Sebuah Pengalaman I'tikaf Bersama Keluarga -->

Sebuah Pengalaman I'tikaf Bersama Keluarga

Sabtu, 17 Agustus 2013
Islamedia -Setelah pada Ramadhan-Ramadhan sebelumnya saya tak berkesempatan melakukan i'tikaf di Masjid, maka untuk I'tikaf kali ini kami bertekad untuk melaksanakannya bersama keluarga di Masjid Jamiek Al Falah, Sigli. Pengalaman yang indah luar biasa dan sangat menyejukkan. Terlebih, mempompakan ghirah/semangat yg luar biasa. Betapa tidak, setibanya disana kami mendapati tidak sedikit keluarga-keluarga lain juga yang datang berombongan. Bahkan dari kalangan keluarga pejabat yang sungguh membuat kami kagum, dari mulai nenek, ayah, ibu sampai anak dan sepupu-sepupunya semua kompak menghidupkan malam bersama-sama di Masjid. Oh,sungguh pemandangan luar biasa. Bahkan mereka datang dengan beberapa kendaraan, karena mereka terdiri dari beberapa kluarga. Sungguh persiapan yang sangat matang.

Pemandangan lain yang tak kalah menyejukkan adalah seorang ibu yang bermujahadah seorang diri membawa kedua anaknya usia 6-7 tahun untuk beritikaf bersama. Seingat saya, ibu ini pun tahun lalu melakukan i'tikaf hanya dengan anak-anaknya. Pernah bertemu beberapa hari sebelum i'tikaf beliau bertutur suaminya belum 'berani' untuk ikut kegiatan-kegiatan sperti ini (bahkan untuk sekedar memakai baju koko yang sebenarnya sangat wajar dikenakan apalagi di bulan Ramadhan). Namun mendukung istrinya untuk melakukan i'tikaf. Jadi,sang ibu memutuskan untuk beri'tikaf di masjid meski hanya ditemani 2 anak laki-lakinya. Subhaanallah.

Semangat yang luar biasa juga saya temukan pada sebuah keluarga yang lengkap hadir ibu ayah dan 3 orang anaknya (2 perempuan,1 laki2). Saya melihat ini cerminan kasih sayang sebuah keluarga yang luar biasa. Tidak hanya sekali saya melihat mereka selalu bersama dalam melakukan hal-hal lain, seperti belanja, pengajian, dll. Sungguh kekompakan yang sangat indah dibangun di tengah era multimedia yang sering 'memisahkan' kehidupan anak-anak ABG dan orang tuanya.

Dan banyak kelompok-kelompok lain atau pun perseorangan yang beri'tikaf menambah suasana syahdu mesjid ini.

Yang tidak kalah menariknya adalah mujahadah/kesungguhan ibu-ibu dalam menghidupkan malam-malam i'tikaf ini. Sungguh menguatkan dan membuat saya khususnya lebih bersemangat untuk bisa juga menjadi pemenang melawan dinginnya angin kencang dan kantuk. Sejak pertama mereka tiba sekitar pukul 12-an malam, sebagian bahkan mujahadah menunggu sejak selesai taraweh, mereka sudah mulai berinteraksi dengan Al-Qur'an. Ada yang tilawah, ada yang menghafal, ada yang muraja'ah (mengulang hafalan), atau seperti seorang ibu yang membiarkan anaknya mengulang hafalan dengan HP tabletnya, sementara dia terus tilawah. Aktivitas ini terus berlangsung, diselingi dengan shalat tahajjud sendiri-sendiri atau bahkan yang tidak sanggup lagi mereka rebahan menanti pukul tiga saat tahajud berjamaah digelar bersama Imam yang hafidz.

Saat menjelang pukul 3 tiba, ibu-ibu dan anak-anak remaja ini pun bersegera mengatur shaf dan mengikuti shalat tahajud yang sangat khusyu' dengan bacaan syahdu sang Hafidz. Sekali lagi, mereka sabar sekali menikmati moment tahajud berjama'ah ini setelah selama 3 jam mereka Qiyaamullail (menghidupkan malam) dengan berbagai ibadahnya.

Setelah lebih dari 1 jam shalat berjamaah ini, menjelang shahur mereka bubar pulang ke rumah masing-masing untuk sahur. Dan ketika adzan shubuh berkumandang mereka tiba kembali ke masjid dengan kondisi yang tetap segar, bersemangat dan formasi lengkap! Luar biasa, sungguh mujahadah yang luar biasa dalam menegakkan shalat berjamaah di masjid beserta keluarga..

Saudara sekalian, yang ingin saya garis bawahi di sini adalah semangat yang luar biasa yang mereka miliki yang mungkin belum tumbuh subur dalam dada kita. Semangat untuk berburu lailatul qodr bersama keluarga di mesjid. Menghidupkan malam bersama keluarga di masjid dengan ber'itikaf bersama keluarga di masjid. Sebuah ajang untuk berwisata ruhani bersama keluarga kita di bulan ruhiah ini. Begitu banyak pemasalahan anak-anak remaja kita sekarang ini karena begitu besar sekat yang ada antara mereka dan kita sebagai orangtuanya. Mereka hidup di zaman yang tidak sama dengan ketika kita seusia mereka. Mereka perlu pendampingan agar tidak tersesat di rimba era digital dan multimedia yang tiada jelas batasan. Dengan bulan Ramadhan ini, mari jalin kebersamaan kita dengan keluarga, dengan aktifitas-aktifitas yang dilakukan bersama, buka puasa, taraweh, tadarus, atau tentu saja dengan I'tikaf keluarga. Mari kembali kepada keluarga!!

Ety Eres