Islamedia - “Sering kali kita dihadapkan dengan masalah
ketika kita menjelaskan sesuatu kepada seseorang, namun ia sulit menerima pendapat yang kita
lontarkan. Dengan berbagai macam penjelasan dan argumentasi pun mereka tetap
tidak bisa terima. Kenapa? Karena pikiran dan tingkah laku seseorang itu tergantung worldview-nya.
Benturan pemikiran itu
yang kemudian oleh Prof.
Dr. Syed Muhammad Naquib
al-Attas disebut sebagai clash of worldviews.” Kata-kata ini menjadi pembuka
pertemuan kedua Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung Angkatan ke-4 yang dinarasumberi oleh Dr. Wendi Zarman
pada Kamis (08/03)
lalu di D’Best Hotel, Jl.
Tengku Angkasa, Bandung.
Direktur
Institut Pemikiran Islam dan Pembangunan Insan (PIMPIN) Bandung ini menuturkan
bahwa memahami hidup
itu ada tiga bagian. “Pertama, apa yang kita yakini atau worldview. Kedua, apa yang harus dikerjakan. Ketiga, apa yang harus ditinggalkan.
Kemudian jika dihubungkan ketiganya,
maka yang kedua dan ketiga merupakan perwujudan dari yang pertama,” ujarnya.
“Sebagai
seorang Muslim, tentu worldview atau pandangan hidupnya haruslah
bersumber dari wahyu Allah SWT, berbeda dengan Barat yang worldview-nya ditentukan oleh spekulasi
filosofis yang timbul dari pengalaman empiris,” sambung Wendi lagi.
“The
Worldview of Islam adalah visi mengenai realitas dan
kebenaran atau pandangan Islam mengenai eksistensi atau wujud yang dihadapi
manusia dalam kehidupannya,
tidak hanya pandangan tentang dunia saja, tetapi mencakup pandangan tentang
akhirat,” pungkasnya.
Menurut
Fahmi,
salah seorang peserta
kuliah,
materi ini membantunya untuk secara
objektif memahami pandangan berislam. “Contohnya waktu bicara tentang konsep alam, kebetulan
saya juga sedang mempelajari tentang bumi. Jadi yang dikatakan Dr. Wendi bahwa alam ini adalah ujian dan hijab antara hamba dengan Tuhannya, itu benar adanya, tergantung worldview kita,” ungkapnya. [islamedia/abe/galih]