Islamedia - “Konsep
Diin” menjadi tema perkuliahan School of Islamic Education and
Leadership (SHIELD) 2018 yang terselenggara di Telkomsel Smart Office, Jakarta
Selatan, Selasa (27/03) lalu. Kuliah dibawakan oleh Dr. Wido Supraha, salah
seorang dosen Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta. Program SHIELD 2018
sendiri terselenggara atas kerjasama Majelis Ta’lim Telkomsel (MTT) dengan SPI.
“Ad-Diin disebutkan 92 kali di dalam
Al-Quran. Secara singkat, Diin berarti agama. Tapi Ad-Diin dilihat dari akar katanya juga bermakna keadaan berhutang,
penyerahan diri, menuruti dan taat kepada perintah atau tatanan hukum, serta
menjadikan diri untuk mengikuti fitrah,” ungkap Wido.
“Dalam
keadaan berhutang, manusia akan rela melakukan apa saja, merasa punya kewajiban,
dan ada penghakiman dan pemberian hukuman,” papar Wakil Sekretariat Komisi
Ukhuwah MUI Pusat.
Kemudian,
muncul fenomena membanjirnya istilah dari Barat dalam pemikiran dan studi Islam
untuk memodifikasi Islam seperti radikalisme Islam, moderatisme Islam, dan
lainnya. “Banyak lagi upaya Barat untuk mengaburkan nama Islam. Mereka menyebut
Islam sebagai agama ‘Mohammedan’, sehingga masyarakat menganggap bahwa
Islam merupakan agama buatan Nabi Muhammad, bukan agama wahyu dari Allah,”
jelas Wido kemudian.
“There is only one genuine revealed religion
and its name is given as Islam,” kata Wido, mencuplik Prof. M. Naquib
Al-Attas saat menutup perkuliahan malam itu.
Perkuliahan
tersebut meninggalkan kesan mendalam bagi salah seorang pesertanya, Hasyim
(25). “SHIELD semakin kesini, semakin mendalam pembahasannya. Setelah membahas the
worldview of Islam, kali ini
diperdalam dengan konsep Ad-Diin. Bersyukur banget bisa belajar
banyak tentang Islam di SHIELD,” ujarnya. [islamedia/nabila/abe]