Islamedia - Bismillahirohmanirohim, Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh,
Entah
dengan kata apa kami gambarkan perasaan hormat kami padamu wahai muasis dakwah. Semoga kata-kata ini
mewakili perasaan kami, kami sangat mencintaimu.
Kami
sadar mungkin tanpamu kami tak akan menikmati indahnya jalan ini. Jalan dimana
peluh berubah menjadi nikmat, jalan dimana cerca menjadi semangat beramal.
Jalan yang paling indah yang pula dilalui oleh para Nabi dan Rasul serta
orang-orang beriman. Dan kaulah yang telah berjuang dengan peluhmu hingga
dakwah itu sampai pada kami dan kami menikmatinya hingga saat ini.
Ustad,
kami mungkin tidak pernah sekalipun bertemu dengan antum begitupula antum. Tapi
ada kata yang ingin kami sampaikan dari balik surat ini, kami sangat
mencintaimu.
Memutih
rambutmu, jenggotmu bukan pertanda lusuh. Kami yakin itulah simbol
kecemerlanganmu, saksi atas segala kebersahajaanmu. Kaulah yang telah menjadi
perantara cahaya Allah atas kami, bagaimana mungkin Allah tak hadirkan cahaya
itu diwajahmu, ustad kami mencintaimu.
Kami
hanya ingin kau tahu bahwa apa yang selama ini kau ungkapkan kepada khalayak
tentang pemimpin-pemimpin jamaah ini membuat hati kami tersayat. Bukan, bukan
karena kami lebih mencintai mereka daripadamu. Tapi kami mencintai mereka sama
seperti kami mencintaimu, karena besarnya amal dakwah kalian. Dan mereka adalah
bagian dari dakwah ini.
Ustad
tentu diri yang dangkal ini tak mampu disandingkan dengan kedalamanmu dalam
ilmu. Kau pasti mengenal hadits ini “Seorang hamba yang menutupi aib orang lain di dunia, kelak Allah akan
menutupi aibnya di hari kiamat.” (HR.Muslim)
Kau juga pasti telah
mengetahui dan mengamalkan pula keutamaanya, serta balasannya jika kita
melanggarnya.
Ustad, kami tak rela
kau bersanding satu kubu dengan orang yang telah merusak agama ini. Dan seolah
se-iya dengan agenda utama mereka yakni mengganggu kekokohan jamaah ini. Apakah
kau tak merasa risih, ataukah tak kau hiraukan itu. Ustad ketahuilah bahwa kami
sangat mencintaimu.
Atas apa yang kau
ceritakan tentang rusaknya jamaah ini kami sadar betul bahwa jamaah ini adalah
sekumpulan manusia, tempat khilaf dan dosa. Tapi bukankah dari yang berdosa itu
lebih baik adalah orang-orang yang bertaubat. Sebagaimana Rasulullah sampaikan,
“Setiap anak Adam sering melakukan dosa dan
sebaik-baiknya orang yang melakukan dosa adalah orang-orang yang bertaubat”. (HR. Ibnu Majah)
Lalu
mengapa kau salahkan kami yang ingin bertaubat memohon ampun kepada Rabb kami?.
Lalu kau memperkeruhnya dan seolah kami memang pesakitan dan tak pantas
bertaubat. Ustad ketahuilah kami mencintaimu.
Kami
tak jua mengerti apa yang kau inginkan dari apa yang kau lakukan. Tapi kami
meyakini bahwa kau jua mencintai kami. Kami tak lantas paham jua mengapa kau
seolah bersemangat sekali mengungkap semua keburukan saudaramu disaat kami
berusaha untuk bangkit. Padahal tentu kau sangat memahami betul, jauh lebih
paham daripada kami bagaimana menjaga keutuhan jamaah ini. Bagaimana sulitnya
membangun citra dakwah yang baik dimata masyarakat. Namun setelah apa yang
terus kau timpakan ini ada yang ingin kami sampaikan padamu . kami sangat
mencintaimu.
Kami
rindu saat kau menyembuhkan haus kami dari dahaga ilmu, kami rindu saat kau
bakar semangat kami dengan hujaman nasihatmu,tapi bukan dengan cara seperti
ini.
Ustad,
kau tahu betapa cintanya kami pada jalan ini, bukan pada golongan ini. Dan
apapun yang merusak cinta kami terhadapnya maka kami akan menolaknya.
Dalam
dakwah pasti ada rintangan, ada ujian itulah tabiat dakwah sesungguhnya. Dan
kami ingin lalui ujian-ujian dakwah ini bersamamu. Melewati masa sulit ini
dengan berjuang bersamamu, dibarisan ini, barisan yang kau bina.
Ustad
yang kami cintai karena Allah, percayalah jika kau mengetahui cinta ini kepadamu
tentu kau tak akan sampai hati melukainya. Bahkan kau tak mungkin membuatnya
gusar terlebih lagi futur dan terlempar.
Ustad,
kami ingin sampaikan bahwa, Allah yang menjaga dakwah ini Ia pula yang akan
memudahkan setiap langkah-langkahnya. Tak ada satupun yang mampu menghalangi
dan memadamkan cahaya dakwah ini. Kami sadar kami banyak kelemahan maka itu
kami memohon ampun dan pertolongan hanya kepada Allah.
Di
akhir surat ini , kami ingin sampaikan salam dari saudara-saudara kami yang
masih ikhlas dalam perjuangannya. Yang masih murni dalam setiap amal dakwahnya,
yang masih bergelora semangat kebaikannya, yang masih kokoh dalam barisan
jamaah ini. kami sangat mencintaimu.
Barakallahufik ya
ustadz,
Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
5
Februari 2013 / 23 Rabiul Awwal 1434 H
Dari
sudut kampung,
Abu
Niyazi