Pengungsi Rohingya Hadapi Ancaman Endemi Malaria -->

Pengungsi Rohingya Hadapi Ancaman Endemi Malaria

Senin, 22 Oktober 2012
Islamedia - Tim kemanusiaan SOS-Rohingya ACT menghadapi kenyataan memilukan. Para pengungsi Rohingya di Sittway saat ini mulai terancam endemi malaria. Ketiadaan tenaga medis dan obat juga menjadi persoalan serius yang mengancam jiwa pengungsi yang didominasi perempuan dan anak-anak.

Doddy Hidayat dari Tim Sympathy of Solidarity (SOS) Rohingya – ACT Foundation mengatakan, kondisi memprihatinkan yang mengancam pengungsi Rohingya kini diperparah dengan munculnya endemi malaria.

“Cuaca dan sanitasi yang buruk di pengungsian, menyuburkan hadirnya bermacam penyakit,” kata Doddy dalam rilis kepada detikcom, Minggu (21/10/2012).

Ancaman endemi memuncak karena tak ada obat dan tenaga medis. “Kami sudah meminta tim lanjutan SOS Rohingya-ACT untuk mengirim obat-obatan, terutama untuk malaria. Tenaga medis bisa diusahakan dari Myanmar,” kata Doddy yang sudah beberapa kali keluar masuk Myanmar.

Bersamaan persiapan tim Global Qurban ACT, pengiriman obat-obatan mendorong kepedulian lebih lanjut masyarakat Indonesia untuk Rohingya.

“Sebaiknya kita tidak berhenti merasa cukup membantu dengan mengirim qurban saja. ACT melihat banyak celah untuk dibantu, bahkan begitu banyak. Lahan amal amat luas di Rohingya, selain di wilayah lain di dunia maupun di Indonesia sendiri. Tapi dilihat penderitaannya, Rohingya masih nomor satu. Membantu mereka, semoga menghindarkan petaka dan musibah bagi Indonesia,” kata Syuhelmaidi Syukur, Vice President ACT dan Ketua Tim SOS-Rohingya-ACT berikutnya.

Tim SOS Rohingya–ACT berikutnya sudah siap berangkat. Informasi terkini menjadi dasar menyiapkan kiriman bantuan selanjutnya. ACT berkomitmen membantu tidak sebatas shelter dan qurban.

“Shelter apalagi qurban, juga bantuan medis nanti, masih di level emergency. Perlu bantuan tahap berikutnya, dan itu juga memerlukan dukungan luas, juga waktu yang pasti tidak bisa seketika. Kita semua berdoa dan berikhtiar, semoga krisis Rohingya segera berakhir dengan solusi terbaik,” ujar Syuhelmaidi Syukur. (dtk)