Islamedia - Bagi penulis berita pemula, kerap ada pertanyaan, “Menulis berita itu sulit atau mudah?” Sebagian orang berpendapat bahwa menulis itu sulit, tapi ada juga
yang mengatakan menulis itu sebenarnya mudah.
Penulis buku The Great Story Of
Muhammad dan jurnalis media online Wajada.net, Erwyn Kurniawan S.IP, yang hadir sebagai pemateri dalam pertemuan ke-4 Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta, mengungkapkan urgensi dari pertanyaan yang sering dianggap tabu tersebut.
“Menulis berita itu sebenarnya tidak sulit, bahkan bisa dikatakan
mudah. Mengapa demikian? Karena setiap hari sebenarnya anda sedang menulis dalam pikiran Anda. Coba perhatikan setiap hari anda berbicara, merenungkan sesuatu dalam
hati dan pikiran, membuat berbagai perencanaan, pilihan dan keputusan dalam
hidup Anda, maka seolah
Anda menulis dalam pikiran Anda,” kata
Erwyn di Aula INSISTS, Kalibata, Jakarta, Rabu (27/12/17).
Hal yang terpenting dalam menulis, menurut Erwin, yaitu menggunakan ‘Rumus
PBB’, yang
merupakan singkatan dari ‘Paksa,
Biasa, dan Terbiasa’. “Awalnya
memang susah, tetapi jika kita memaksakan diri, lama-kelamaan akan terbiasa,
sehingga kata-katanya akan mengalir. Yang
terpenting adalah berlatih secara kontinu,” ujarnya.
Teknik penulisan berita yang baik dan benar adalah dengan skema piramida terbalik, yaitu dengan memperlihatkan bagian
terpenting dalam sebuah berita, dengan kata lain menempatkan
informasi paling penting di bagian atas. “Tujuannya untuk pemotongan berita yang dilakukan editor karena
keterbatasan halaman.
Selain itu, ketika membaca bagian awal berita itu biasanya pembaca akan menentukan apakah ia akan
meneruskan membacanya
atau tidak,” sambungnya.
Mengetahui aturan-aturan dalam menulis berita itu memang penting.
Erwyn memaparkan bahwa penulis harus memperhitungkan unsur nilai berita dari
apa yang ditulisnya. “Nilai berita tersebut diantaranya adalah seberapa penting
kejadian
atau significance, ukuran dari suatu kejadian atau magnitude, kedekatan
terhadap kejadian secara emosional atau proximity, menyangkut hal-hal yang terkenal atau prominence, kejadian yang baru terjadi, konflik
atau pertikaian, unik atau beda dari yang lain, kejadian yang
memberikan sentuhan perasaan atau human interest, dan kejadian yang sedang tren atau booming di saat ini,” pungkasnya
Kuliah SPI kali ini dihadiri oleh 54
orang peserta yang tampak antusias, salah
satunya Hadid Sukmana yang berasal dari Jakarta. Hadid mengaku senang dengan materi yang didapatkan.
“Materinya bagus, buat orang-orang yang belum terlalu mengenal
dunia jurnalistik sangat baik sekal. Diajarkan
dasar-dasar jurnalistik sehingga kita bisa paham
bagaimana seseorang membuat sebuah berita,” ujarnya. [islamedia/abe/fauzi]