Islamedia - Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung telah menggelar pertemuan
keduanya pada 21 Februari 2019 di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK), Bandung. Perkuliahan kali ini dihadiri oleh
68 orang peserta dari 76 peserta yang terdaftar. Kelas ini dibuka dengan tilawah yang dibacakan oleh Erlando,
salah seorang peserta SPI, dimoderatori oleh Reka Ardi Prayoga.
Materi kedua, yaitu “Ghozwul Fikri”, disampaikan langsung oleh Akmal Sjafril, M.Pd.I,
yang merupakan Kepala SPI Pusat. “Ghazwah
artinya perang, yaitu konfrontasi yang terencana, yang tujuannya adalah penaklukkan
dengan segala sumber daya yang ada,” ungkapnya.
Menurut Akmal, perang pemikiran terjadi karena pikiran
manusia mengontrol tubuh dan seluruh potensi yang dimilikinya. “Dalam perang
fisik, kekalahan berupa kematian adalah mati syahid. Sementara dalam perang pemikiran, justru yang kalah tidak
merasa bahwa dia kalah namun sebenarnya ia menjadi budak musuhnya. Karena itu,
kita mesti menang dalam perang pemikiran,” terang Akmal.
Akmal juga menerangkan kepada peserta untuk fokus
dalam mempelajari Islam dengan benar, karena Ghazwul Fikri tidak identik dengan debat. Kalau pun berdebat,
seorang Muslim mesti tetap mempertahankan akhlaq
yang mulia.
Kebanyakan peserta SPI merupakan anak muda. Izzar,
salah satu seorang di antaranya, menyampaikan pandangannya terhadap materi
perkuliahan kedua ini.
“Ya, saya jadi semakin aware soal ghazwul fikri
ini. Bahwa kita harus persiapkan strategi karena ini perang, bukan tawuran yang
sekedar ketemu lalu bentrok. Saya jadi tergugah untuk terus mempelajari Islam
dengan benar seperti kata Ustadz Akmal kemarin, dan juga termotivasi untuk
melanjutkan apa yang sudah saya jalani dan saya punya kemampuan di sana,”
ungkap Izzar.
Izzar menambahkan bahwa para da’i harus menghadapi lawan-lawannya secara intelektual. “Mereka
menulis, kita pun harus ikut menulis. Mereka merusak lewat video di medsos,
kita pun harus juga manfaatkan medsos kita. Bahkan mereka latihan fisik pun,
kita juga harus melatih fisik juga, untuk antisipasi kalau sewaktu-waktu mereka
mau main fisik,” ujar Izzar.
Begitu tingginya antusiasme peserta pada materi kali
ini sehingga setelah perkuliahan berakhir, beberapa peserta tidak langsung
pulang, melainkan berkumpul mendekati narasumber untuk melanjutkan diskusi. [chaerul/abe/islamedia]