Islamedia - Palestina adalah
negeri terjajah yang semua orang telah mengetahuinya. Sekali diusik Gaza
palestina oleh bangsa Israel, akan membuat ratusan juta manusia di belahan bumi
manapun berteriak mengecam kejahatan Israel atas Palestina.
Bukan hanya itu, ummat manusia juga berlomba berdonasi menyumbangkan sebagian rezekinya untuk Gaza. Namun sekarang saya ajak anda ke negeri lainnya yang juga mengalami penderitaan tetapi ‘miskin’ kepedulian, dehidrasi perhatian. Negeri apa saja itu? Silahkan disimak.
Bukan hanya itu, ummat manusia juga berlomba berdonasi menyumbangkan sebagian rezekinya untuk Gaza. Namun sekarang saya ajak anda ke negeri lainnya yang juga mengalami penderitaan tetapi ‘miskin’ kepedulian, dehidrasi perhatian. Negeri apa saja itu? Silahkan disimak.
Banyak manusia tak
menjalankan tugasnya sebagai manusia. Ibarat seonggok daging yang berjalan
tanpa ruh. Anda boleh protes statement tersebut. Tapi sebelum anda protes,
bacalah paparan fakta berikut ini.
Dalam sebuah acara Silaturrahim
Media dan Lembaga Islam di Menara 165 Cilandak Jaksel yang diprakarsai oleh
Lembaga Kemanusiaan yakni Aksi Cepat Tanggap (ACT). Dipaparkan beberapa fakta
yang akan membuat kita tersadar, bahwa selama ini kita sebagai manusia seolah
hidup seorang diri di dunia ini. Padahal sebagai manusia yang benar-benar
manusia ia harus memiliki kepekaan terhadap manusia lainnya. Bukan menutup mata
dan telinga dengan apa yang terjadi dihadapannya. “Manusia itu harus
memanusiakan manusia lainnya, salah satunya adalah dengan membantu mereka yang
menjadi korban bencana” begitu Ahyudin Presiden ACT menegaskan.
Ahyudin mengatakan,
ada 1,2 juta jiwa yang harus meregang nyawa di bumi Somalia karena kelaparan. Somalia
yang penduduknya 100% muslim itu harus mengalami derita panjang yang
mengerikan. Selain mengalami kelaparan, iklim di bumi Somalia juga panas kerontang.
Membuat derita kian nestapa. Dan pemudanya bermetamorfosa dari petani menjadi
bajak laut. Somalia seperti negeri tanpa harapan lagi.
Dody Cleveland Direktur Global Humanity Respons
Aksi Cepat Tanggap yang saat ini masih berada dalam camp pengungsi Suriah pun
mengungkap fakta yang mengejutkan. Hampir 100.000 jiwa
tewas dalam peperangan di Suriah. Angka yang sangat fantastis. Berapa jumlah
pengungsi Suriah? Dody Cleveland mengatakan tak kurang dari 5.000.000 warga Suriah yang mengungsi
karena peperangan. 4juta pengungsi berada dalam negeri yang terus dibisingkan
dengan deru peluru dan mesiu. Dimana 1juta pengungsi lainnya? Mereka keluar
Suriah mengungsi ke negara Jordania, Turki, Libanon dan Afrika Utara.
“saya merinding
saat masuk ke camp camp pengungsi di Jordania. Camp camp itu bagai lautan,
banyak sekali” ungkap Dr. Fakhrurozi seorang relawan medis ACT yang ikut
terbang menangani korban perang Suriah. Sehari ia menangani pasien 100-200
orang di Poliklinik Jordania.
Metti seorang
suster yang juga jadi relawan kemanusiaan mengungkap kisahnya, “Mengenaskan dan
mengharukan, banyak korban luka-luka patah tulang, ibu kehilangan anak-anak
nya” Metti adalah satu-satunya suster perempuan yang berhasil masuk Suriah. Ia
menyampaikan bahwa para pengungsi Suriah sangat terharu atas bantuan dari
masyarakat Indonesia, mereka menangis mendapat perhatian dari negeri merah
putih. “terima kasih Indonesia, sampaikan salam kami untuk warga
Indonesia”Sekecil itu bantuan kita, namun begitu besar bagi mereka.
“Di negeri ini ada
7-8 juta jiwa pernah hidup didalamnya. Namun kini hanya tinggal 800.000 jiwa
yang tersisa.” Ungkap Andika, salah satu tim ACT yang ditugaskan mengirim
bantuan untuk para korban di Rohingya Myanmar. Di Sitteway ada sekitar 20
desa muslim yang hidup disana. Namun kini hanya tinggal 1 desa yang masih
bertahan. Kata dia. Kemana 19 desa lainnya? Mereka telah di bumi hanguskan,
rumah mereka di bakar, semua masjid hancur rata dengan tanah. Sebagian tewas,
sebagian lagi terusir dari rumahnya sendiri, mereka terombang ambing ditengah
lautan dengan perahu seadanya.
Mereka pun dikenal dengan manusia perahu. Tak ada makanan ditengah laut yang bisa disantap, minum pun terpaksa meneguk air laut yang tak menghilangkan haus. Sebagian pengungsi yang pergi dari negerinya, harus meregang nyawa di tengah laut lepas. Jenazahnya terpaksa dibuang ke dalam laut. Mengenaskan! Bahkan 150 jiwa diantara mereka kini terdampar di Aceh Utara.
Mereka pun dikenal dengan manusia perahu. Tak ada makanan ditengah laut yang bisa disantap, minum pun terpaksa meneguk air laut yang tak menghilangkan haus. Sebagian pengungsi yang pergi dari negerinya, harus meregang nyawa di tengah laut lepas. Jenazahnya terpaksa dibuang ke dalam laut. Mengenaskan! Bahkan 150 jiwa diantara mereka kini terdampar di Aceh Utara.
Seorang relawan
kemanusiaan berasal dari Bangladesh bernama Zheba menuju Jakarta. Ia tergerak
menjadi relawan ACT untuk membantu korban banjir Jakarta. Ia terkejut saat tiba
di negeri ini. “saya heran, kok bisa banyak warga negeri ini makan-makan di
restoran, shopping di mall-mall sementara banyak yang sedang menderita
kelaparan. Saya perhatikan banyak makanan sisa dibuang begitu saja di negeri
ini, padahal bagi para korban kemanusiaan makanan itu sangat berarti. Anda
harus tahu, karena butuhnya mereka para korban kejahatan kemanusiaan akan makanan, sampai-sampai mereka
memakan tikus.” Astaghfirullah...
Sebuah fakta yang
sangat memilukan. Bagaimana mungkin kita bisa tidur nyenyak sementara saudara
kita di Suriah harus berselimutkan iklim dingin 4 derajat celsius? Bahkan
jika musim panas, panasnya hingga 45 derajat celsius.
Anak-anak tak berdosa menjadi korban. Begitu juga para wanitanya.
Anak-anak tak berdosa menjadi korban. Begitu juga para wanitanya.
Bagaimana mungkin
tak terusik rasa kemanusiaan kita, saat Somalia terus menerus dihantui kematian
karena derita kelaparan yang terus berlangsung?
Bagaimana mungkin
pula tak menangis mata kita, tak tercabik hati kita, saat tahu Rohingya
dihanguskan dan terusir dari negerinya? Mereka tak lagi punya rumah. Sebagian
mereka ada yang terus terapung ditengah lautan karena kembali ke negerinya
pasti kematian mereka dapatkan. Sebagian mereka yang lain kini hidup dalam camp
camp pengungsian layaknya kandang ternak.
Saya menangis,
tersentuh dan tercabik hati saya saat menyaksikan video yang ditayangkan serta mendengar
langsung paparan para Relawan Kemanusiaan itu menjalankan misinya membantu pengungsi
korban kejahatan kemanusiaan. Saya menangisi diri sendiri..betapa tidak
bersyukurnya saya sebagai hamba-Nya, sudah mendapat banyak nikmat, sering
mengenyangkan perut sesuka hati, sementara dibelahan bumi lainnya ada saudara
seaqidah terus menangis setiap harinya..karena ketakutan, kelaparan, serta
menghadapi iklim ekstrem mematikan.
Abdullah bin Umar
r.a. berkata : Rasulullah saw. Bersabda : Seorang muslim saudara terhadap
sesama muslim, tidak menganiyayanya dan tidak akan dibiarkan dianiaya orang lain.
Dan siapa yang menyampaikan hajat saudaranya, maka Allah akan menyampaikan
hajatnya. Dan siapa yang melapangkan kesusahan seorang muslim, maka Allah akan
melapangkan kesukarannya di hari qiyamat, dan siapa yang menutupi aurat seorang
muslim maka Allah akan menutupinya di hari qiyamat. (Bukhari, muslim).
“Siapa yang tidak
peduli dengan urusan ummatku, ia bukan dari golonganku”
Ahyudin Presiden
ACT mengatakan, “lupakan dulu ideologi suriah atau lainnya, faktanya jutaan
manusia telah menjadi korban atas bencana yang terjadi. Apapun motif bencana
itu terjadi, semua mengakibatkan satu kondisi yang sama, yakni jutaan
masyarakat telah menjadi korban karenanya”
Itulah fakta yang
sedang terjadi. Mereka bertuhankan ALLAH sama seperti kita. Mereka melafazkan
Laa ilaaha illallah, sama seperti kita. Mereka berkitabkan Al-qur’an,
bernabikan Muhammad SAW sama seperti kita. Mereka manusia sama seperti kita.
Maka kepedulian yang nyata adalah bentuk memanusiakan diri kita sendiri. Jika
tak ada lagi rasa peduli, pantaskah kita disebut manusia?
Setetes rezeki yang
anda kirim untuk mereka, bagai telaga yang menyegarkan dan menghidupkan.
DONASI KEMANUSIAAN
a.n. Aksi Cepat Tanggap
BSM # 004
011 9999
Muamalat #
304 0022 915
BCA # 676
030 3133
BNI # 014
076 5481
Mandiri # 101
000 4802 482
Permata
Syariah # 0971 001 224
oleh: Abu Rafah