Islamedia - Siapa yang tak kenal dengan sosok Buya Hamka? Ulama besar
dan pujangga asli Minangkabau ini sudah menelurkan banyak karya dalam bidang
Ilmu Agama dan Sastra. Dalam rangka mengenang sosok beliau, Sekolah Pemikiran
Islam (SPI) menggelar serangkaian acara bertajuk "111 Tahun Buya Hamka:
Berbagi Cerita Tentang Sang Ayah Bangsa".
Rangkaian kegiatan tersebut akan dimulai dengan tiga kajian
lepas dalam bulan Januari 2019. Kajian pertama yang bertema " Buya Hamka
dalam Horison Sastra Indonesia: Peran, Pengaruh dan Sumbangsihnya "
sedianya akan dilaksanakan di Aula Imam Al-Ghazali, INSISTS, Jakarta Selatan,
pada 12 Januari 2019 mendatang.
Taufik Ismail, sastrawan senior Indonesia kelahiran
Bukittinggi yang mendapat gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah, dijadwalkan
hadir sebagai narasumber dalam kajian pertama. Taufik dikenal sebagai sastrawan
yang telah banyak mencetak banyak karya, salah satunya Malu Aku Jadi Orang
Indonesia.
Dalam kajian berikutnya, yang bertemakan " Napak Tilas
Keteladanan Politik Buya Hamka ", akan hadir pula Dr. Tiar Anwar Bachtiar
dan Akmal Sjafril. Keduanya adalah peneliti di Institute for The Study of
Islamic Thought and Civilizations (INSISTS). Kegiatan ini sedianya akan digelar
di Aula Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq, Cawang, 20 Januari mendatang.
Kajian ketiga mengambil tema " Menjejak Warisan Ilmu
Sang Ayah Bangsa ", berupaya meneladani sikap Buya Hamka sebagai ulama
yang telah menghadapi berbagai tantangan. Kegiatan yang akan digelar di Aula
Ar-Rahman, AQL, Tebet ini, sedianya akan dinarasumberi langsung oleh Ustadz
Bachtiar Nasir, Lc., Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia
(MIUMI).
Selepas ketiga kajian tersebut, SPI berencana mengadakan
seminar dua hari di bulan Februari 2019 dengan menghadirkan lebih banyak lagi
tokoh masyarakat dan ulama untuk berbagi cerita dan berdiskusi segala hal
tentang Buya Hamka. Bersama seminar tersebut juga akan diadakan bedah buku,
lomba dan talkshow. Terakhir, pada bulan Maret, SPI telah menyiapkan sebuah
acara pengkaderan khusus bagi para pemuda yang berminat untuk memperdalam
pengetahuannya seputar pemikiran Buya Hamka.
Dalam sebuah kesempatan, Akmal Sjafril, Kepala SPI Pusat
menyampaikan, "Ini adalah cara kami untuk menghargai salah seorang ayah bangsa, yaitu Buya Hamka, yang selama ini masih belum banyak tergali pemikirannya."
Akmal juga menyampaikan sebuah gejala yang memprihatinkan,
yaitu bahwa seminar-seminar dan kajian yang mengupas pemikiran Buya Hamka malah
lebih sering diadakan di negeri jiran.
"Paling tidak bisa kita bandingkan dengan negeri jiran
seperti Malaysia, yang ternyata masih sangat sering menggelar seminar-seminar
tentang pemikiran Buya Hamka. Bangsa Indonesia sebenarnya lebih berhak atas
beliau. Mudah-mudahan, rangkaian kegiatan yang digelar oleh SPI ini bisa memicu
diskusi yang lebih mendalam tentang pemikiran-pemikiran," pungkasnya. [abe/ajeng/islamedia]