat para ahli forensik berpakaian seragam putih dan bersepatu hijau dengan hati-hati mengangkat kerangka-kerangka. Bisa jadi salah satu belulang di sana adalah ibunya, Fatima yang berusia 60 tahun saat kejadian.
Seorang bocah yang kala itu selamat menceritakan apa yang terjadi terhadap beberapa warga desa, termasuk ibunya. "Saksi mata berkata, 32 orang meninggal hari itu. Berdiri di sini, aku merasa mereka mengawasi kami dari atas sana," kata Vahida. (ismed/lip6)