"Pencekalan" Ulil: Ini Kata @ITJPekanbaru -->

"Pencekalan" Ulil: Ini Kata @ITJPekanbaru

Senin, 21 Oktober 2013
IslamediaJelang tengah malam, Ahad, 20 Oktober 2013, akun resmi #IndonesiaTanpaJIL Chapter Pekanbaru (@ITJPekanbaru) menyampaikan sekelumit tanggapannya atas isu ‘pencekalan’ Ulil Abshar Abdalla di UIN Sultan Syarif Kasim (Suska), Pekanbaru, Riau. Sebelumnya, Ulil telah menyatakan bahwa dirinya mengalami pencekalan sehingga gagal berceramah dalam sebuah seminar di kampus tersebut. Melalui akun Twitter-nya, Ulil menyampaikan bahwa apa yang terjadi adalah kabar buruk bagi ‘kebebasan akademik’.

            Selain menyayangkan kejadian tersebut, politisi Partai Demokrat (PD) ini pun menyebutkan bahwa pencekalan terhadap dirinya terjadi karena adanya “..ancaman dari kelompok-kelompok Islam tertentu yang tak menyukai saya menyampaikan ceramah di UIN Riau.” Sebagian pihak kemudian mengarahkan tuduhan kepada #IndonesiaTanpaJIL yang menggelar aksi damai tebar flyer di luar lokasi acara.

            Menurut Adi Azmi, salah satu aktivis #IndonesiaTanpaJIL Chapter Pekanbaru yang sehari sebelumnya sempat bertemu dengan Ketua Panitia acara seminar tersebut, info kehadiran Ulil memang simpang-siur. “Pada tanggal 19 Oktober 2013, kami sempat mendatangi panitia untuk mengkonfirmasikan kehadiran Ulil. Jawaban yang kami terima agak berbelit. Tapi akhirnya, panitia mengatakan bahwa Ulil tak jadi datang, namun acara tetap jalan,” kata Adi.

            Saat itu, menurut Adi, panitia tidak mengatakan ada ancaman. Hanya saja, penolakan terhadap Ulil memang sangat ramai. “Saat itu, alasan dari ketidakhadiran Ulil yang dikemukakan adalah karena semua dekan menolak, rektornya menolak, dan ormas-ormas Islam pun banyak yang menolak. Tapi tidak ada ancaman,” ujarnya.

            Herry, aktivis ITJ Pekanbaru lainnya, menjelaskan tindakan mereka selanjutnya. “Kami sudah menyiapkan aksi tebar flyer untuk menyambut kedatangan Ulil. Tadinya, kami juga ingin memasang sebuah spanduk. Karena Ulil urung datang, rencana itu pun dibatalkan. Tapi tebar flyer tetap digelar,” ungkap Herry.

            Berlawanan dengan keterangan dari panitia sebelumnya, ternyata Ulil tetap hadir pada acara seminar tersebut. Mengomentari hal ini, akun @ITJPekanbaru pun mengatakan, “...panitia seperti mengelabui kami.” Padahal, melalui akun yang sama, ditegaskan bahwa yang dilakukan oleh ITJ Pekanbaru hanyalah tebar flyer, dan tak ada aksi yang lain.

            Dian Aretti, aktivis #IndonesiaTanpaJIL yang bergiat di Medan dan Pekanbaru, menganggap bahwa sumber kehebohan adalah ‘kicauan’ Ulil sendiri melalui akun pribadinya di Twitter. “...seolah-olah ia dilarang berceramah di menit-menit terakhir, padahal yang terjadi tidak demikian. Sejak H-1, panitia sendiri yang menyatakan bahwa Ulil tidak jadi datang karena pihak kampus tidak menyetujui kehadirannya,” ungkap Dian.

            Dian juga menolak tuduhan bahwa telah terjadi pencekalan, apalagi ancaman, yang menyebabkan Ulil batal berceramah di UIN Suska. “Hak kampus UIN Suska untuk menentukan siapa pembicara yang berkompeten. Mungkin menurut pihak kampus, Ulil bukan orang yang berkompeten. Yang jelas, tidak ada yang mencegahnya untuk datang berceramah, apalagi mengancam. Terbukti, aktivis ITJ hadir di sana sebatas melakukan aksi tebar flyer,” ujarnya.

            Yulia, aktivis #IndonesiaTanpaJIL lainnya yang kini sedang menempuh studi program doktoral di Institut Teknologi Bandung (ITB), berpendapat bahwa reaksi Ulil sangat berlebihan. “Ulil semestinya respek pada tuan rumah. Jika tuan rumah tidak memberi ijin masuk, ia tidak perlu marah-marah seperti itu,” kata Yulia.

            Berita tentang batalnya Ulil berceramah di UIN Suska telah menghangat sejak kemarin. Ulil dan rekan-rekannya sesama aktivis JIL mengatakan bahwa dirinya telah dicekal, namun ia tidak kunjung menjelaskan siapa sebenarnya yang telah memerintahkan pencekalan. Tudingan akan adanya ancaman dari kelompok-kelompok tertentu pun hingga kini masih dianggap isapan jempol, sebab di luar lokasi acara, tidak ada aksi apa pun selain aksi tebar flyer oleh para aktivis ITJ Pekanbaru.

            Aksi tebar flyer, meski sangat sederhana, namun hingga kini masih dianggap sebagai metode yang cukup ampuh untuk memberikan pencerahan kepada umat Muslim yang belum menyadari betul bahaya pemikiran Islam liberal. Melalui flyer yang dibagi-bagikannya secara gratis, #IndonesiaTanpaJIL terus mengedukasi masyarakat untuk mengenal wajah asli para aktivis JIL. (ITJ/ds)