Islamedia - Suatu
pagi seusai tilawah beberapa lembar, ku langkahkan kaki untuk sekedar
menggerakkan dan meregangkan otot-otot tubuh semenjak kemarin padatnya
aktivitas yang ku lalui. Dan juga hari ini segudang aktivitas telah menanti dan
memenuhi catatan buku agendaku. Fikirku dengan berjalan-jalan di seputaran
kampus dapat merilekskan tubuh serta fikiran. Aktivitas ini sering ku lakukan
di pagi hari berjalan mengitari kampus, menuju taman kecil di sekitar
perpustakaan universitas mulawarman.
Pagi
itu pandangan mataku mengarah pada bangunan masjid yang sedang dibangun.
Sebenarnya semenjak aku mulai kuliah, masjid ini sudah mulai dibangun. Namun
dikarenakan satu dan lain hal proses pembangunannya pun terhenti. Dan pada akhirnya di akhir tahun ini baru kembali
dimulai pembangunannya. Akhirnya pagi itu kuputuskan untuk mengecek lebih dekat
lagi progress pembangunan bagian
dalam masjid. Sempat terlintas dalam benakku, mungkin aku adalah mahasiswa yang
pertama kali menginjakkan kaki di masjid kampus yang baru dibangun ini.
Walaupun sebenarnya di kampus kami sudah ada masjid, namun jika dibandingkan
dengan total civitas akademika yang ada terbilang sangat kecil. Karena hampir
setiap sholat jum’at masjid selalu kekurangan tempat bagi para jama’ah.
Terlihat
dari luar masjid ini tampak begitu megah. Masjid dengan konsep bangunan dua
lantai ini berdiri tepat di belakang masjid yang lama dan terdengar kabar bahwa
antara masjid yang lama dan baru akan di sambung mengingat masjid yang lama
adalah milik yayasan yang tidak boleh dibongkar. Sekilas melihat konsep
bangunannya adalah konsep moderen dengan ornamen-ornamen masjid kebanyakan
namun tanpa kubah. Direncanakan pada lantai satu untuk ibadah sedangkan pada
lantai dua untuk kajian dan juga aktivitas lainnya.
Sejenak
aku termenung duduk di lantai dua masjid yang baru ini. Dalam benakku aku berfikir,
mungkin ini adalah saatnya suasana islami di kampus itu di mulai. Inilah
pertanda cita-cita yang dahulu menjadi impian mulai jelas terlihat dihadapan
mata. Dengan di bangunnya masjid yang baru ini aktivitas keislaman di kampus
ini semakin berkembang. Hal ini dapat terlihat dari jumlah jama’ah sholat yang
semakin bertambah. Dengan berdirinya bangunan masjid kampus yang baru ini
segala aktivitas pembinaan keislaman akan semakin bergairah lagi. Masih segar
dalam ingatanku tatkala masjid kampus yang lama penuh sesak dijejali mahasiswa
yang asyik ikut hadir dalam pembinaan keislaman intensif (mentoring). Hampir di
setiap sudut-sudut masjid luar dan dalam di penuhi mahasiswa. Dan hal ini
Nampak ketika mentoring akbar, sampai-sampai harus di laksanakan dua kali dalam
sehari untuk fakultas dengan jumlah mahasiswa banyak. Dengan bangunan masjid
yang baru ini tak perlu khawatir lagi kekurangan tempat dan aktivitas pembinaan
dapat dilaksanakan dengan baik.
Gerakan Kebangkitan
dari Masjid Kampus
Masih
duduk termenung aku pada masjid yang baru, mengingat akan sebuah kata “gerakan
kebangkitan dari masjid kampus”. Allahuakbar ! kata-kata yang memberikan
motivasi dan harapan. Segala bentuk gerakan perubahan dan perbaikan itu bermula
dari masjid. Seperti baginda Rasulullah yang memulai membangun Negara Madinah
dari Masjid Nabawi. Gerakan perubahan itu bermula dari masjid, gerakan
perbaikan itu disusun dimasjid. Menebarkan rahmat dan keberkahan Allah untuk
seluruh ummat yang ada di sekitarnya.
Gerakan
kebangkitan dari masjid kampus. Pembinaan keislaman kepada generasi muda di
lakukan di masjid kampus. Mereka dibekali dan dibina dengan pembinaan nilai
aqidah, ibadah dan akhlaq yang baik dan benar. Mereka dibekali kemampuan baca
Al-Qur’an agar mampu mempelajari dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman
hidup. Mereka di persiapkan untuk dapat memimpin diri mereka, keluarga mereka,
masyarakat dan juga negara nantinya. Terbayang olehku betapa indahnya ketika
melihat kelompok-kelompok mentoring itu melingkar di seantero penjuru masjid
kampus yang besar ini. Lantunan ayat-ayat Al-Qur’an di bacakan. Ada yang asyik
berdiskusi, ada yang sibuk dengan hafalan Al-Qur’annya dan tak jarang ada yang
berkelompok mengerjakan tugas perkuliahan. Hati mereka terpaut dengan masjid.
Merekalah generasi yang di impikan dan dinanti zaman ini untuk menumbangkan dan
menggantikan generasi yang lama. Mereka adalah generasi baru yang lahir dari
rahim masjid kampus, yakni generasi emas.
Gerakan
kebangkitan dari masjid kampus. Terbayang olehku tatkala masjid ini dipenuhi
oleh ribuan jamaah sholat jum’at. Taka ada lagi jama’ah yang tak mendapatkan
tempat. Tak ada lagi jama’ah yang harus berpanas-panasan karena bangunan masjid
yang tak mampu menampung. Semua khusyu’
mendengarkan khutbah jum’at, semua merasa nyaman berada di rumah Allah ini,
semua bisa lebih khusyu’ dalam
sholatnya. Allahuakbar! Seakan-akan keberadaan kampus islami itu ada di hadapan
mata.
Gerakan
kebangkitan dari masjid kampus. Kampus sebagai miniatur dari sebuah Negara
hendaknya memperhatikan akan hal ini. Yakni bagaimana mencetak generasi yang
unggul sesuai kebutuhan zaman. Generasi yang mampu menyeimbangkan
komponen-komponen yang ada pada dirinya. Antara fikriyah (fikiran), jasadiyah
(jasad) dan ruhiyah (ruhani). Jika
ketiga komponen ini diberi makan yang sesuai maka jadilah ia pribadi yang tawadzun (seimbang). Namun kebanyakan
saat ini yang kita amati adalah ketidak seimbangan ketiga komponen ini, sebagai
dampak ada bagian yang tidak diberikan makanan. Dan gerakan kebangkitan dari
masjid kampus ini diharapkan mampu mencetak dan mempersiapkan generasi pemimpin
masa depan yang cerdas (fikiran terpenuhi), sehat (jasad terpenuhi) dan yang tak
kalah pentingnya yakni sholeh (spiritual
terpenuhi).
Gerakan
kebangkitan dari masjid kampus. Adalah sebuah langkah nyata yang ditempuh
dengan kerja-kerja yang tak mudah. Kita harus kembali meramaikan dan
memakmurkan masjid. Pada waktu Rasululah SAW hijrah dari Makkah ke Madinah
dengan ditemani sahabat, Abu Bakar ra. Beliau melewati daerah yang disebut
dengan Quba disana beliau mendirikan Masjid pertama sejak masa kenabian, yakni
masjid Quba. Selanjutnya setelah di Madinah beliau juga mendirikan masjid, tempat
ummat islam melaksanakan sholat berjama’ah dan melaksanakan aktivitas sosial
lainnya. Jadi semakin jelas bahwa masjid adalah salah satu kebutuhan primer
untuk sebuah cita-cita perubahan menuju keadaan yang lebih baik. Karena masjid
didirikan untuk memenuhi kebutuhan ummat islam (khsusnya kebutuhan spiritualitas)
untuk mendekatkan diri pada penciptanya, menghambakan diri, tunduk dan patuh
mengabdi padaNya. Masjid juga menjadi tambatan hati, pelabuhan pengembaraan
hidup dan energi kehidupan ummat islam.
Gerakan
kebangkitan dari masjid kampus. Semangat ini yang harus terus ada dalam benak
civitas akademika dunia kampus dimanapun berada. Jika ingin mengawali perubahan
dan perbaikan, mulailah dari masjid. Curahkan perhatian kita pada masjid, ramaikan
masjid dengan aktivitas-aktivitas, sholatlah berjamaah di masjid, rapatkan dan
eratkan tali persaudaraan antar sesama ummat muslim, insya Allah kebangkitan
dari masjid kampus, kemenangan dari masjid kampus dan gerakan perubahan dari
masjid kampus bukan hanya mimpi dan harapan akan perubahan itu kembali lahir bak kupu-kupu yang siap menaburkan
serbuk sari cinta di taman-taman kampus, negeri ini dan dunia. Kemudian
melahirkan bunga-bunga kebaikan dan keberkahan. Karena harapan itu akan selalu
ada. Allahuakbar !
Wallahu’alam bi ashowab.
Dwipa
Aprianur
Universitas
Mulawarman
Samarinda Kalimantan
Timur