Islamedia - Kaum muslimin Sri Lanka adalah minoritas. Populasi mereka 30% dari
keseluruhan jumlah penduduk yang mayoritas beragama Buda. Meskipun
selama ini kerukunan antara umat beragama di sana cukup kondusif, namun
belakangan ini mulai muncul dan santer seruan yang memojokkan kaum
muslimin.
Sebuah gerakan Buda yang dicirikan beraliran ekstrim di
Sri Lanka bernama Budu Balasena baru-baru ini mengadakan pertemuan
tahunan mereka yang dihadiri ribuan anggotanya dan dihadiri oleh para
Bikhsu Buda dan lainnya.
Di antara hasil keputusan yang mereka
publikasikan adalah menuntut pemerintah Sri Lanka untuk mengambil
sejumlah kebijakan yang disinyalir sebagai upaya menyudutkan kaum
muslimin di sana. Di antara tuntutan yang mereka ajukan adalah;
- Menghentikan program labelisasi halal yang dikelola oleh Persatuan Ulama Sri Lanka terhadap makanan yang beredar di pasaran.
- Menuntut diusirnya para dai dari Luar Negeri.
- Menuntut penghentian pembangunan masjid dengan bantuan dana dari negara-negara Islam.
- Menuntut penghentian pengiriman TKW khususnya ke negara-negara Timur Tengah.
- Menuntut agar Organisasi Ulama Sri Lanka dibubarkan.
Terang
saja, tuntutan kelompok ekstrim tersebut ditolak mentah-mentah kaum
muslimin.
Organisasi Ulama Sri Lanka sudah membuat pernyataan resmi yang
menolak seluruh tuntutan itu.
Sebelum itu, beberapa tindakan
anarkis yang menimpa kaum muslimin di Sri Lanka kerap terjadi. Sebuah
masjid bernama Jami Muhyiddin, di kota Horombora di Provinsi Jali,
diserang orang tak dikenal, sementara pihak keamanan tidak mengambil
tindakan pengamanan yang semestinya.
Kaum muslimin sudah menuntut
pihak terkait agar pelaku anarkis tersebut segera disidik dan
mengungkapnya secara transparan kepada publik.
Sebenarnya, kaum
Budha dan pemerintah Sri Lanka selama ini cukup toleran dan memberikan
ruang gerak yang cukup bagi minoritas muslim di sana, akan tetapi
perkembangan terakhir tampaknya ada pihak-pihak yang disinyalir berasal
dari luar ingin membangkitkan kebencian kaum Budha terhadap kaum
muslimin di sana. Sejauh ini kaum muslimin disana berusaha menahan diri
dan tidak terpancing melakukan kekerasan untuk menghadapi provokasi
kelompok ekstrim tersebut, seraya mereka berupaya mengedepankan dialog
dan pendekatan politik kepada pemerintah yang berkuasa.
(Al-Mujtama/AK)