Islamedia - Gerakan Jurnalis untuk Perubahan Mesir
mengutuk tindakan militer Mesir yang membidik wartawan dan kameramen
dalam pembubaran aksi bertahan demonstrasi damai di Rabaah Al-Adaweah
dan An-Nahdah, tindakan militer ini yang membidik wartawan menyebabkan
sejumlah wartawan meninggal dan sebagian lainnya ditahan dan banyak
jurnalis yang luka-luka.
Gerakan Jurnalis untuk Reformasi mengutuk penembakan jurnalis Habibah
Ahmad, cucu dari wartawan senior Ahmad Abdul Aziz, Penasehat Presiden
Muhammad Mursi bidang media dan anggota dari pusat informasi Media
demonstrasi Rabaah Al-Adaweah yang menjadi target penembakan langsung
oleh militer.
Penembakan jurnalis juga menimpa seorang fotografer Mush'ab As-Syami,
rekaman terakhir Ahmad Syami ia berhasil mengabadikan pesawat militer
yang menembakan timah panas ke arah demonstrasi damai, begitu juga
dengan fotografer Muhammad Adam, fotografer panggung aksi Rabaah
Al-Adaweah yang menjadi target langsung pada awal penyerangan aparat
keamanan.
Gerakan Jurnalis juga menuntut agar jurnalis Islam Aqal segera diobati
yang terkena serangan langsung dan sengaja saat serangan aparat militer
ke demonstrasi Rabaah, begitu juga fotografer Al-Jazeera Muhammad Zaki
yang menjadi sasaran tembak pada tangannya yang memegang kamera.
Gerakan jurnalis menegaskan bahwa pro-kudeta membidik para jurnalis dan
fotografer untuk menghilangkan kebenaran, dan hal itu sangat jelas saat
aparat militer memutus aliran listrik di Rabaah Al-Adaweah, memutus
internet, telekomunikasi, dan membidik jurnalis, wartawan secara
langsung, agar dunia tidak menyaksikan pembantaian massal yang
berlangsung secara keji dan tidak manusiawi.
Gerakan Jurnalis untuk reformasi meminta dewan asosiasi wartawan agar
mengundurkan diri dan menegaskan bahwa Dhiya Raswan menjadi sekutu dalam
kejahatan ini [Rassd/Anas/islamicgeco]