Islamedia - Akmal
Sjafril, narasumber dalam kuliah Sekolah Pemikiran Islam ( SPI ) Jakarta pada hari Rabu (03/01) di gedung Gema
Insani, Aula Institute for the Study Islamic Thought and Civilization (
INSISTS ), memberikan
komentar yang jenaka. Penulis buku Islam Liberal: Ideologi
Delusional tersebut menanggapi komentar seorang tokoh yang menjajakan
pemikiran pluralisme agama.
Akmal bercerita tentang seorang
profesor
Muslim yang
menulis dalam sebuah bukunya sebuah
retorika yang kurang lebihnya menyatakan bahwa semua agama berbicara soal
Tuhan, dan karenanya, barangkali Tuhan di semua agama itu memang sama.
Dengan
santai Ustadz lulusan teknik sipil ITB ini menunjukkan absurdnya pandangan tersebut, “Ini
seperti Anda bicara soal istri, saya bicara soal istri,
dan semua orang bicara soal
istrinya masing-masing. Lantas ada yang berpikiran, ‘Jangan-jangan, istri kita sama!’,“ selorohnya.
Materi
“Tauhidullah” yang menjadi pembahasan dalam kuliah ke-5 di SPI ini tidak sebatas memahami
konsep ketuhanan dalam Islam saja, namun juga memperbandingkannya dengan konsep-konsep
ketuhanan lain seperti mitologi Yunani kuno, Trinitas, konsep dalam agama Hindu, bahkan juga ateisme.
Paparan ini diberikan untuk
menunjukkan bahwa konsep tuhan dalam masing-masing agama tidaklah sama.
Ada
pertanyaan menarik yang diajukan pada peserta SPI dalam kuliah kali ini. “Seandainya Benyamin Netanyahu masuk
Islam dan memohon maaf pada umat Islam, apakah kita akan memaafkannya?” , tanya Akmal. Para
pesertapun terbelah dalam menjawab pertanyaan tersebut, ada yang menjawab
tidak, ada yang iya.
“Karena Allah Maha Pengampun dan Maha Pemaaf, maka umat Muslim biasanya mudah memaafkan. Kita
memahami sifat memaafkan karena Allah. Tidak demikian halnya dengan bangsa
Yunani kuno. Mereka tidak memahami belas kasihan dan memaafkan, karena Zeus pun
tidak pemaaf,” pungkas Akmal.
Wawan, salah seorang peserta kuliah, menyampaikan
kesan positifnya dari kuliah kali ini. “Materinya sangat
keren ya. Seharusnya
kita umat Islam nggak perlu minder lagi dengan konsep
ketuhanan yang kita miliki.
Konsep ketuhanan kita sangat superior diantara konsep
ketuhanan yang lain. Kalau kita selidiki, konsep
ketuhanan di luar
Islam itu buatan manusia, sehingga yang terjadi, sosok yang dipertuhankan malah terlihat
seperti manusia,
seperti kisah Zeus,” ujarnya. [islamedia/abe/naufal]