Islam edia - Pada tanggal 7 Maret 2011 Dr. Isham Sharaf diangkat oleh Dewan Tinggi Militer Mesir dan secara undang-undang secara sah menj...
![http://3.bp.blogspot.com/-J0IHDRZ37f4/Tfr2YLbOBOI/AAAAAAAAAAs/oEUP11aJzIU/s1600/images2.jpg](http://3.bp.blogspot.com/-J0IHDRZ37f4/Tfr2YLbOBOI/AAAAAAAAAAs/oEUP11aJzIU/s320/images2.jpg)
Islamedia - Pada tanggal 7 Maret 2011 Dr. Isham Sharaf diangkat oleh Dewan Tinggi Militer Mesir dan secara undang-undang secara sah menjadi Perdana Menteri (PM) menggantikan Ahmad Syafiq. Maydan Tahrir dan para demonstran waktu itu menjadi saksi diangkatnya Isham Sharaf menjadi PM serta untuk pertama kalinya dalam sejarah politik di Mesir Perdana Menteri dipilih langsung oleh rakyat bukan dipilih oleh Presiden.
Dalam janjinya ketika baru diangkat menjadi Perdana Menteri, Sharaf berjanji bahwa rakyat Mesir akan selalu ada di hatinya, dan seluruh tuntutan revolusi rakyat akan dipenuhi. Jika tidak terpenuhi tuntutan rakyat maka dirinya akan mengundurkan diri.
Saat ini, masa-masa bulan madu itu telah berakhir, gelombang ujian dan fitnah menyelimuti 100 hari masa pemerintahan Dr. Isham Saraf. Dan dalam setiap pemerintahan demokrasi, sangat wajar bila rakyat ingin menilai masa pemerintahan suatu negara dalam waktu 100 hari. Seperti apa kinerja dan kualitas dari kepemimpinannya.
100 hari pemerintahan Sharaf……ada yang mendukung dan ada yang mengkritik, saat inilah iklim demokrasi Mesir sedang diuji sekaligus mengalami kemajuan yang luar biasa.
Rakyat ingin mereformasi pemerintahan Isham Sharaf
Dr. Imad Jaad, pakar pemerintahan dan politik Mesir menilai pemerintahan Isham Sharaf telah gagal dalam mewujudkan stabilitas keamanan negara. Kepemimpinan menteri Dalam Negeri yang baru Manshur Ishawi telah menambah kegagalan pemerintahan Sharaf, hal ini dibuktikan dengan banyaknya intimidasi dan kekacauan baik itu antar kelompok dan agama. Selain itu juga pemerintahan Sharaf telah gagal dalam memulihkan kondisi perekonomian negara, karena hal ini berkaitan langsung dengan kondisi stabilitas keamanan yang tidak stabil sehingga menjadikan para investor asing lari dan enggan untuk menanam investasi di Mesir pasca runtuhnya pemerintahan Mubarak.
Hal senada juga dikatakan oleh pakar Undang-undang Mesir Ibrahim Darwis menilai bahwa pemerintahan Sharaf telah gagal dalam mengatur negara ini dalam masa transisi. Sampai saat ini menteri-menteri yang duduk dalam pemerintahan Sharaf tidak pernah mengambil keputusan strategis yang bisa mengarahkan negara Mesir menjadi lebih baik, mereka tidak jauh berbeda dengan pemerintahan Mubarak.
Sekilas tentang Dr. Isham Sharaf
Isham Sharaf, sesuai dengan namanya yang berarti mulia atau yang mendapat penghormatan. Pada pemerintahan Mubarak beliau pernah diangkat menjadi Menteri Transportasi, namun hanya beberapa bulan saja Sharaf mengundurkan diri dari jabatan tersebut karena tidak kuat melihat kolega dan rekan kerjanya yang melakukan praktek KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme). Beliau dikenal sosok yang bersih dan sangat dekat dengan rakyat, pada masa transisi inilah beliau diberi kepercayaan oleh rakyat Mesir untuk memimpin negeri kinanah Mesir.
Pakar konstitusi Mesir sekaligus Hakim Agung Mahmud al-Hudori berpendapat bahwa pemerintahan Isham Sharaf kali ini tidak banyak melakukan perubahan untuk rakyat Mesir kecuali dalam satu hal, yaitu keputusan strategis yang diambil oleh Menteri Luar Negeri Mesir Dr. Nabil Arabiy dengan lantang dan berani membuka perbatasan Mesir-Palestina di Rafah serta memberikan bantuan langsung berupa bahan makanan pokok kepada rakyat Palestina tanpa ada pembatasan. Selain itu juga sempat diumumkan oleh Menteri Luar negeri Mesir untuk melanjutkan lagi hubungan diplomatik dengan negara Iran, namun keputusan ini tidak lagi terdengar hingga sekarang. Untuk Menteri-menteri yang lain dalam kabinet Sharaf perlu direformasi lagi karena mereka tidak bisa meneruskan perjuangan Revolusi rakyat Mesir, ditangan Sharaf-lah nasib menteri-menteri tersebut, beberapa Menteri yang saya rekomendasikan untuk diganti adalah Menteri Hukum dan Perundang-Undangan, Menteri Keuangan, dan Menteri Dalam Negeri.
Mahmud al-Hudori menambahkan bahwa saat ini dua prioritas permasalahan yang harus segera diselesaikan oleh Sharaf dan kabinetnya adalah permasalahan pemulihan ekonomi dan stabilitas keamanan yang sedang terganggu akibat kurangnya peran pihak kepolisian dalam menangani kaus-kasus yang terjadi selama ini. Oleh karena itu Mahmud merekomendasikan untuk mengganti para pimpinan tertinggi di jajaran kepolisian Mesir yang tidak becus menanangani stabilitas keamanan negara selama ini.
Hal senada disampaikan dalam hasil Konferensi Koalisi Nasional Mesir pada hari Ahad, 26/6/2011 yang menuntut pengunduran diri Ishom Sharaf dari Jabatan Perdana Menterinya. Anggota Majelis Nasional untuk Perubahan Dr. Karimah Al Hafnawi dalam seminar yang diadakan pada tanggal 24/6 di Provinsi Daqahliah menuturkan bahwasanya pemerintahan Sharaf itu lemah, dan 19 Menteri yang bergabung dalam kabinetnya adalah orang-orang yang berafiliasai kepada Partai rezim Mubarok
Disisi lain Dr Muhammad Ghanim meminta untuk diletakanya Konstitusi baru, dan ia menunjukan bahwsannya seluruh kekuatan politik telah setuju atas ide peletakan pasal-pasal baru di atas Konstitusi yang sejalan dengan cita-cita Negara Madani Mesir.
Ishom Sharof : Pemerintahku Tidaklah Lambat.
Namun beberapa pernyataan diatas langsung dibantah oleh Perdana Menteri Mesir Isham Sharaf , dalam pidatonya di hari yang ke 100 masa jabatannya menuturkan tentang penampikanya terhadap Isu bahwa terjadi pelambatan di Pemerintahannya, ia berdalih bahwa pemerintahanya diwarisi permasalahan dimensi kelembagaan Intitusional dan budaya yang begitu dalam, dan harus ada perbaikan terhadap semua permasalahn tersebut dengan pengaturan kelembagaan dan ada jaminan tidak akan terulang pada masa mendatang.
Isham Sharaf (Perdana Menteri pertama yang dekat dengan Rakyat Mesir)
Beberapa kelompok yang menilai negatif pemerintahan Sharaf tidak membuat dirinya larut dan patah semangat, hal ini ditunjukkan oleh beberapa aksi dan perhatiannya kepada rakyat beberapa hari yang lalu pada pertemuan ketiga yang dilakukan oleh Isham Sharaf didepan Gedung Masbiru terkait dengan demonstrasi yang dilakukan oleh para penganut kristen koptik dalam kasus pembakaran gereja di daerah Suul, sebelah timur kota Kairo. Didepan ribuan demonstran, Isham Sharaf sempat menangis karena dengan tulus hati dirinya ingin memberikan solusi dan mengakhiri konflik agama yang terjadi di Mesir baru-baru ini, dan dia berjanji akan membangun kembali gereja yang telah dibakar oleh pihak tertentu yang tidak ingin rakyat Mesir hidup damai.
Selain itu juga kehidupan keseharian dan kesederhanaan sang perdana Menteri ini disorot dalam sebuah kesempatan dirinya beserta keluarga sedang makan siang di sebuah restoran dan sempat dipublish oleh salah satu stasiun TV bahwa dalam momen tersebut dirinya tidak pernah dikawal oleh pengawal khusus pemerintah, karena Isham Sharaf menganggap dirinya juga rakyat biasa seperti rakyat Mesir lainnya.
Bukti dekatnya Isham Sharaf dengan rakyat juga dirinya menjawab semua pertanyaan di Facebook resmi miliknya, termasuk 10 tuntutan para pemuda di Facebook yang intinya adalah pemerintahan Sharaf segera melakukan perubahan di Mesir. selang beberapa hari dari tuntan tersebut, Isham Sharaf mengangkat Mu’taz Billah Abdul Fattah sebagai penasihat yang pakar di bidang Ekonomi dan hukum dari kalangan Pemuda.
Saat ini Isham Sharaf masih dinilai berhasil dalam mengembalikan ruh hubungan rakyat Mesir dengan negara-negara Arab dan Afrika.
Sekali lagi, Isham Sharaf hanyalah seperti bulan yang sedang menerangi pekatnya malam, gelapnya Sharaf tidak datang dari dirinya, namun lebih banyak dipengaruhi oleh para menterinya, seperti wakil Perdana Menteri yahya Jamal, Menteri Dalam negeri dan Menteri Hukum dan Perundang-Undangan, selain itu juga situasi politik yang sekarang sedang melanda Negari Seribu Menara ini mempengaruhi kinerja Isham Sharaf.
Dalam 100 hari ini rakyat Mesir sudah melihat secara langsung dan dengan kasat mata kinerja Pemerintahan Isham Sharaf, tanggapan negatif dan positif adalah sebuah konsekuensi logis dari dibukanya kran demokrasi yang selama ini tersumbat.
Semoga 100 hari kedepan rakyat Mesir bisa merasakan indahnya keadilan dan kesejahteraan di negerinya sendiri yang selama ini telah lenyap dibawah pimpinan rezim yang otoriter dan dzalim hampir 30 tahun lamanya.
(Disarikan dari berbagai sumber)
*ditulis oleh: Muhamad Syadid (Mahasiswa S1 Universitas al-Azhar Mesir -Peminat dunia politik Mesir dan Timur Tengah-)