Salah satu ustad setempat, Imam Awaluddin, menambahkan bahwa tujuan salat gerhana, baik gerhana matahari maupun gerhana bulan yakni untuk mengingat tanda kebesaran Alla SWT yang menciptakan alam semesta termasuk matahari dan bulan.
“Rasulullah mengingatkan bahwa gerhana terjadi tidak terkait dengan mati dan hidupnya seseorang tetapi sebagai peringatan agar manusia berdoa, berdzikir, dan memohon ampunan pada Alla,” katanya. Ia menghimbau agar masyarakat tidak percaya pada mitos yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah dan melanggar syariat dan keyakinan dalam agama Islam.
Salat gerhana bulan maupun matahari dilakukan sebanyak dua rakaat dengan empat kali ruku’ yaitu pada rakaat pertama, setelah ruku’ dan i’tidal membaca surat Al Fatihah lagi kemudian ruku’ dan i’tidal kembali setelah itu sujud sebagaimana biasa. Begitu pula pada rakaat kedua. Bacaan Al Fatihah pada salat gerhana bulan dinyaringkan sedangkan pada gerhana matahari tidak. Hukum salat gerhana adalah sunnat muakkad. Nabi dan para sahabat pernah melakukannya di masjid dengan tanpa adzan dan iqamah.
Di Kota Madiun, puluhan warga tampak menunggu fenomena langka tersebut sambil menghabiskan malam di Alun-Alun Kota setempat. “Lumayan nyangkruk di Alun-Alun sambil melihat gerhana bulan. Saya ingin tahu bagaimana bentuk bulan saat gerhana,” kata salah satu warga Kota Madiun, Heru, sambil menikmati kopi di warung lesehan yang banyak terdapat di Alun-Alun setempat. (tmp)