Islamedia - Jelang
tengah malam, Ahad, 20 Oktober 2013, akun resmi #IndonesiaTanpaJIL Chapter
Pekanbaru (@ITJPekanbaru) menyampaikan sekelumit tanggapannya atas isu
‘pencekalan’ Ulil Abshar Abdalla di UIN Sultan Syarif Kasim (Suska), Pekanbaru,
Riau. Sebelumnya, Ulil telah menyatakan bahwa dirinya mengalami pencekalan
sehingga gagal berceramah dalam sebuah seminar di kampus tersebut. Melalui akun
Twitter-nya, Ulil menyampaikan bahwa apa yang terjadi adalah kabar buruk bagi ‘kebebasan
akademik’.
Selain menyayangkan kejadian
tersebut, politisi Partai Demokrat (PD) ini pun menyebutkan bahwa pencekalan
terhadap dirinya terjadi karena adanya “..ancaman dari kelompok-kelompok Islam
tertentu yang tak menyukai saya menyampaikan ceramah di UIN Riau.” Sebagian
pihak kemudian mengarahkan tuduhan kepada #IndonesiaTanpaJIL yang menggelar
aksi damai tebar flyer di luar lokasi acara.
Menurut Adi Azmi, salah satu aktivis
#IndonesiaTanpaJIL Chapter Pekanbaru yang sehari sebelumnya sempat bertemu
dengan Ketua Panitia acara seminar tersebut, info kehadiran Ulil memang
simpang-siur. “Pada tanggal 19 Oktober 2013, kami sempat mendatangi panitia
untuk mengkonfirmasikan kehadiran Ulil. Jawaban yang kami terima agak berbelit.
Tapi akhirnya, panitia mengatakan bahwa Ulil tak jadi datang, namun acara tetap
jalan,” kata Adi.
Saat itu, menurut Adi, panitia tidak
mengatakan ada ancaman. Hanya saja, penolakan terhadap Ulil memang sangat
ramai. “Saat itu, alasan dari ketidakhadiran Ulil yang dikemukakan adalah
karena semua dekan menolak, rektornya menolak, dan ormas-ormas Islam pun banyak
yang menolak. Tapi tidak ada ancaman,” ujarnya.
Herry, aktivis ITJ Pekanbaru
lainnya, menjelaskan tindakan mereka selanjutnya. “Kami sudah menyiapkan aksi
tebar flyer untuk menyambut
kedatangan Ulil. Tadinya, kami juga ingin memasang sebuah spanduk. Karena Ulil
urung datang, rencana itu pun dibatalkan. Tapi tebar flyer tetap digelar,” ungkap Herry.
Berlawanan dengan keterangan dari
panitia sebelumnya, ternyata Ulil tetap hadir pada acara seminar tersebut.
Mengomentari hal ini, akun @ITJPekanbaru pun mengatakan, “...panitia seperti
mengelabui kami.” Padahal, melalui akun yang sama, ditegaskan bahwa yang
dilakukan oleh ITJ Pekanbaru hanyalah tebar flyer,
dan tak ada aksi yang lain.
Dian Aretti, aktivis
#IndonesiaTanpaJIL yang bergiat di Medan dan Pekanbaru, menganggap bahwa sumber
kehebohan adalah ‘kicauan’ Ulil sendiri melalui akun pribadinya di Twitter.
“...seolah-olah ia dilarang berceramah di menit-menit terakhir, padahal yang
terjadi tidak demikian. Sejak H-1, panitia sendiri yang menyatakan bahwa Ulil
tidak jadi datang karena pihak kampus tidak menyetujui kehadirannya,” ungkap
Dian.
Dian juga menolak tuduhan bahwa
telah terjadi pencekalan, apalagi ancaman, yang menyebabkan Ulil batal
berceramah di UIN Suska. “Hak kampus UIN Suska untuk menentukan siapa pembicara
yang berkompeten. Mungkin menurut pihak kampus, Ulil bukan orang yang
berkompeten. Yang jelas, tidak ada yang mencegahnya untuk datang berceramah,
apalagi mengancam. Terbukti, aktivis ITJ hadir di sana sebatas melakukan aksi
tebar flyer,” ujarnya.
Yulia, aktivis #IndonesiaTanpaJIL
lainnya yang kini sedang menempuh studi program doktoral di Institut Teknologi
Bandung (ITB), berpendapat bahwa reaksi Ulil sangat berlebihan. “Ulil
semestinya respek pada tuan rumah. Jika tuan rumah tidak memberi ijin masuk, ia
tidak perlu marah-marah seperti itu,” kata Yulia.
Berita tentang batalnya Ulil
berceramah di UIN Suska telah menghangat sejak kemarin. Ulil dan rekan-rekannya
sesama aktivis JIL mengatakan bahwa dirinya telah dicekal, namun ia tidak
kunjung menjelaskan siapa sebenarnya yang telah memerintahkan pencekalan.
Tudingan akan adanya ancaman dari kelompok-kelompok tertentu pun hingga kini
masih dianggap isapan jempol, sebab di luar lokasi acara, tidak ada aksi apa
pun selain aksi tebar flyer oleh para
aktivis ITJ Pekanbaru.
Aksi tebar flyer, meski sangat sederhana, namun hingga kini masih dianggap
sebagai metode yang cukup ampuh untuk memberikan pencerahan kepada umat Muslim
yang belum menyadari betul bahaya pemikiran Islam liberal. Melalui flyer yang dibagi-bagikannya secara
gratis, #IndonesiaTanpaJIL terus mengedukasi masyarakat untuk mengenal wajah
asli para aktivis JIL. (ITJ/ds)