Islamedia - Terobosan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan dengan membangun perpustakaan internasional pertama di Indonesia, mendapat tanggapan dari Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Forum Lingkar Pena. Ketum FLP, Intan Savitri, yang juga dikenal dengan nama pena Izzatul Jannah itu, menyampaikan apresiasinya.
"Luar biasa! Anggaran sebesar itu dipergunakan khusus untuk membangun perpustakaan," kata perempuan yang dipercaya memimpin organisasi kepenulisan dengan ribuan anggota di seluruh Indonesia itu, dalam keterangannya kepada Islamedia pekan lalu. Seperti diberitakan sebelumnya, Pemprov Jabar memberanikan diri membangun perpustakaan berkelas internasional dengan anggaran sebesar 45 milyar.
Ia menekankan pentingnya program peningkatan minat baca yang nampaknya belum tercakup dalam anggaran sebesar 45 milyar.
"Padahal program minat baca itulah ruhnya sebuah perpustakaan," tegasnya.
Mengenai kabar belum tercapainya target 4 juta judul buku, penulis lebih dari 45 buku fiksi maupun non-fiksi itu menyampaikan kritik jika ujung-ujungnya adalah e-library. Ia menyebutnya sebagai solusi yang "kurang komprehensif".
"Jika memang e-library adalah tujuan akhir, mengapa tidak melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang memiliki kompetensi IT seperti PT Telkom Indonesia, untuk menaruh seluruh konten dalam cloud system mereka dan membangun e-library yang dapat diakses oleh seluruh rakyat Indonesia," urai perempuan peraih gelar Master di bidang Psikologi Sosial UGM yang lulus dengan predikat cum-laude itu.
"Tentu saja dengan infrastruktur yang mendukung secara terintegrasi, seperti fasilitas broadband yang merata di seluruh tanah air," lanjutnya.
Penulis kelahiran Jakarta yang kerap dipanggil Mba Ije itu sekali lagi mengingatkan, bahwa keberadaan perpustakaan tersebut harus semaksimal mungkin dimanfaatkan untuk meningkatkan minat baca.
"Hingga pada akhirnya akan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia," tambah perempuan yang menghabiskan masa pendidikannya di Solo dan Yogyakarta itu. [isc/ismed]
"Luar biasa! Anggaran sebesar itu dipergunakan khusus untuk membangun perpustakaan," kata perempuan yang dipercaya memimpin organisasi kepenulisan dengan ribuan anggota di seluruh Indonesia itu, dalam keterangannya kepada Islamedia pekan lalu. Seperti diberitakan sebelumnya, Pemprov Jabar memberanikan diri membangun perpustakaan berkelas internasional dengan anggaran sebesar 45 milyar.
Ia menekankan pentingnya program peningkatan minat baca yang nampaknya belum tercakup dalam anggaran sebesar 45 milyar.
"Padahal program minat baca itulah ruhnya sebuah perpustakaan," tegasnya.
Mengenai kabar belum tercapainya target 4 juta judul buku, penulis lebih dari 45 buku fiksi maupun non-fiksi itu menyampaikan kritik jika ujung-ujungnya adalah e-library. Ia menyebutnya sebagai solusi yang "kurang komprehensif".
"Jika memang e-library adalah tujuan akhir, mengapa tidak melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang memiliki kompetensi IT seperti PT Telkom Indonesia, untuk menaruh seluruh konten dalam cloud system mereka dan membangun e-library yang dapat diakses oleh seluruh rakyat Indonesia," urai perempuan peraih gelar Master di bidang Psikologi Sosial UGM yang lulus dengan predikat cum-laude itu.
"Tentu saja dengan infrastruktur yang mendukung secara terintegrasi, seperti fasilitas broadband yang merata di seluruh tanah air," lanjutnya.
Penulis kelahiran Jakarta yang kerap dipanggil Mba Ije itu sekali lagi mengingatkan, bahwa keberadaan perpustakaan tersebut harus semaksimal mungkin dimanfaatkan untuk meningkatkan minat baca.
"Hingga pada akhirnya akan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia," tambah perempuan yang menghabiskan masa pendidikannya di Solo dan Yogyakarta itu. [isc/ismed]