Islamedia - “Materi ini meskipun judulnya “Tauhidullah”, tapi yang akan kita bahas
justru bukan banyak tentang konsep Tauhid,” tukas Akmal Sjafril selaku pemateri
kuliah keempat SPI Jakarta angkatan 9 pada Rabu malam (10/10). Pertemuan ini
merupakan kali ketiganya Akmal menjadi narasumber, dimana dua pertemuan
sebelumnya ia menjelaskan Materi Pendahuluan SPI dan Ghazwul Fikri. Lebih lanjut, ustadz kondang yang juga termasuk
Founder ITJ (Indonesia Tanpa JIL) ini menjelaskan bahwa perkuliahan kali ini
akan dibahas satu persatu mengenai konsep ketuhanan di dalam agama-agama lain.
Pembahasannya dimulai dari Ateisme, dimana ia tidak meyakini keberadaan Tuhan. Stephen Hawking dan Charles Darwin merupakan dua tokoh besar yang banyak memengaruhi pemikiran orang-orang ateis. Dalam buku berjudul ‘Brief History of Time’ (1988), salah satu poin yang menjadi kesimpulan dari karya Hawking ini yakni, “Tuhan mungkin ada, namun tidak ikut campur dalam pengaturan alam.” Menurut Akmal, cara berpikir orang ateis pantas diragukan, sebab meskipun pada konsepnya mereka tidak meyakini adanya Tuhan, tapi pada realitanya justru banyak membahas tentang Tuhan. Hal ini yang menyebabkan kerancuan berpikir orang-orang ateis.
Selanjutnya, Akmal menceritakan banyak tentang sejarah dewa-dewi Yunani Kuno, konsep ketuhanan yang paling dominan dari Yunani Kuno adalah tentang kekuatan yang sifatnya lebih material dan fisik. Banyak hal-hal negatif yang ternyata dilakukan oleh dewa-dewi Yunani Kuno, seperti membunuh, sodomi, memperkosa, dan lain sebagainya. Sehingga pada kesimpulannya Akmal berkata, “Konsep ketuhanan Yunani Kuno hanya sebatas dongeng belaka dimana tidak ada pelajaran yang bisa diambil di dalamnya.” ujarnya.
Dua agama setelahnya yang menjadi pembahasan Akmal adalah Kristen dengan konsep Trinitasnya dan Hindu dengan konsep dewa-dewanya yang sejatinya menganut paham Politeisme. Di tengah-tengah penjelasannya ia menegaskan, “Konsep Tuhan adalah hal yang paling fundamental dalam worldview”. Hal ini menandakan bahwa cara pandang seseorang dalam menentukan sikap dan perilaku sangat berkaitan erat dengan bagaimana ia memahami Tuhan sebagai Sang pencipta alam semesta.
Pembahasannya dimulai dari Ateisme, dimana ia tidak meyakini keberadaan Tuhan. Stephen Hawking dan Charles Darwin merupakan dua tokoh besar yang banyak memengaruhi pemikiran orang-orang ateis. Dalam buku berjudul ‘Brief History of Time’ (1988), salah satu poin yang menjadi kesimpulan dari karya Hawking ini yakni, “Tuhan mungkin ada, namun tidak ikut campur dalam pengaturan alam.” Menurut Akmal, cara berpikir orang ateis pantas diragukan, sebab meskipun pada konsepnya mereka tidak meyakini adanya Tuhan, tapi pada realitanya justru banyak membahas tentang Tuhan. Hal ini yang menyebabkan kerancuan berpikir orang-orang ateis.
Selanjutnya, Akmal menceritakan banyak tentang sejarah dewa-dewi Yunani Kuno, konsep ketuhanan yang paling dominan dari Yunani Kuno adalah tentang kekuatan yang sifatnya lebih material dan fisik. Banyak hal-hal negatif yang ternyata dilakukan oleh dewa-dewi Yunani Kuno, seperti membunuh, sodomi, memperkosa, dan lain sebagainya. Sehingga pada kesimpulannya Akmal berkata, “Konsep ketuhanan Yunani Kuno hanya sebatas dongeng belaka dimana tidak ada pelajaran yang bisa diambil di dalamnya.” ujarnya.
Dua agama setelahnya yang menjadi pembahasan Akmal adalah Kristen dengan konsep Trinitasnya dan Hindu dengan konsep dewa-dewanya yang sejatinya menganut paham Politeisme. Di tengah-tengah penjelasannya ia menegaskan, “Konsep Tuhan adalah hal yang paling fundamental dalam worldview”. Hal ini menandakan bahwa cara pandang seseorang dalam menentukan sikap dan perilaku sangat berkaitan erat dengan bagaimana ia memahami Tuhan sebagai Sang pencipta alam semesta.
Di akhir pertemuan, Akmal mengajak
para peserta untuk berpikir dan mempertimbangkan konsep ketuhanan mana yang
paling rasional. Sehingga pada akhirnya, para peserta menyadari bahwa konsep
tuhan yang benar hanya terdapat pada agama Islam. “Islam agama yang sangat
jelas menerangkan jati diri Tuhan, meskipun dalam bentuk abstrak. Tauhidullah
adalah ciri Islam yang mencakup keesaan Allah dalam Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya,
dan perbuatan-Nya,” jelas Akmal. Ia menambahkan sekaligus menegaskan bahwa
agama mem-format ulang cara atau gaya berpikir seseorang. Sehingga sebagai
pelengkap ia katakan, “Beda agama, beda worldview
(cara pandang)”. [abe/farid/islamedia]