Ketika Si Malin Tak Lagi Bersalah -->

Ketika Si Malin Tak Lagi Bersalah

GS_Putri
Sabtu, 22 Juni 2013
Islamedia - Suatu ketika, saya membaca sebuah majalah. Di sebuah kolom yang dikhususkan untuk para ayah. Seorang ayah bercerita tentang dirinya yang menceritakkan tentang kisah Malin Kundang dan Ibunya agar sang anak bisa lebih menghargai ibunya. Dimana reaksi anak sangat jauh dari yang sudah diperkirakan. Karena sang anak ketika cerita sampai pada si Ibu yang mengutuk si Malin menjadi batu, berkata,
“Ayah, jahat banget ibunya Malin, masa’ anaknya dikutuk jadi batu.”
Deg, rasanya. Saya seperti diingatkan dari cerita tersebut. Anak-anak kita sekarang, bukan lagi hidup di zaman Malin yang durhaka pada ibunya. Namun kini, si Malin tak lagi bersalah. Ibunya lah yang dipertanyakan, mengapa begitu tega mengutuk anaknya menjadi batu.
Saya teringat anak saya Nadia, yang senantiasa “memarahi” saya kembali jika saya “memarahi”nya. Bukan salahnya jika dia melakukan hal demikian pada saya, karena saya yang telah”mengajarkan” hal yang demikian padanya. –maafkan ummi, Sayang-
Anak-anak kita memang hidup di zaman yang berbeda dengan kita sebagai orangtuanya. Dan sebagai orang tua kita diharuskan untuk memasuki zamannya, memahami kebutuhannya, bukan kita yang memaksakan mereka untuk memasuki zaman kita serta memahami kebutuhan kita.

Menjadi orangtua, khususnya seorang ibu, tidaklah mudah. Dimana kata-kata seorang ibu adalah do’a. Maka berhati-hatilah dalam berucap. Kesabaran adalah kunci penting menjadi seorang ibu.

Bersabar dalam menghadapi perilaku anak-anak kita. Bersabar dalam memahami mereka. Dan yang paling penting adalah bersabar dalam berkata-kata. Cara didik seorang ibu sangat menentukan seperti apa anak kita kelak.

Ketika sang ibu berkata, “Kakak, kamu bandel sekali yaaaa..” oh ibu, jangan salahkan anak ketika ia menjadi bandel kelak. Karena kata-kata mu lah yang penuh makna do’a itu yang menjadikannya bandel.

Menjadi seorang ibu memang tidak mudah, namun juga tidak sulit. Bergantung pada keikhlasan hati menjalani profesi yang mulia tersebut. Anak-anak kita adalah titipan Alloh. Amanah yang diberikanNya untuk kita. Dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban olehNya.

Sudahkah kita sebagai orangtua, khususnya seorang ibu melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya. Melalui ucapan-ucapan, untaian-untaian kata terbaik, yang sesungguhnya semuanya adalah do’a untuk mereka. Dan mereka pun akan menghargai kita sebagaimana kita telah menghargai mereka melalui ucapan-ucapan, untaian-untaian kata terbaik tersebut.