Islamedia - Rabu
Malam (14/03),
perkuliahan Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta untuk Angkatan ke-7 telah
memasuki pekan ketiga belas.
Ahmad Rofiqi, pengajar di Muhammadiyah Islamic College Singapura, hadir membawakan materi dengan
tema “Fitnah
Kubro”.
Sebagai pembuka, Rofiqi menjelaskan
secara singkat
apa itu Fitnah Kubro.
“Fitnah
Kubro merupakan istilah untuk menggambarkan satu fase sejarah Islam
penting, yang peristiwanya memberikan pengaruh yang cukup besar dan juga
menjadi ujian bagi umat di masa itu,” jelasnya.
Lebih
lanjut,
narasumber yang juga merupakan Direktur Forum Da’i Nusantara menceritakan bagaimana generasi pertama, yaitu generasi sahabat
dan tabi’in dalam menghadapi fitnah kubro.
“Awal mula fitnah kubro
ini adalah terbunuhnya
Umar bin Khattab yang merupakan khalifah kedua sepeninggal Rasulullah
saw. Umar memberi perubahan besar dalam peta demografi wilayah Islam. Pada era khalifah Umar
bin Khattab, terjadi perluasan terbesar, yaitu terbukanya pintu
gerbang wilayah Syam, Iran, Persia dan juga Afrika,” ujarnya.
Semua pencapaian itu menjadikan Sang Khalifah sebagai orang yang sangat
disegani oleh rakyat. Akan
tetapi, tragedi pembunuhan Umar saat sedang shalat menyebabkan muncul
keberanian orang jahat untuk melawan khalifah. “Fitnah kubro pertama
terjadi pada kekhalifahan Utsman bin Affan yang menyebabkan terbunuhnya beliau
di rumahnya,”
ungkap Rofiqi.
Meski demikian, Rofiqi menggarisbawahi, fitnah
kubro yang terjadi tidak mengurangi kualitas,
mencenderai ataupun memperburuk kredibilitas generasi sahabat. Generasi sahabat
dan tabi’in merupakan generasi fondasi umat Islam. Penyakit yang muncul
pada era tersebut adalah penyakit politik untuk merebut pemerintahan, bukan penyakit aqidah.
“Contohnya
saat terjadi peristiwa pembunuhan Utsman bin Affan, tidak ada konflik yang
membuat pemerintahan menjadi lemah. Juga seperti pada era pemerintahan Bani
Umayyah, Bani Abbasiyah, dan Bani Saljuk, ekspansi wilayah maupun peperangan yang terjadi tidak
mempengaruhi pembangunan negara, kejayaan umat dan tetap melahirkan ulama-ulama
terbaik,”
papar Rofiqi.
Pendiri
Sekolah Alam Jatinangor ini memberikan pengandaian bahwa generasi pertama
dibuat seperti ‘etalase’ bagi umat muslim oleh
Allah. “Generasi pertama dijadikan contoh, serta peristiwa sejarah di sekitarnya dapat menjadi ilmu,
hikmah, nilai yang dapat dikaji oleh umat sesudahnya,” ungkapnya.
Salah
seorang peserta
SPI, Aulia Melandhita,
menyampaikan pendapatnya
tentang materi fitnah kubro yang mengungkap peristiwa yang memutarbalikkan
peristiwa atau makna yang sesungguhnya terjadi. “Aku sangat terkesan, terutama dalam hal sejarah. Yang selama ini aku ketahui, Utsman bin
Affan melakukan KKN, Muawiyah itu licik karena mengambil alih kepemimpinan Ali.
Ternyata sejarah tersebut diputarbalikkan. Sedemikian jahatnya fitnah dibuat demi
merusak citra umat Islam,”
tandasnya. [islamedia/eva/abe]