Juga kita mendengar kasus-kasus
penganiayayaan gara-gara perkara remeh temeh. Bahkan terkadang seperti tidak
ada penyebabnya. Lihat orang menggunakan sepeda motor dengan kaos supporter
lain, kemudian dikejar dan dikeroyok dan
berujung pada meninggal dunia. Saling memandang berujung pada pembunuhan karena
dianggapnya menantang. Dan masih banyak lagi kasus-kasus di sekitar kita yang
menunjukkan begitu mudah marahnya generasi kita.
Di level orang terdidikpun juga sering kita saksikan tidak bisa menahan marah. Pada saat musyawarah dalam organisasi sering terjadi saling lempar kursi dan saling pukul karena berbeda pendapat.
Alhamdulillah, Islam adalah agama
rahmat bagi semesta alam. Jika kita belajar agama secara komprehensif maka kita
akan dapati banyak mutiara-mutiara di sana. Salah satu mutiara ini adalah
bagaimana Islam sangat melarang dan menghindari pengursakan maupun kerusakan.
Dalam rangka untuk menghindari
dampak kerusakan, Nabi ﷺ kita yang mulia mengajarkan kepada
kita supaya tidak mudah marah dan bagaimana jika sifat amarah datang, amarah
ini lekas turun dan tidak berdampak negatif, seperti pembunuhuan maupun
pengrusakan baik skala kecil maupun skala lebih luas.
Keutamaan Menahan Marah
1. Allah Ta’ala memuji dan mencintai
orang yang menahan marah sebagamana firman Allah Ta’ala dalam Surat Ali-Imran
ayat 134:
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى
ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ
ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
Artinya:” (yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Sungguh beruntung orang yang dipuji dan dicintai oleh Allah Ta’ala.
2. Allah Ta’ala akan membanggakan orang yang menahan marah serta memilih bidadari yang disukainya. Sebagaimana dalam hadis Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud:
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ
عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ مَا شَاءَ
Artinya:“Barangsiapa
yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah
Ta’ala akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua
manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli
yang disukainya” (HR. Imam Abu Dawud)
3. Orang yang mampu
menahan marah adalah orang yang kuat, sebagaimana hadis Nabi ﷺ yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhori berikut:
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ
إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
Artinya: "Orang
yang kuat itu bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat adalah orang yang
dapat menahan dirinya di kala sedang marah (HR Imam Bukhori)
4.
Balasan orang yang
menahan marah adalah surga, sebagaimana hadis Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban berikut:
لا تغضبْ ، ولَكَ الجنَّةُ
Artinya: “Janganlah engkau marah, niscaya
bagimu surga” (HR Imam Ibnu Hibban)
Tuntunan Ikhtiar Menahan Marah
Islam agama yang mulia ini memberikan tuntunan ketika hawa amarah datang
merasuk dalam dada maka ada beberapa ikhtiar untuk menahannya.
1.
Minta perlindungan
kepada Allah Ta’ala (bertaawudz) sebagaimana dalam surat Al-a’raf ayat 200:
وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ ٱلشَّيْطَٰنِ نَزْغٌ فَٱسْتَعِذْ بِٱللَّهِ ۚ
إِنَّهُۥ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Dan jika kamu ditimpa
sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha
Mendengar, Maha Mengetahui.”
Juga hadis Nabi ﷺ yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim:
سَمِعْتُ سُلَيْمَانَ بْنَ صُرَدٍ
رَجُلًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
اسْتَبَّ رَجُلَانِ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَغَضِبَ
أَحَدُهُمَا فَاشْتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى انْتَفَخَ وَجْهُهُ وَتَغَيَّرَ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ
قَالَهَا لَذَهَبَ عَنْهُ الَّذِي يَجِدُ فَانْطَلَقَ إِلَيْهِ
Artinya:” Diriwayatkan dari
Sulaimân bin Shurd Radhiyallahu anhu berkata, “Aku pernah duduk di samping Nabi
ﷺ saat dua orang lelaki tengah saling caci. Salah seorang
dari mereka telah memerah wajahnya, dan urat lehernya tegang. Beliau bersabda,
“Aku benar-benar mengetahui perkataan yang bila diucapkannya, niscaya akan
lenyap apa (emosi) yang ia alami. Andai ia mengatakan: a’ûdzu billâhi minasy
syaithânir rajîm, pastilah akan lenyap emosi yang ada padanya [HR. Imam Bukhori
dan Imam Muslim)
2. Berwudhu
Sebagaimana hadis Nabi ﷺ yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ
وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ
بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ
'Sesungguhnya marah itu perbuatan setan, dan setan itu diciptakan dari
api, dan sesungguhnya api itu hanya dapat dipadamkan dengan air. Karena itu,
apabila seseorang di antara kalian marah, hendaklah ia berwudu'. (HR Imam
Ahmad)
3. Merubah posisi dari berdiri ke
posisi duduk kemudian ke posisi berbaring
Sebagaimana Hadis Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ
قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلَّا فَلْيَضْطَجِعْ
Artinya: “Jika salah seorang dari kalian marah saat berdiri, hendaknya
ia duduk, kalau belum pergi amarahnya, hendaknya ia berbaring (HR Imam Abu
Daud)
Maka denga posisi duduk apalagi berbaring amarah akan menjadi reda.
Detak jantung yang mengeras karena marah pelan-pelan akan menjadi normal.
Disamping itu dampak kerusakan marah juga akan sangat terkurangi. Apa yang bisa
diperbuat dari orang yang berbaring? Sungguh tuntunan yang sangat sempurna.
4.
Ketika amarah datang
maka kita berusaha diam
Sebagaimana Hadis Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
وَ إِذَا غَضِبَ
أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ
Jika salah seorang diantara kalian
marah maka diamlah (HR Imam Ahmad)
Demikian tulisan singkat ini, terkait
dengan kutamaan seseorang menahan marah dan ikhtiar menahan marah ketika rasa
marah datang. Keutamaan yang sangat besar bagi sesiapa yang mampu menahan
marah. Jika rasa amarah datang, maka mari ikuti tuntunan Nabi ﷺ dengan membaca
ta’awudz dan berwudhu. Jika dalam posisi berdiri masih merasakan marah, maka
duduk dan berbaring dan diam akan menurunkan tensi marah dan dampak negatif. Semoga generasi kita menjadi generasi yang bijak
dan generasi yang tidak mudah marah. Wallahu a’lam bishshowab. Nashrun minallahi wa fathun qarib
Ditulis oleh : Ustadz Tito Yuwono, M.Sc
Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman
Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta
Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta