Islamedia - Saudaraku …
Apa yang kau anggap atas dirimu sendiri? Begitu
banyakkah dosa dan noda? Ketahuilah, setiap manusia –siapa pun dia- juga
memiliki kesalahan, dan sebaik-baik
manusia yang membuat kesalahan adalah yang mau bertaubat. Mari jadilah
yang terbaik ……….
Saudaraku …
Apa yang menghalangimu membela agamamu? Apa yang
merintangimu beramal demi kejayaan Islam dan kaum muslimin? Dosa, noda, dan maksiat itu? Ketahuilah, jika kau
diam saja, tidak beramal karena merasa belum pantas berjuang, masih jauh dari
sempurna, maka daftar noda dan maksiat itu semakin bertambah. Itulah tipu daya
syetan atas anak Adam, mereka menghalangi manusia dari berjuang dan hidup bersama
para pejuang, dengan menciptakan keraguan di dalam hati manusia dengan
menjadikan dosa-dosanya sebagai alasan.
Saudaraku …
Hilangkan keraguanmu, karena Rabbmu yang
Maha Pengampun telah berfirman:
إِنَّ
الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ
Sesungguhnya kebaikan-kebaikan akan menghapuskan
keburukan-keburukan. (QS. Hud: 114)
Hilangkan pula kebimbinganmu, karena kekasih hati
tercinta, NabiNya yang mulia –Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- telah bersabda:
وَأَتْبِعِ
السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا
Ikutilah
perbuatan burukmu dengan perbuatan baik, niscaya itu akan menghapuskannya. (HR.
At Tirmidzi No. 1987, katanya: hasan shahih. Ahmad No. 21354, 21403,
21487, 21536, 21988, 22059, Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No.
296, 297, 298, juga Al Mu’jam Ash Shaghir No. 530, Ad Darimi No. 2833,
Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 178, katanya: “Shahih, sesuai syarat Al
Bukhari dan Muslim.” Disepakati oleh Imam Adz DZahabi dalam At Talkhish.
Sementara Syaikh Syu’aib Al Arnauth dan Syaikh Al Albani menghasankannya dalam
kitab mereka masing-masing)
Saudaraku …
Tidak usah berkecil hati dan jangan putus asa,
sungguh agama mulia ini pernah dimenangkan oleh orang mulianya dan para
fajir(pelaku dosa)nya. Semuanya mengambil bagian dalam gerbong caravan pejuang
Islam. Imam Al Bukhari telah membuat Bab dalam kitab Shahihnya, Innallaha Yu’ayyidu Ad Diin bir Rajul Al
Faajir (Sesungguhnya Allah akan menolong agamaNya melalui seseorang yang
fajir). Ya, kadang ada pelaku maksiat, seorang fajir, justru dia melakukan
aksi-aksi nushrah (pertolongan) terhadap agamanya, dibanding laki-laki
yang shalih. Semoga aksi-aksi nushrah tersebut bisa merubahnya dari
perilaku buruknya, dan dia bisa mengambil pelajaran darinya sampai dia berubah menjadi orang
shalih yang berjihad, bukan lagi
orang fajir yang berjihad.
Saudaraku … Ada Abu Mihjan!!
Kukisahkan kepadamu tentang Abu Mihjan Radhiallahu
‘Anhu. Ditulis dengan tinta emas para ulama Islam, di antaranya Imam Adz
Dzahabi dalam Siyar A’lamin Nubala pada Bab Sirah Umar Al Faruq. (2/448.
Darul Hadits, Kairo), juga Usudul Ghabah-nya Imam Ibnul Atsir. (6/271. Darul Kutub Al
‘Ilmiyah)
Beliau adalah seorang laki-laki yang sangat sulit
menahan diri dari khamr (minuman keras). Beliau sering dibawa kepada
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk diterapkan hukum cambuk (Jild) padanya karena perbuatannya itu. Bahkan Ibnu Jarir menyebutkan Abu Mihjan tujuh
kali dihukum cambuk. Tetapi, dia adalah
seorang laki-laki yang sangat mencintai jihad, perindu syahid, dan hatinya
gelisah jika tidak andil dalam aksi-aksi jihad para sahabat nabi Radhiallahu
‘Anhum.
Hingga datanglah perang Al Qadisiyah yang
dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqash Radhiallahu ‘Anhu melawan Persia,
pada masa pemerintahan Khalifah Umar Radhiallahu ‘Anhu. Abu Mihjan ikut
andil di dalamnya, dia tampil gagah berani bahkan termasuk yang paling
bersemangat dan banyak membunuh musuh. Tetapi, saat itu dia dikalahkan
keinginannya untuk meminum khamr, akhirnya dia pun meminumnya. Maka,
Sa’ad bin Abi Waqash menghukumnya dengan memenjarakannya serta melarangnya
untuk ikut jihad.
Di dalam penjara, dia sangat sedih karena tidak bisa bersama para mujahidin.
Apalagi dari dalam penjara dia mendengar suara dentingan pedang dan teriakan
serunya peperangan, hatinya teriris, ingin sekali dia membantu kaum muslimin
melawan Persia yang Majusi. Hal ini diketahui oleh istri Sa’ad bin Abi Waqash
yag bernama Salma, dia sangat iba melihat penderitaan Abu Mihjan, menderita
karena tidak dapat ikut berjihad, menderita karena tidak bisa berbuat untuk
agamanya! Maka, tanpa sepengetahuan Sa’ad -yang saat itu sedang sakit, dan dia
memimpin pasukan melalui pembaringannya, serta mengatur strategi di atasnya-
Beliau membebaskan Abu Mihjan untuk dapat bergabung dengan para mujahidin. Abu
Mihjan meminta kepada Salma kudanya Sa’ad yaitu Balqa dan juga senjatanya.
Beliau berjanji, jika masih hidup akan mengembalikan kuda dan senjata itu, dan
kembali pula ke penjara. Sebaliknya jika wafat memang itulah yang dia
cita-citakan.
Abu Mihjan
berangkat ke medan tempur dengan wajah tertutup kain sehingga tidak seorang pun
yang mengenalnya. Dia masuk turun ke medan jihad dengan gesit dan gagah berani.
Sehingga Sa’ad memperhatikannya dari kamar tempatnya berbaring karena sakit dan
dia takjub kepadanya, dan mengatakan: “Seandainya aku tidak tahu bahwa Abu
Mihjan ada di penjara, maka aku katakan orang itu pastilah Abu Mihjan. Seandainya aku tidak tahu
di mana pula si Balqa, maka aku katakan kuda itu adalah Balqa.”
Sa’ad bin Abi Waqash bertanya kepada istrinya, dan
istrinya menceritakan apa yang terjadi sebenarnya pada Abu Mihjan, sehingga
lahirlah rasa iba dari Sa’ad kepada Abu Mihjan.
Perang usai, dan kaum muslimin menang gilang
gemilang. Abi Mihjan kembali ke penjara, dan dia sendiri yang memborgol
kakinya, sebagaimana janjinya. Sa’ad bin Waqash Radhiallahu ‘Anhu
mendatanginya dan membuka borgol tersebut, lalu berkata:
لا نجلدك على خمر أبدا فقال: وأنا والله لا أشربها أبدا
Kami tidak akan mencabukmu karena khamr selamanya. Abu
Mihjan menjawab: “Dan Aku, Demi Allah, tidak
akan lagi meminum khamr selamanya!”
Saudaraku ….
Sangat sulit bagi kita mengikuti dan menyamai Abu
Bakar, Umar, Utsman, Ali dan para sahabat nabi yang mulia, Radhiallahu
‘Anhum. Tetapi, paling tidak kita masih bisa seperti Abu Mihjan, walau dia
pelaku maksiat namun masih memiliki ghirah kepada perjuangan agamanya, dan ikut
hadir dalam deretan nama-nama pahlawan Islam.
Semoga Allah Ta’ala memasukkan kita ke dalam deretan para pejuang agamaNya,
mengikhlaskan, dan memberikan karunia syahadah kepada kita. Amin.
Wallahu A’lam
Ustadz Farid Nu'man Hasan