Islamedia - Di
hadapan para peserta yang memenuhi acara Seminar Sejarah Deislamisasi Indonesia
(SSDI), Hadi Nur Ramadhan menyampaikan tentang pentingnya mempelajari sejarah. “Membaca sejarah adalah sesuatu yang penting
tetapi menjadi pelaku sejarah itu jauh lebih penting. Dengan mempelajari
sejarah membuat kita menjadi lebih bijak,” ujar Hadi saat menyampaikan
materi.
“Buya Hamka pernah mengatakan, bahwa
kita tidak akan pernah menjadi orang besar jika selama hidup kita tidak pernah
membaca kisah orang-orang besar,” tambah Peneliti Pusat
Kajian Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) ini.
SSDI
diselenggarakan pada hari Sabtu, 22 September 2018, atas kerja sama antara
Alumni Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta angkatan 7 dengan Forum Amal & Studi Islam (FORMASI
FIB UI). Kegiatan yang berlangsung di Auditorium Gedung IX FIB UI ini
diikuti oleh ratusan peserta dari beragam kalangan, mulai dari pelajar,
mahasiswa hingga umum.
Melanjutkan bahasannya, Hadi memaparkan kiat
menjadi ‘Orang Besar’. "Ternyata yang menyebabkan seseorang menjadi
besar ada 3 hal, yaitu guru, buku, dan lingkungan",
terang Hadi yang juga sebagai Founder Pusat Dokumentasi Indonesia Tamadun.
Hadi
menjelaskan, bergurulah dengan guru-guru yang otoritatif, berwibawa, dan juga
bersanad dengan tokoh-tokoh terdahulu. Lalu dengan membaca buku bisa
mempengaruhi manusia agar matang dan dewasa secara pemikiran, serta yang
terakhir harus mempunyai lingkungan yang baik, agar bisa membuat kita menjadi
orang dewasa. Sebagai contoh, Mohammad Natsir di usia 18 tahunnya sudah terbiasa
membaca buku karya Karl Marx dan tokoh lainnya. Namun, dengan membaca buku karya
orang kafir tidak lantas membuatnya menjadi kafir secara pemikiran, karena ia membentengi
dirinya dengan buku bacaan Islam seperti karya; Ibnu Taimiyyah, Ibnu Sina, Abu
Raihan al Biruni, dan juga tidak lepas dari buku-buku sirah lainnya. [sonicha/abe/islamedia]