Islamedia - Tak
lekang dari ingatan kita fatwa yang disampaikan kepada umat muslim
Mesir agar pulang dan kembali ke rumah mereka masing-masing.
Hal ini memiliki tujuan baik bahwa darah kaum muslimin lebih berharga dan tentunya yang sangat membingungkan adanya perintah untuk taat pada pemerintah yang zhalim.
Perintah ini tentunya membingungkan umat islam terhadap sipembuat fatwa, apakah memahami kondisi Mesir atau tidak atau justru kedengkian pada Ikhwanul Muslimin sehingga ada fatwa politis didalamnya. Wallahualam.
Melihat kondisi Mesir hari ini adalah sangat memprihatinkan. Undang-undang yang berbau syariat akan dihilangkan dan ekonomi Mesir sudah sangat jauh terpuruk. Kondisi perekonomian yang semakin terpuruk, tentunya akan menciptakan iklim yang semakin tidak kondusif ditengah masyarakat. Dan tentunya ini adalah pembunuhan secara perlahan-lahan terhadap umat islam sendiri tanpa adanya perlawanan.
Aneh memang, orang-orang yang tidak paham politik, ekonomi, pemerintahan kemudian berfatwa seenaknya seakan-akan paling tahu tentang kondisi yang ada, padahal kesehariannya hanya disibukkan dengan mengkaji buku-buku dan majelis-majelis sekedar mengetahui ini persoalan bid'ah atau tidak.
Hal ini pulalah yang kemudian membuat Ikhwanul Muslimin gerah terhadap An Nur yang katanya berkiblat pada salafi, mereka diisi oleh orang-orang yang tak sedikitpun paham akan persoalan-persoalan ekonomi, politik dan pemerintahan. Tak salah kemudian jika diawal justru mereka bergabung dengan Militer dan lakukan kudeta pada Mursi sebagai pemimpin yang sah.
Entah bagaimana pula sekumpulan orang-orang salafi melakukan hal ini padahal fatwa mereka tak boleh melakukan pembangkangan pada pemerintahan yang sah. Kembali dikatakan bahwa semoga ini bukanlah kebencian pada Ikhwanul Muslimin.
Kondisi Mesir saat ini, yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar. Mursi yang tak pernah menyentuh gajinya selama pemerintahan justru dituduh sebagai orang yang melakukan korupsi. Begitupula pimpinan Ikhwanul Muslimin lainnya.
Tidak dapat dibayangkan jika hal ini harus terjadi pada ulama-ulama mereka. Ada celotehan yang mengatakan nyawa kaum muslimin lebih berharga dan biarkan mereka pulang, jikapun nanti ditangkap itu adalah pemimpin-pemimpin mereka dan hal ini adalah biasa terhadap para pemimpin dan mereka juga ikhlas.
Pernyataan ini sungguh ambigu, jika kita melihat sejarah perang uhud siapakah yang melindungi Rasulullah saw sehingga kemudian syahid menjemput. Ini adalah contoh kecil mereka tidak paham akan konsep kenegaraan tapi berceloteh seakan-akan menjadi orang yang paling paham, padahal setiap hari hanya duduk, diam dan dengar dalam majelis-majelis masjid yang penuh dengan kemewahan.
Melihat apa yang terjadi di Mesir saat ini, apakah ini akan menjadi sesalan bagi mereka atas fatwa-fatwa yang telah mereka keluarkan. Kemiskinan, kelaparan, pelecehan, hilangnya syiar islam, bukankah ini pembunuhan dan sayangnya ummat islam diminta untuk tidak melawan.
Padahal Rasulullah mengatakan bagaimana posisi orang-orang yang mempertahankan hak-hak pribadinya. Aneh memang, mereka dikatakan ulama tapi tak paham berbagai kondisi yang ada, berbeda dengan ulama-ulama terdahulu yang katanya menjadi panutan mereka yang justru pemahaman akan berbagai kondisi barulah kemudian mereka berfatwa dan menjadikan diri dari berbagai hal yang tidak diketahui kondisinya.
Apakah mereka menyesal?
Wallahualam
Faguza Abdullah
Hal ini memiliki tujuan baik bahwa darah kaum muslimin lebih berharga dan tentunya yang sangat membingungkan adanya perintah untuk taat pada pemerintah yang zhalim.
Perintah ini tentunya membingungkan umat islam terhadap sipembuat fatwa, apakah memahami kondisi Mesir atau tidak atau justru kedengkian pada Ikhwanul Muslimin sehingga ada fatwa politis didalamnya. Wallahualam.
Melihat kondisi Mesir hari ini adalah sangat memprihatinkan. Undang-undang yang berbau syariat akan dihilangkan dan ekonomi Mesir sudah sangat jauh terpuruk. Kondisi perekonomian yang semakin terpuruk, tentunya akan menciptakan iklim yang semakin tidak kondusif ditengah masyarakat. Dan tentunya ini adalah pembunuhan secara perlahan-lahan terhadap umat islam sendiri tanpa adanya perlawanan.
Aneh memang, orang-orang yang tidak paham politik, ekonomi, pemerintahan kemudian berfatwa seenaknya seakan-akan paling tahu tentang kondisi yang ada, padahal kesehariannya hanya disibukkan dengan mengkaji buku-buku dan majelis-majelis sekedar mengetahui ini persoalan bid'ah atau tidak.
Hal ini pulalah yang kemudian membuat Ikhwanul Muslimin gerah terhadap An Nur yang katanya berkiblat pada salafi, mereka diisi oleh orang-orang yang tak sedikitpun paham akan persoalan-persoalan ekonomi, politik dan pemerintahan. Tak salah kemudian jika diawal justru mereka bergabung dengan Militer dan lakukan kudeta pada Mursi sebagai pemimpin yang sah.
Entah bagaimana pula sekumpulan orang-orang salafi melakukan hal ini padahal fatwa mereka tak boleh melakukan pembangkangan pada pemerintahan yang sah. Kembali dikatakan bahwa semoga ini bukanlah kebencian pada Ikhwanul Muslimin.
Kondisi Mesir saat ini, yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar. Mursi yang tak pernah menyentuh gajinya selama pemerintahan justru dituduh sebagai orang yang melakukan korupsi. Begitupula pimpinan Ikhwanul Muslimin lainnya.
Tidak dapat dibayangkan jika hal ini harus terjadi pada ulama-ulama mereka. Ada celotehan yang mengatakan nyawa kaum muslimin lebih berharga dan biarkan mereka pulang, jikapun nanti ditangkap itu adalah pemimpin-pemimpin mereka dan hal ini adalah biasa terhadap para pemimpin dan mereka juga ikhlas.
Pernyataan ini sungguh ambigu, jika kita melihat sejarah perang uhud siapakah yang melindungi Rasulullah saw sehingga kemudian syahid menjemput. Ini adalah contoh kecil mereka tidak paham akan konsep kenegaraan tapi berceloteh seakan-akan menjadi orang yang paling paham, padahal setiap hari hanya duduk, diam dan dengar dalam majelis-majelis masjid yang penuh dengan kemewahan.
Melihat apa yang terjadi di Mesir saat ini, apakah ini akan menjadi sesalan bagi mereka atas fatwa-fatwa yang telah mereka keluarkan. Kemiskinan, kelaparan, pelecehan, hilangnya syiar islam, bukankah ini pembunuhan dan sayangnya ummat islam diminta untuk tidak melawan.
Padahal Rasulullah mengatakan bagaimana posisi orang-orang yang mempertahankan hak-hak pribadinya. Aneh memang, mereka dikatakan ulama tapi tak paham berbagai kondisi yang ada, berbeda dengan ulama-ulama terdahulu yang katanya menjadi panutan mereka yang justru pemahaman akan berbagai kondisi barulah kemudian mereka berfatwa dan menjadikan diri dari berbagai hal yang tidak diketahui kondisinya.
Apakah mereka menyesal?
Wallahualam
Faguza Abdullah