Ketika Kejujuran Dipertaruhkan #3 -->

Ketika Kejujuran Dipertaruhkan #3

Rabu, 30 Mei 2012
http://abufurqan.com/wp-content/uploads/2011/04/syukur.jpg
Islamedia - Senin, 16 Mei 2011. Saat ini adalah sekitar jam setengah empat sore, waktu setempat. Aku bersama dengan teman-teman terbaik satu angkatanku di SMA tengah berada di wilayah Kabupaten Bandung, untuk bersama menanti hasil dari Ujian Nasional yang beberapa pekan yang lalu telah selesai kami laksanakan.

Kami baru saja selesai melakukan sebuah perjalanan outbond sebelum kami mendengarkan hasilnya langsung dari guru-guru kami tercinta yang turut hadir di Kabupaten Bandung tersebut. Suatu perjalanan yang akan sangat kami rindukan. Kami teringat saat-saat ketika pertama kali kami dipertemukan. Kala itu kami juga melakukan perjalanan outbond, menembus hutan-hutan yang ada di daerah Kabupaten Tasikmalaya. Ah, tidak terasa saat ini bisa dibilang adalah saat-saat terakhir kami bersama dengan gelar siswa SMA. Waktu memang bergulir begitu cepat.

Beberapa hari yang lalu, hatiku tengah berbahagia. Sangat berbahagia karena Kak Randi, sosok guru sekaligus saudaraku yang telah hampir satu tahun tinggal bersamaku dan Firman, baru saja mengakhiri masa lajangnya. Beliau menikah. Suatu berita yang sangat menggembirakan. Aku yakin, Kak Randi akan bisa menjadi sosok suami sekaligus kepala keluarga yang sangat baik. Kali ini, apakah aku juga akan berbahagia dengan berita kelulusanku? Atau aku harus bersabar kepada Allah dengan berita ketidak-lulusanku?

“Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh..” ucap Pak Yahya yang berdiri di tengah-tengah lingkaran manusia yang dibuat oleh teman-teman kelas 12. “Hari ini.. Adalah hari yang sangat bersejarah.. Karena hari ini adalah pengumuman kelulusan kalian semua, anak-anakku.. Kelulusan angkatan keenam, yang telah mengukirkan banyak sejarah dalam perjalanan SMA kita tercinta..” ucap beliau.

Setelah sambutan dari Pak Yahya, kami dipisahkan berdasarkan kelas masing-masing. Kami duduk melingkar bersama wali kelas kami yang memegang amplop berisi hasil dari UN kami. Sebelum wali kelas kami membagikan surat pengumuman hasil UN tersebut, kami menyanyikan lagu hymne sekolah kami bersama-sama.

Ledak airmata tak tertahankan, mengingat hymne kali ini bisa dibilang adalah hymne terakhir kami bersama-sama. Hymne terakhir kami sebagai siswa dari SMA kami tercinta. Aku sendiri entah kenapa tak mampu menahan ledakan air mata tersebut. Sesak di dadaku menyebabkan air mataku bermuara. Terlebih ketika melihat wali kelasku dan teman-temanku turut bernyanyi dalam sendu tangis mereka. Itu membuatku akan sangat merindukan mereka semua.

Disini, di SMA kita..
Membina diri dengan taqwa..
Dengan ilmu dan amal, dengan akhlaq mulia..
Agar hidup lebih bermakna..
Karena ilmu adalah pelita..
Lentera di dalam gulita..
Belajar bagi kita menjadi kewajiban..
Tuk menggapai keridhoanNya..
Luruskan niat, tatap masa depan..
Kita generasi Ulul Albab..
Jayalah jaya, sekolah kita..
Untuk slama-lamanya...

“Anak-anak.. Sebelum ibu bagikan surat hasil UN ini, ibu mohon maaf kepada kalian semua jikalau selama tiga tahun ini kita bersama ibu memiliki banyak kekurangan dan kesalahan.. Ibu juga mau berterimakasih kepada kalian yang telah sangat memberikan kenangan bagi ibu..” ucap Bu Nina, wali kelas kami setelah menyanyikan hymne SMA kami tersebut.

Setelahnya, beliau menyebutkan nama kami satu per satu seraya menyerahkan sebuah amplop yang tertutup rapat. “Nanti ketika bapak komandokan, kalian langsung buka amplopnya bersama-sama ya..” ucap Pak Yahya.

Semua amplop selesai dibagikan. Pak Yahya menginstruksikan untuk membuka amplop tersebut. Aku gemetar. Kata pertama yang langsung kutuju setelah membuka amplopku adalah sebuah tulisan ‘LULUS’ yang mulus tanpa coretan dan tulisan ‘TIDAK LULUS’ yang tercoret. Segera aku melakukan sujud syukur. Kejujuranku membuahkan suatu kelulusan dari Allah.

Aku lihat nilai Matematikaku, tertera angka ‘7’. Alhamdulillah. Lebih besar dari prediksiku. Aku sangat bangga dengan nilai itu. Agak lama aku tersujud di tempat tersebut. Seiring dengan teman-temanku yang serentak sujud bersama.

Nilai-nilaiku yang lain bisa dibilang cukup lumayan. Bahasa Indonesia mendapatkan nilai sembilan, sedangkan Bahasa Inggris mendapatkan nilai delapan koma empat. Geografi, Ekonomi, dan Sosiologi secara berturut-turut adalah tujuh koma delapan, delapan koma dua, dan delapan koma delapan. Ternyata memang nilai matematika-ku yang paling kecil.

“Gimana hasilnya, Mal..?” tanya Firman yang segera menghampiriku.
“Alhamdulillah, akh..! Aku lulus! Aku lulus dengan mempertahankan kejujuranku..! Kamu juga kan..?” tanyaku balik.

“Alhamdulillah.. Allah memang tidak akan pernah meninggalkan hambaNya..” jawabnya seraya tersenyum. Aku kemudian melihat nilai Firman. Sangat baik. Dia mendapatkan rata-rata sembilan pas. Tapi bukan itu esensinya. Dia mendapatkan nilai itu dengan kejujuran yang dia pegang. Kejujuran yang tidak pernah dia lepaskan. Aku sangat kagum kepadanya.

Sejenak kemudian aku melihat teman-temanku yang lain. Mereka mendapatkan nilai yang sangat tinggi. Bahkan banyak sekali yang mendapatkan nilai di atas rata-rata Firman. Yang paling mengejutkan, sebagian besar dari mereka mendapatkan nilai matematika sepuluh. Artinya sempurna. Tidak ada satu nomor-pun yang keliru.

Usai pembukaan surat tersebut, kami dikumpulkan lagi oleh Pak Yahya. “Alhamdulillah, kalian telah mendapatkan hasilnya. Dan Alhamdulillah, angkatan kalian kali ini mendapatkan presentase kelulusan sebanyak seratus persen. Artinya, kalian semua lulus dalam Ujian Nasional kali ini!” ucap beliau yang disambut sorak gembira oleh Pak Yahya.

“Apresiasi tentu akan pihak sekolah berikan kepada siswa terbaik di UN kali ini!” lanjutnya. Semua kemudian terdiam.

“Tapi bukan kepada pemegang nilai tertinggi.. Tapi kami, khususnya bapak sangat mengapresiasi kalian yang berani jujur! Berani mempertahankan integritas kalian menghadapi tantangan ini. Meskipun pada kenyataannya, banyak dari kalian yang jujur mendapatkan nilai yang lebih kecil daripada teman-teman kalian, tapi tenanglah! Percayalah bahwa Allah takkan pernah tidur! Dan kalian adalah pemenang yang sesungguhnya, di mata Allah. Selama kalian ikhlas, Insya Allah!!” ucap Pak Yahya dengan suara yang lantang. Seluruh siswa terdiam. Pak Yahya memang tidak pernah main-main dalam hal ini. Dan kami semua tahu, beliau paling tidak suka dengan aksi contek-menyontek.

“Nilai yang kalian dapatkan ini bukanlah apa-apa. Mudah saja mendapatkan nilai sepuluh dalam UN ini. Saya menjamin, bahwa mendapatkan nilai sepuluh itu sangat mudah. Tapi ingatlah anak-anakku, ‘nilai’ yang sebenarnya adalah dari keberkahan dalam nilai yang fana ini. Kalau kalian ada yang mau meminta maaf kepada pihak sekolah karena merasa tidak jujur, kami sangat terbuka. Tapi kalau memang tidak, ya kita lihat saja keberkahan dari nilai kalian ini.. Allah tidak akan pernah tidur..!”

***

Handphoneku berdering. Ada SMS masuk. Aku tengah berada di rumah kontrakan saat ini. Hari ini adalah dua hari setelah aku dinyatakan lulus dalam Ujian Nasional kemarin. Di rumah saat ini sangat sepi. Hanya ada aku saja. Firman tengah menginap di rumah neneknya. Sedangkan Kak Randi tengah berada di Jakarta bersama istrinya.

Aku tak langsung menghiraukan SMS tersebut. Aku selesaikan tilawahku, dan kemudian barulah aku mengambil handphoneku tersebut. SMS dari Pak Yahya. Bunyinya :

Assalamu’alaykum.
Diberitahukan kepada seluruh peserta SNMPTN Undangan tahun 2011, bahwa pengumuman SNMPTN Undangan tahun ini bisa diakses di situs undangan.snmptn.ac.id terhitung pukul 19.00 WIB. Silahkan kalian cek akun kalian, dan percayalah bahwa yang kalian terima adalah yang terbaik dari Allah.”

http://www.depoknews.com/wp-content/uploads/2012/02/ui2.jpg

Aku lihat jam dinding. Sudah jam tujuh malam lewat beberapa menit. Tiba-tiba tanganku terasa kelu. Gemetar. Aku coba tenangkan diriku. Aku akses situs tersebut melalui handphoneku. Aku masukkan nomor registrasiku dan tanggal lahirku sesuai yang diminta oleh situs tersebut. Jelang beberapa lama, layar handphoneku menunjukkan sebuah tulisan berupa :

Selamat, Anda diterima di Universitas Indonesia

Program Studi
Ilmu Politik

Program Pendidikan
S1 Reguler

Jalur Masuk
SNMPTN

Nomor Pokok Mahasiswa (NPM) Anda adalah
1106006631

Aku terdiam. Air mataku menggenang. Sontak tubuhku luluh lantak. Tersujud, seraya mengucapkan puji syukur kepada Allah. Lama aku tersujud. Lemas. Aku sangat menikmati sujud ini. Aku sangat menikmatinya. Aku kemudian memberitakan kabar ini kepada kedua orangtuaku. Lalu aku mengirimkan SMS ucapan terimakasih kepada seluruh guru-guruku. Aku sangat bahagia. Aku sangat bersyukur. Kembali aku tersujud. Sendiri. Tersujud dalam keheningan suasana setelah shalat Isya. Aku sangat bersyukur.

Ya Allah, janjiMu benar adanya. Kau tidak akan pernah mengingkari janjiMu. Kau tidak pernah meninggalkan hambaMu. Terima kasih, ya Allah! Terimakasih! Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji hanyalah bagiMu, Tuhan Semesta Alam!

*Selesai

Muhammad Fathan Mubina
Mahasiswa Ilmu Politik UI 2011
Staff PSDM FSI FISIP UI